FOTO : saat dialog publik digelar Universitas Muhammadiyah Pontianak (ist)
PONTIANAK – radarkalbar.com
UNIVERSITAS Muhammadiyah Pontianak menjadi tuan rumah dialog publik mengusung tema “peran mahasiswa dalam mencegah paham radikalisme, intoleransi dan terorisme”.
Dialog publik yang digelar BEM Seluruh Indonesia (SI) wilayah Kalimantan Barat dan FKBK ini, diikuti 100 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Kota Pontianak.
Dekan UM Pontianak, Anshari, yang juga jadi nara sumber pada dialog publik ini, menyambut baik dan mengapresiasi terselenggaranya dialog publik ini.
Ia menekankan pentingnya membangun sinergitas antara mahasiswa, akademisi, dan pemerintah dalam mencegah penyebaran paham radikalisme, intoleransi, dan terorisme.
“Kegiatan ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa tentang bahaya radikalisme, intoleransi, dan terorisme. Mahasiswa sebagai agen perubahan dan generasi penerus bangsa harus dibentengi dari paham-paham yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa,” ungkapnya.
Anshari menjelaskan pengertian radikalisme, intoleransi, dan terorisme, serta peran mahasiswa dalam mencegahnya.
” Sangat penting menanamkan nilai-nilai anti radikalisme, intoleransi, dan terorisme pada generasi muda,” cetusnya.
Anshari juga memberikan pemahaman tentang peran moderasi beragama dan ideologi bernegara, Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahada.
Sementara, Kepala Bidang (Kabid) Poldagri Kesbangpol Kota Pontianak, Nur Radliyanti, menyampaikan dukungan penuh terhadap kegiatan ini.
Dia berharap mahasiswa dapat menjadi mitra dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
“Mahasiswa memiliki potensi besar untuk menjadi agen moderasi dan perdamaian. Kami berharap dialog publik ini dapat memberikan bekal kepada mahasiswa untuk mencegah penyebaran paham radikalisme, intoleransi, dan terorisme di lingkungan kampus dan masyarakat,” papar Nur Radliyanti.
Nur Radliyanti berbagi pengalaman dan tips dalam mencegah penyebaran paham radikalisme, intoleransi, dan terorisme di lingkungan keluarga.
Untuk itu, Ia mengimbau mahasiswa untuk membangun komunikasi yang baik dengan keluarga dan lingkungan sekitar.
Selain itu, dia juga menjelaskan program dan kegiatan Kesbangpol Kota Pontianak dalam menangkal paham radikalisme, intoleransi, dan terorisme.
Selanjutnya, mantan Napiter, Salim bin Saliyo Als Panji Gumbara/Panji Ghurobah berbagi pengalamannya tentang bagaimana dirinya terpapar paham radikalisme dan terorisme.
Salim juga menjelaskan faktor-faktor yang mendorong seseorang terpapar paham radikalisme dan terorisme.
Saat itu, Salim bin Saliyo memberikan nasihat kepada mahasiswa agar tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang menyesatkan dan selalu mengedepankan akal sehat.
Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang antusias dari para peserta. Pertanyaan yang diajukan beragam, mulai dari strategi pencegahan radikalisme di lingkungan kampus, hingga peran mahasiswa dalam menjaga toleransi dan kerukunan antarumat beragama.
Dialog publik ditutup dengan penyerahan plakat penghargaan kepada narasumber. Kegiatan ini berlangsung dengan lancar dan kondusif, serta mendapat apresiasi dari para peserta. (R**)