FOTO : Pelari asal Mempawah, Musa sedang mengikuti salah satu kejuaraan [ ist ]
Hamzah – radarkalbar.com
MEMPAWAH – Pemkab Mempawah kembali disorot terkait minimnya perhatian terhadap para atlet daerah yang telah mengharumkan nama kabupaten di tingkat provinsi bahkan nasional.
Sorotan ini muncul setelah Musa, atlet atletik peraih medali terbanyak pada ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Kalbar 2022, menyatakan mundur dan memilih bergabung dengan kabupaten lain yang dinilai lebih peduli terhadap nasib atlet.
Musa yang kini berdinas sebagai anggota TNI di Kabupaten Ketapang, sebelumnya sukses menyumbang 2 medali emas, 3 perak, dan 1 perunggu untuk Kabupaten Mempawah.
Namun, menurutnya, dukungan yang minim dan kurangnya kepastian soal keikutsertaannya dalam Kejuaraan Daerah (Kejurda) membuat ia merasa tak lagi mendapat tempat di kampung halamannya.
“Saya sudah berusaha menanyakan ke pihak PASI Mempawah soal status saya di Kejurda, tapi sampai sekarang belum ada jawaban,” ujarnya, Selasa (22/7).
Tak hanya soal komunikasi, Musa juga menyoroti kecilnya bonus yang diterima atlet peraih emas, yakni sebesar Rp 4 juta.
Ia menilai jumlah tersebut tidak sebanding dengan perjuangan selama bertahun-tahun mempersiapkan diri dan mengharumkan nama daerah.
“Untuk atlet individu mungkin masih bisa, tapi bagaimana dengan tim? Misalnya bola voli, Rp 4 juta dibagi 10 orang itu tidak adil. Kami berlatih bertahun-tahun demi nama baik daerah,” keluh Musa.
Atas dasar itu, Musa memutuskan hengkang ke kabupaten lain yang dianggap lebih menjanjikan secara pembinaan dan penghargaan prestasi.
Musa menegaskan keputusan tersebut bukan semata-mata karena materi, melainkan demi masa depan kariernya sebagai atlet.
Kepindahan Musa bukan kasus pertama. Sejumlah atlet berprestasi asal Mempawah sebelumnya juga memilih memperkuat daerah lain karena alasan serupa.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum KONI Kabupaten Mempawah, Wendry Fahrizal, membenarkan pihaknya telah menerima surat pengunduran diri dari Musa.
Wendry menyayangkan keputusan itu namun memahami pilihan Musa.
“Atlet juga manusia yang punya mimpi dan masa depan. Kita tidak bisa melarang,” ujar Wendry.
Menurut Wendry, keterbatasan anggaran menjadi salah satu faktor utama yang menghambat pembinaan atlet.
Hingga saat ini, dana hibah dari Pemkab Mempawah sebesar Rp 700 juta untuk kegiatan KONI tahun ini belum juga cair.
“Kita masih menunggu realisasi dana hibah. Ini penting agar pembinaan berjalan dan atlet tetap semangat mengukir prestasi,” tambahnya.
Sejumlah kalangan berharap, Pemerintah Kabupaten Mempawah segera melakukan evaluasi kebijakan olahraga.
Selanjutnya, menunjukkan kepedulian nyata terhadap para atlet yang telah membawa nama daerah ke pentas provinsi maupun nasional. [ red ].
Editor : Andika
Publisher : admin radarkalbar.com