Radar KalbarRadar Kalbar
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Lainnya
    • Hukum
    • Olah Raga
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Figur
    • Tekno
    • Entertainment
Radar KalbarRadar Kalbar
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
Pencarian
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Hukum
  • Olah Raga
  • Gaya Hidup
  • Bisnis
  • Figur
  • Tekno
  • Entertainment
Radar Kalbar > Indeks > Opini > KPK: Komedi Pemberantasan Kelas Teri
Opini

KPK: Komedi Pemberantasan Kelas Teri

Last updated: 09/05/2025 14:57
09/05/2025
Opini
Share

FOTO : ilustrasi penyidik KPK RI saat melaksanakan penggeledahan [ ist ]

SEBELUMNYA saya telah menulis “KPK Beraninya pada Pejabat Rendahan.” Ramai ditanggapi netizen, dan ramai setuju.

KPK mengobok-obok Kalbar hanya menyasar para pejabat setingkat kepala dinas dan staff. Sementara tak berani mengusik ke atasnya, ke penguasa. Padahal, kepala dinas itu bekerja atas restu bosnya.

Apalagi kalau sudah main miliaran, tak mungkin sang penguasa tak mengetahui kerja kepala dinas. KPK semakin jauh dari harapan. Mestinya menangkap koruptor elite, bukan koruptor kelas teri yang cukup ditangani kejaksaan di sini.

Kalau Nietzsche hidup di Indonesia, dia pasti pensiun jadi filsuf dan buka warung kopi karena terlalu lelah melihat absurditas hukum di negeri ini. Sebab KPK, lembaga yang dulunya dielu-elukan rakyat sebagai penyambung tangan keadilan Tuhan, kini berubah jadi lembaga pencitraan yang ke mana-mana bawa rombongan kamera dan koper oranye, bukan untuk menangkap naga raksasa, tapi menciduk cicak.

Kalau nuan ingin tahu betapa hebatnya KPK, datanglah ke Kalbar. Mereka mengobok-obok birokrasi seperti chef mengaduk mi instan, tapi hanya sampai topping-nya. Kepala dinas dan para staf dipajang, dituduh, diangkut, seperti ikan mujair hasil tangkapan mancing harian.

Sementara pemilik kolam, yang jelas-jelas tahu di mana jaring dan ke mana ikan dijual, malah tidak disentuh sama sekali. Seolah-olah uang miliaran itu muncul sendiri seperti siluman.

Apakah logika kita sedang dihina? Apakah kita semua ini anak TK yang harus percaya bahwa kepala dinas bisa mengatur sendiri anggaran miliaran tanpa seizin bos besar di belakang layar? Untuk membeli gula kopi di kantor saja perlu persetujuan atasan. Apalagi untuk proyek bernilai puluhan miliar? Tapi KPK tampaknya percaya pada mitos birokrasi mandiri. Kepala dinas dianggap makhluk superpower yang bisa menciptakan korupsi tanpa komando.

Sementara itu, mari kita tengok kembali museum kasus besar yang mangkrak. Kasus TPPU Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, adik dari mantan Gubernur Banten Ratu Atut. Sudah divonis dalam kasus suap Ketua MK Akil Mochtar, tapi dugaan pencucian uangnya yang melibatkan 74 mobil dan 100 tanah entah ke mana. Kasus ini seperti sinetron stripping, panjang, membosankan, dan tak tahu kapan tamat.

RJ Lino, eks Dirut Pelindo II, sejak 2015 diselidiki dalam kasus pengadaan crane kontainer. Sudah satu dekade, tapi penuntutan belum juga tiba. Kita tidak tahu apakah ini kasus korupsi atau proyek riset arkeologi. Lalu ada pula kasus e-KTP, si raksasa kerugian negara Rp2,3 triliun.

Setya Novanto memang sudah dikurung, tapi nama-nama lain yang ikut menari dalam tarian uang elektronik itu masih bebas berkeliaran, mungkin sambil selfie di kafe atau main golf.

Petral? Kasus minyak mentah dan produk kilang yang diduga merugikan negara triliunan itu seperti lubang hitam. KPK menyalahkan faktor teknis, hukum lintas negara, dan mungkin cuaca Mars sebagai alasan lambatnya penanganan. Sementara itu, rakyat diminta sabar, karena ternyata menangkap koruptor besar lebih sulit dari mengirim satelit ke orbit.

Lucunya, KPK masih percaya diri. Mereka berdiri tegak, memberi konferensi pers, mengumumkan penangkapan pejabat kelas menengah seperti sedang menaklukkan gembong narkoba internasional. Padahal, dengan semua anggaran, kewenangan, dan sumber daya yang dimiliki, mustahil KPK hanya mampu menangkap remah-remah dosa.

Ini bukan ujaran kebencian, tapi bentuk cinta paling keras dari rakyat. Karena lembaga ini dulu adalah simbol harapan. Kini, ia seperti superhero yang kehilangan kekuatannya dan malah sibuk jadi bintang iklan.

KPK harus dibangunkan, ditampar oleh sejarah dan kesadaran filsafati. Bahwa hukum tidak hanya soal prosedur, tapi juga soal keberanian moral.

Jika tidak sanggup memburu predator-predator kelas kakap, serahkan saja urusan korupsi miliaran itu ke kejaksaan lokal. Biarlah KPK fokus jadi lembaga observasi sosial, mencatat, mencibir, lalu menunda.

Sebab kalau KPK hanya berani menangkap yang lemah, maka ia bukan pelindung rakyat, melainkan badut keadilan yang pentas di panggung kekuasaan.

#camanewak

Oleh : Rosadi Jamani
[ Ketua Satupena Kalbar ]

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
TAGGED:KalbarKPK RIPenggeledahan di Mempawah
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link

Terpopuler Bulan Ini

KPK Diduga Geledah Kantor PUPR Mempawah, Terkait Dugaan Korupsi Proyek Jalan

26/04/2025
Harapan Baru dari Jalan Lama, Jalur Tayan – Meliau Akan Ditingkatkan Lewat Dana DBH Sawit Rp 9 Miliar
13/04/2025
Dibalik Keset Kaki, Akhir Sebuah Peredaran Narkoba di Meliau Hulu
26/04/2025
Sungai Tercemar, Warga Resah, Pansus LKPj DPRD Kayong Utara Tinjau Desa Riam Berasap Jaya
08/05/2025
Kehadiran Universitas Terbuka di Sekadau: Mewujudkan Akses Pendidikan Tinggi Bagi Semua Kalangan
09/05/2025

Berita Menarik Lainnya

Sudah 48 Tewas di Perang India vs Pakistan

17 jam lalu

Penjaga Marwah Informasi, Dewan Pers, PWI dan SMSI Dalam Bingkai NKRI

11/05/2025

Ijazah Jokowi Melebar, UGM pun Digugat

10/05/2025

KPK Beraninya pada Pejabat Rendahan

08/05/2025

PT. DIMAS GENTA MEDIA
Kompleks Keraton Surya Negara, Jalan Pangeran Mas, No :1, Kel Ilir Kota, Sanggau, Kalbar

0812-5012-1216

Terkait

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi

Regional

  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang