FOTO : Haji Isam [ ist]
BANYAK sosok sudah saya kenalkan. Ada yang tak layak dicontoh. Namun, banyak juga layak dijadikan inspirasi. Termasuk tokoh besar ini, kebetulan satu daratan. Sama-sama anak Kalimantan. Kekayaannya sangat luar biasa.
Mari kita ungkap, dan tentu sambil menikmati segelas kopi tanpa gula.
Dulu, di tanah Bone yang panasnya bisa memanggang ego, lahirlah seorang anak bernama Andi Syamsuddin Arsyad. Bukan dari rahim konglomerat, bukan juga dari rahim influencer skincare. Ia lahir di tengah jeritan ekonomi kelas bawah, kelas yang bahkan sering dicoret dari survei statistik karena terlalu menyakitkan untuk dilihat.
Siapa sangka, anak ini kelak dikenal dunia sebagai Haji Isam, Crazy Rich Kalimantan, pemilik rumah seluas 20 hektare, tempat nyamuk pun bisa tersesat dan tak menemukan jalan pulang.
Sebelum memegang setir Boeing, ia dulu memegang stang motor ojek, tangan berkeringat menggenggam harapan, dan satu-satunya GPS yang ia punya adalah tekad. Ia jadi buruh muat, sopir angkutan, manusia dengan tenaga ekstra tapi saldo minim.
Tapi hidup itu kadang seperti batu bara yang harus digali dulu sebelum bersinar. Ia belajar di perusahaan batubara milik pengusaha Tionghoa di Surabaya, belajar bukan dari seminar motivasi, tapi dari debu tambang dan batuk bronkitis.
Lalu pada 2003, ia meledakkan peta ekonomi Tanah Bumbu dengan mendirikan PT Jhonlin Baratama. Kemudian, berkembang menjadi Jhonlin Group.
Jhonlin kini punya segalanya. Ada tambang batubara, perkapalan lewat Jhonlin Marine and Shipping, maskapai udara Jhonlin Air Transport, biodiesel lewat PT Jhonlin Agro Raya.
Bahkan, gula dan tebu lewat PT Prima Alam Gemilang. Ini bukan pengusaha biasa. Ini pengusaha yang ketika lapar, bisa makan nasi hasil dari sawah yang ia buka sendiri dengan 2.000 ekskavator impor dari China.
Lahan pertanian di Merauke yang dulu disebut proyek gila, kini panen padi 2,8 ton per hektare. Sementara petani lain menanam doa dan panen PHP, Haji Isam menanam eskavator dan panen swasembada.
Presiden Prabowo Subianto bahkan sampai angkat topi. Padahal, biasanya hanya angkat tangan waktu debat. Tapi Haji Isam tak pernah mengemis pujian. Ia beli pujian langsung dari hasil kerja, dengan nilai investasi miliaran hingga triliunan rupiah.
Ia membangun pabrik biodiesel senilai Rp 2 triliun, dan ketika diresmikan Jokowi, rakyat yang biasanya cuma paham TikTok tiba-tiba belajar tentang B100 dan green energy.
Tapi yang paling absurd adalah ketika ia membeli jet pribadi Boeing Business Jet MAX 7 seharga Rp 1,5 triliun hanya dengan mengenakan kaus oblong. Di depan para eksekutif Boeing yang berdasi seperti tokoh antagonis sinetron, Haji Isam tampak seperti bapak-bapak yang habis beli minyak goreng.
Tapi di situlah kekuatan sejatinya, kemewahan baginya bukan soal tampilan, tapi soal dampak. Pesawat itu bukan gaya, tapi kendaraan kerja, mesin waktu yang membawanya dari dunia bawah ke langit bisnis.
Rumor bahwa ia hendak mengakuisisi PPP? Ah, tentu tidak. Ia bukan politisi. Ia adalah arsitek kekuatan diam, pendukung partai, bukan penunggangnya.
Lebih suka bekerja di balik layar, menyiram bibit harapan politik dari luar panggung. Ketika tokoh lain berebut kursi, Haji Isam sudah memesan ruang kabin Boeing.
Ketika ikam merasa hidupmu stagnan, terjebak pada rutinitas repost story dan gaji UMR, ingatlah bahwa ada seseorang yang pernah jadi tukang ojek di ujung Kalimantan, dan sekarang menerbangkan bisnisnya melintasi langit Nusantara.
Hidup memang keras. Tapi kalau kamu cukup nekat, cukup kotor, cukup sabar, dan cukup ngopi, maka dunia pun akan membuka pintu hanggar untukmu.
Ingatlah, wak! Bila ikam cukup nekat, cukup gila, dan cukup sabar… bukan tidak mungkin kamu juga bisa beli Boeing hanya dengan kaus oblong.
#camanewak
Oleh : Rosadi Jamani
[ Ketua Satupena Kalbar ]