Radar KalbarRadar Kalbar
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Lainnya
    • Hukum
    • Olah Raga
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Figur
    • Tekno
    • Entertainment
Radar KalbarRadar Kalbar
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
Pencarian
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Hukum
  • Olah Raga
  • Gaya Hidup
  • Bisnis
  • Figur
  • Tekno
  • Entertainment
Radar Kalbar > Indeks > Opini > Pertarungan Dewa Tanah di Tanjung Bunga
Opini

Pertarungan Dewa Tanah di Tanjung Bunga

Last updated: 08/11/2025 22:32
08/11/2025
Opini
Share

FOTO : Ilustrasi [ Ai ]

Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]

MAAF menganggu malam minggunya, wak! Saya ingin memperlihatkan duel dua orang tajir melintir memperebutkan tanah.

Kalau rakyat vs perusahaan, kita dah tahu ujungnya. Sambil menikmati malam minggu ditemani Koptagul, nikmati narasinya.

Di negeri ini, tanah bukan sekadar tanah. Ia adalah roh, harga diri, napas masa lalu, sekaligus tiket masuk kelas sosial. Rakyat kecil kehilangan tanah? Itu sudah seperti episode sinetron yang diputar ulang 12 tahun tanpa jeda iklan.

Kita sedih, tapi tidak terkejut. Namun kali ini, panggung berubah. Yang bertarung bukan petani vs perusahaan, bukan nenek-nenek pemilik sawah vs alat berat, bukan rakyat jelata vs “pembangunan berkelanjutan”. Tidak. Yang turun gelanggang adalah dua raksasa.

Di satu sisi, Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden, saudagar besar, lelaki yang kalau batuk, para politisi DPR mendadak mengatur napas.

Di sisi lain, PT GMTD, anak usaha Lippo Group, kerajaan properti yang mal-nya saja lebih banyak dari jumlah spanduk caleg yang gagal pemilu. Ini bukan lagi konflik tanah.

Ini perang saudagar langit. Rakyat kecil hanya bisa duduk di teras sambil makan kuaci, menonton seperti menonton Godzilla vs King Kong. Tegang, dramatis, tapi tidak punya kuasa apa-apa.

Lahan yang diperebutkan bukan tanah segel jempol di bawah pohon ketapang. Ini 16,4 hektare tanah di kawasan Tanjung Bunga, Makassar. Lokasi premium. Lokasi yang jika dilempar bibit batu bata saja, besok berubah jadi apartemen 20 lantai plus view sunset.

Tanah itu, kata Jusuf Kalla, dibeli langsung dari ahli waris Raja Gowa. Artinya tanah ini punya silsilah sejarah. Ini tanah yang mungkin pernah diinjak prajurit kerajaan yang bersumpah sampai mati untuk kedaulatan. Sertifikatnya? Resmi. Hak Guna Bangunan sejak 1996, sah, legal, tidak ditulis pakai pensil 2B atau tinta spidol papan tulis.

Lalu datanglah GMTD. Perusahaan pengembang yang sudah lama menancapkan pengaruh di kawasan itu. Mereka melakukan eksekusi tanah melalui putusan pengadilan dalam perkara antara GMTD dan seseorang bernama Mulyono. Ini asli Mulyono ya, bukan yang dikejar Roy Suryo cs, ups. Masalahnya, PT Hadji Kalla tidak pernah menjadi pihak dalam perkara itu.

Ini seperti dua orang ribut di warung sebelah, tapi yang kehilangan rumah justru kita. Puncaknya, eksekusi dilakukan tanpa konstatering. Konstatering itu ibarat mengecek alamat sebelum mengantar paket. Tanpa itu, ini seperti kurir mengantar galon ke rumah yang salah, tapi sambil membawa bulldozer.

Jusuf Kalla pun murka. Bukan murka biasa. Ini murka level bangsawan dagang yang pernah berada di jantung kekuasaan. Ia menyebut ini perampokan, rekayasa hukum, dan aksi mafia tanah yang kini berani menyentuh tokoh nasional. Kata-katanya seperti gong besar dipukul di tengah kota. Getarannya sampai ke lobi hotel berbintang.

Menteri ATR/BPN Nusron Wahid menangkap getaran itu. Ia berkata, eksekusi ini cacat prosedur. Ia menyurati Pengadilan Negeri Makassar untuk meminta penjelasan. Negara pun tampak gelagapan. Jika tanah seorang mantan Wakil Presiden bisa “terseret” begitu saja, bagaimana nasib tanah emak-emak yang batasnya cuma ditandai pot bunga dan bekas banjir?

Kita semua, rakyat kecil, hanya menyimpulkan satu hal sambil mengunyah kuaci terakhir, ketika para dewa bertarung, bumi lah yang bergetar. Tanah, oh tanah, tetap menjadi panggung keabadian perebutan kuasa.

Pesan moralnya, pertarungan ini menunjukkan, tanah bukan sekadar benda mati. Tapi, arena kekuasaan. Ketika yang bertarung adalah orang besar melawan orang besar, kita melihat dengan telanjang, masalah di negeri ini bukan sekadar siapa punya sertifikat paling sah, tapi siapa punya akses paling dalam pada jalur hukum dan pengaruh.

Oleh karena itu, rakyat kecil jangan hanya berharap pada belas kasihan, tapi harus mendesak lahirnya sistem pertanahan yang benar-benar berfungsi. Jika dewa saja bisa saling merampas tanah, maka manusia biasa hanya akan menjadi penonton yang kelak ikut tersapu debunya.

#camanewak

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
TAGGED:Grup LippoJusuf KallaMakassarTanah
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link

Terpopuler Bulan Ini

Laskar Cinta Jokowi Minta Menkeu Purbaya Dipecat

15/10/2025
Langkah Twity ke Yogyakarta, Putri Kades Hilir Balai Menembus Panggung Nasional
23/10/2025
Tiga Terdakwa Kasus Korupsi Bank Kalbar Divonis 4 Tahun Penjara oleh Majelis Hakim Tipikor Pontianak
24/10/2025
Dari CSR ke Penghormatan, PT ANTAM Tbk UBPB Kalbar Kembali Harumkan Nama di Sabang Merah Award
15/10/2025
Tragedi di Jembatan Nengeh Teresung Sekayam, Pengendara Byson Tewas Akibat Kehilangan Kendali
25/10/2025

Berita Menarik Lainnya

Gercepnya Kejagung Garap GoTo, Publik Nyinyir, “Silfester Matutina Gimana, Bos?”

3 jam lalu

Yang Lain Sibuk Seminar, CV ARLI Sudah Buka Cabang

09/11/2025

CV Arli yang Bercita-cita Menjadi Mall Sunnah Terbesar di Indonesia

09/11/2025

Lahirnya Para Penjaga Kata dari Bumi Khatulistiwa

08/11/2025

PT. DIMAS GENTA MEDIA
Kompleks Keraton Surya Negara, Jalan Pangeran Mas, No :1, Kel Ilir Kota, Sanggau, Kalbar

0812-5012-1216

Terkait

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi

Regional

  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang