Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]
SUTARMIDJI, atau yang akrab disapa Bang Midji, berhasil mencuri perhatian dunia maya.
Lewat Instagram pribadinya, beliau mengucapkan selamat dengan penuh keluwesan hati kepada pasangan nomor urut 2, H. Ria Norsan dan Krisantus Kurniawan.
Cuitannya berbunyi penuh doa dan harapan.
“Selamat untuk H. Ria Norsan dan Krisantus Kurniawan. Semoga mampu mewujudkan janji dan program untuk Kalbar yang lebih maju.” Begitu kira-kira. Kalimat itu seperti campuran mantra bijak dan pesan diplomasi.
Sebenarnya, Pilkada belum usai. Belum ada pemenang. Suara juga masih sedang dihitung. Namun, Bang Midji sudah mengucapkan selamat ke pemenang.
Sikap legowo yang jarang dimiliki politisi lain. Tapi entah kenapa, netizen seperti merasakan ada aroma satire halus.
Media sosial langsung panas seperti wajan. Komentar netizen mengalir deras, dari yang memuji hingga yang tersenyum geli.
“Bang Midji ini benar-benar class act! Harusnya jadi role model.”
“Belum diumumkan aja udah ngucapin selamat. Respect, tapi kok kayak ngode?”
“Lah, ini Pilgub apa nobar Piala Dunia? Kok udah deklarasi kemenangan sebelum wasit tiup peluit?”
Sikap ini di satu sisi mendapat apresiasi luas. Namun di sisi lain, tak sedikit pula yang melihatnya sebagai semacam satire politik.
Sebuah pengingat bahwa demokrasi kita kadang berjalan lebih cepat di lapangan media sosial daripada di kantor KPU.
Sementara itu, Ria Norsan dan Krisantus Kurniawan belum memberi tanggapan. Mungkin terlalu sibuk menyusun pidato kemenangan, atau justru bingung harus menanggapi apa. Dalam dunia politik, menerima ucapan selamat sebelum waktu resmi diumumkan bisa jadi pedang bermata dua.
Atau, lebih lucu lagi, mereka belum menanggapi karena masih kaget: “Ini serius? Udah kalah? Kan belum?”
Sikap legowo Sutarmidji ini seperti hujan di tengah kemarau. Yang kalah 80 persen saja belum ngucapin selamat ke pesaingnya. Tapi, Midji mengucapkan selamat.
Langka, tapi bikin kita heran, “Kok, datangnya sekarang?” Apakah ini murni keluhuran budi seorang pemimpin? Atau nalar beliau sudah lelah dengan drama politik lima tahunan ini? Entahlah.
Yang jelas, apa pun motivasinya, ucapan selamat ini berhasil menjadi perbincangan hangat di warung kopi hingga kolom komentar Instagram.
Kalau diibaratkan drama, ini seperti adegan pamungkas yang diselipkan di tengah cerita. Midji menciptakan standar baru, kalau kalah, kalahlah dengan anggun.
Kalau menang, menanglah dengan tenang. Kalau belum diumumkan, yah, tetap saja ucapan selamat bisa dilemparkan.
Siapa tahu, memang “selamat” di sini punya banyak makna. Selamat dari beban, drama, atau sekadar… selamat mencoba lagi lima tahun mendatang.
#camanewak