Radar KalbarRadar Kalbar
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Lainnya
    • Hukum
    • Olah Raga
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Figur
    • Tekno
    • Entertainment
Radar KalbarRadar Kalbar
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
Pencarian
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Hukum
  • Olah Raga
  • Gaya Hidup
  • Bisnis
  • Figur
  • Tekno
  • Entertainment
Radar Kalbar > Indeks > Opini > Derai Air Mata di Pintu Gerbang Sritex
Opini

Derai Air Mata di Pintu Gerbang Sritex

Last updated: 02/03/2025 21:27
02/03/2025
Opini
Share

Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]

HARI itu, 1 Maret 2025. Langit mendung menggantung di atas pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah.

Tidak ada lagi suara mesin jahit. Tidak ada lagi langkah tergesa pekerja yang bergegas ke lini produksi. Hanya ada ribuan manusia yang berdiri, menangis, dan menatap kosong ke arah bangunan megah yang telah menjadi rumah mereka selama puluhan tahun.

Di depan gerbang, pemilik Sritex berdiri. Mikrofon di genggamannya bergetar. Ia menarik napas dalam, menahan emosi yang hampir pecah. Dengan suara berat, ia mulai menyanyikan lagu perpisahan. Suaranya lirih, bergetar.

Namun tak butuh waktu lama, ribuan suara mengiringinya. Lagu itu berubah menjadi tangisan kolektif. Tangisan yang lahir dari kehilangan.

Hari itu, Sritex resmi tutup. Raksasa tekstil yang pernah menjadi kebanggaan Indonesia, yang pernah memasok seragam militer untuk NATO dan pakaian merek dunia seperti H&M, akhirnya tumbang.

Sritex bukan sekadar pabrik. Bagi lebih dari 10.000 pekerjanya, ini adalah hidup mereka. Tempat mereka menghabiskan puluhan tahun bekerja, membangun rumah tangga, membesarkan anak-anak. Sekarang? Semua itu hancur.

Ketika pandemi COVID-19 melanda, Sritex mulai goyah. Permintaan global anjlok. Pesaing dari luar negeri masuk dengan harga lebih murah. Hutang menumpuk. Hingga akhirnya, pada Oktober 2024, Pengadilan Negeri Niaga Semarang menjatuhkan palu: pailit.

Sritex mencoba melawan. Mereka mengajukan kasasi, berharap ada jalan keluar. Namun kenyataan berbicara lain. Kreditur menuntut pembayaran. Produksi makin lesu. Di awal 2025, tak ada lagi yang bisa dilakukan selain menyerah.

Di tengah gelombang PHK massal, ada satu janji yang terus terngiang di benak para buruh. Janji dari Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, yang akrab disapa Noel.

“Saya lebih baik kehilangan jabatan saya daripada harus melihat kawan-kawan buruh dipecat.”

Ucapan itu keluar dari mulutnya saat berkunjung ke pabrik Sritex pada 15 November 2024. Saat itu, ia berjanji pemerintah akan berjuang. Bahwa mereka tidak akan membiarkan ribuan pekerja kehilangan mata pencaharian.

Namun kini? Pemerintah angkat tangan. Tak ada bailout, tak ada penyelamatan. Semua yang pernah dijanjikan hanya tinggal kata-kata yang tersapu angin.

Salah satu mantan pekerja, Sutarmi (52 tahun), menangis saat diwawancarai.

“Saya kerja di sini dari umur 20, Pak. Sekarang saya harus apa? Usia saya sudah tua, siapa yang mau terima saya?”

Ratusan pekerja lain bernasib sama. Mereka bukan hanya kehilangan pekerjaan, tapi juga kehilangan harapan.

Sebagai pabrik tekstil terbesar di Asia Tenggara, Sritex pernah berjaya. Memiliki lebih dari 50.000 karyawan, mengirim produknya ke lebih dari 100 negara, dengan omzet triliunan rupiah.

Namun hari ini, semua tinggal kenangan.

Di dalam pabrik, mesin-mesin jahit berdiri kaku. Kain-kain yang dulu ditenun dengan harapan kini hanya menjadi sisa-sisa kegagalan. Lorong-lorong yang dulu dipenuhi suara pekerja kini sunyi.

Sritex, yang namanya berarti Sri Rejeki Isman, kini kehilangan rejekinya sendiri. Di depan gerbang, di bawah langit yang mendung, ribuan pekerja menatap kosong. Mereka bertanya dalam hati, habis ini, ke mana kami harus melangkah?

#camanewak

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
TAGGED:pailitribuan karyawan di PHKSritex
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link

Terpopuler Bulan Ini

KPK Diduga Geledah Kantor PUPR Mempawah, Terkait Dugaan Korupsi Proyek Jalan

26/04/2025
Harapan Baru dari Jalan Lama, Jalur Tayan – Meliau Akan Ditingkatkan Lewat Dana DBH Sawit Rp 9 Miliar
13/04/2025
Dibalik Keset Kaki, Akhir Sebuah Peredaran Narkoba di Meliau Hulu
26/04/2025
Sungai Tercemar, Warga Resah, Pansus LKPj DPRD Kayong Utara Tinjau Desa Riam Berasap Jaya
08/05/2025
Kehadiran Universitas Terbuka di Sekadau: Mewujudkan Akses Pendidikan Tinggi Bagi Semua Kalangan
09/05/2025

Berita Menarik Lainnya

Sudah 48 Tewas di Perang India vs Pakistan

18 jam lalu

Penjaga Marwah Informasi, Dewan Pers, PWI dan SMSI Dalam Bingkai NKRI

11/05/2025

Ijazah Jokowi Melebar, UGM pun Digugat

10/05/2025

KPK: Komedi Pemberantasan Kelas Teri

09/05/2025

PT. DIMAS GENTA MEDIA
Kompleks Keraton Surya Negara, Jalan Pangeran Mas, No :1, Kel Ilir Kota, Sanggau, Kalbar

0812-5012-1216

Terkait

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi

Regional

  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang