FOTO : Saat apel siaga kebangsaan generasi-Z secara webinar (ist)
Pewarta : R. Rido Ibnu Syahrie
radarkalbar. com, PONTIANAK – Ribuan siswa SMA/SMK Negeri dan Swasta kelas XII se-Kalimantan Barat antusias mengikuti apel siaga kebangsaan generasi-Z secara webinar, Senin (6/9/2021).
Kegiatan yang diinisiasi Institute Kajian Kebangsaan (Instan) ini dihadiri Gubernur H. Sutarmidji dan Wakil Gubernur Kalbar H Ria Norsan serta Kepala Dinas Pendidikan Sugeng Hariadi.
“Dengan pandemi ini bisa menjadi titik tolak bagi kita untuk berinovasi dalam berbagai hal. Terkait pendidikan, saya menginginkan segera tatap muka dilakukan secepat mungkin, tetapi perlu disiapkan segala sesuatunya agar tidak mendatangkan masalah baru akibat pandemi,” ungkap H. Sutarmidji, Gubernur Kalbar di awal arahannya.
Tercatat sebanyak 3500 lebih partisipan dari para siswa yang hadir melalui zoom, sedangkan sisanya sebanyak 3.047 melalui live streaming youtube. Ratusan siswa lainnya justru melaksanakan nonton bareng tayangan zoom dengan menerapkan protokol kesehatan.
Selain berinteraksi langsung dengan rekan-rekannya se-Kalbar, para siswa itu juga berkesempatan bertanya secara live maupun melalui chat. Gubernur pada kesempatan itu menceritakan pengalamannya sejak dirinya menimba ilmu di sekolah dasar sebagai bahan motivasi bagi para siswa yang hadir.
“Dari pengalaman saya, bagaimana kita mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan segala aspek ke depan. Dari kelas dua SD sampai kuliah semester 7, saya tetap sebagai penjual koran di beberapa lokasi seperti Kantor Bea Cukai, Pasar Tengah, dan di Kantor Walikota Pontianak,” ujar Sutarmidji.
Ditambahkan, ketika dirinya di kelas 5 SD, seorang pelanggan koran di Kantor Walikota Pontianak bernama Pedi Natasuwarna pernah bertanya kepada dirinya.
“Kalau sudah besar mau jadi apa? Saya jawab spontan, mau jadi Walikota. Alhamdulillah cita-cita itu tercapai. Secara logika, seorang penjual koran cita-cita mau jadi Walikota dan itu bisa terwujud dengan perjalanan yang tidak banyak hambatan. Tapi kita tau langkah-langkah yang harus kita lakukan,” papar Sutarmidji.
Tempat berlangsungnya dialog antara Pedi Natasuwarna dan seorang anak SD yang sekarang menjadi gubernur itu sekarang menjadi mimbar di Masjid Alkhalifa Kantor Walikota Pontianak di Jalan Rahadi Oesman.
“Saya terus berusaha mandiri, berjualan dan kemudian menjadi walikota. Saya sempat nganggur tidak kuliah selama setahun setelah tamat dari SMA Santo Paoulus, karena bekerja di salahsatu bank,” ujar Sutarmidji.
Ia meneruskan ceritanya. Setelah berhenti dari pekerjaannya di bank itu dan kemudian berkuliah. Waktu itu tahun 1982 diterapkan ssistem Satuan Kredit Semester (SKS).
“Saya bisa mengimbangi kawan-kawan yang sudah masuk duluan sehingga tahun pada tahun 1986 menyelesaikan studi strata 1. Di tahun yang sama tepatnya 7 Januari 1986 saya menjadi PNS sebagai dosen,” paparnya.
Tahun 1990, Sutarmidji mendaftar pendidikan strata-2 dan diterima di lima perguruan tinggi. Awalnya ingin kuliah sekaligus merantau ke Medan, tetapi teman-temanyya mengajak ke Universitas Indonesia (UI) dan akhirnya ia berkuliah di UI Jakarta. Ketika kuliah di Jakarta tersebut, Ia berpikir terlalu banyak waktu yang terbuang.
“Dan saya memanfaatkan waktu luang dengan cara menjadi penjual tiket kapal laut yang dalam setiap minggunya bisa menjual 30 sampai 40 tiket kapal laut dan itu bisa untuk biaya hidup sehari-hari. Beasiswa dan gaji yang saya dapat untuk tabungan. Bukan itu saja, saya membawa bawang putih dari pontianak untuk dijual kembali di jakarta. Intinya, apa saja saya kerjakan yang penting halal untuk mendapatkan income,” kata pemilik sapaan Bang Midji ini.
Nah, dari pengalaman itu Bang Midji mengajak para siswa sebagai generasi muda untuk bisa melihat peluang dan memilah bangaimana menyelesaikan tantangan.
“Jangan berpangku tangan. Apa yang harus dilakukan, lakukanlah sepanjang itu meningkatkan kapasitas diri kita,” tegas Sutarmidji.
Kembali dari menyelesaikan studi S-2, kemudian kembali aktif mengajar dan masuk dalam dunia partai politik tahun 1985 sampai sekarang. Pada tahun 1987 sampai 2000 sebagai dosen, dan tahun 1997 dan 1999 menjadi Anggota DPRD Kota Pontianak. Waktu itu ada reformasi, kemudian pemilihan legislatif saya terpilih kembali. Selanjutnya menjadi wakil walikota mendampingi dr Buchari Abdurrahman.
“Pada tahun 2008, cita-cita yang saya sampaikan ketika kelas 5 SD, terwujud. Saya terpilih sebagai Walikota Pontianak dengan sistem pilkada langsung. Tahun 2013 terpilih untuk kedua kali. Kemudian tahun 2018 bersama pak Ria Norsan kami terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur Provinsi Kalbar,” terangnya.
Genjot sektor pendidikan
Ketika Sutarmidji menjadi gubernur, hal pertama yang dilakukannya adalah mengurangi biaya perjalanan dinas, dan mengalihkannya untuk membebaskan biaya pendidikan bagi 150 ribu lebih siswa SMA dan SMK se-Kalbar. Sebagian besar meubelair sekolah yang sudah rusak, diganti semua dan setiap tahun diganti.
Selanjutnya sekitar 40 persen pakaian seragam siswa mulai dari baju, sepatu, tas dan lain-lain disediakan oleh pemerintah sehingga tidak ada alasan untuk tidak sekolah.
“Kemudian kita bangun sarana dan prasarana sekolah dan sekolahnya di berbagai daerah seperti pontianak, mempawah, kubu raya dan sambas serta berbagai daerah lainnya termasuk kapuas hulu. Bidang pendidikan menjadi perhatian serius saya termasuk ke depan,” kata Sutarmidji.
Masih pada sesi arahan dan motivasi untuk siwa dari gubernur itu, Sutarmidji menjelaskan pentingnya merealisasikan Visi Pendidikan Indonesia yaitu mewujudkan Indonesia maju yang bedulat, mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bergotong royong dan berkebhinekaan global.
“Ini visi yang sangat menantang untuk diwujudkan,” kata Sutarmidji.
Dijelaskan dia, siswa harus mandiri, bernalar kritis dengan melihat segala sesuatu. Kalau ada yang tidak benar, dikritisi tetapi dengan catatan apapun yang dikritisi harus memberikan solusi. Jangan sampai barang bagus pun dianggap tak bagus.
“Kita harus menjadi generasi kritis, dan kreatif yang mampu mengikuti perkembangan jaman,” katanya.
Kemudian, lanjutnya, selalu berkolaborasi, dan gotong royong. Tidak ada segala sesutu berdiri sendiri karena makhluk sosial dan membutuhkan orang lain. Tanpa gotong rotonng, mustahil mendapatkan hasil maksimal. Demikian pula berkebhinekaan global.
“Perbedaan apapun namanya bukan untuk membuat kita tepecah tapi justru membuat semakin bersaudara dan saling membutuhkan, dengan menghargai budaya orang lain,” ujarnya.
Sutarmidji juga menekankan pentingnya para siswa dalam menumbuhkan sikap berkolaborasi, kepedulian dan berbagi. Pembelajaran daring telah menempa kemandrian itu untuk mencari materi pembelajaran dengan mencari literatur.
“Situasi pandemi, kita hadapi dengan belajar dan inovatif,” ujarnya seraya menjabarkan penanganan Covid-19 di Kalimantan Barat.
Sementara itu para siswa sangat aktif bertanya melalui chat diantaranya Syarif Lexi dari SMAN 1 Siantan dan Amanda SMK Bahtera Jagoi Babang yang mempertanyakan efektifivitas belajar melalui daring.
Siswa lainnya, Mayang Sari SMAN 7 Singkawang yang bertanya tentang keterbatasan siswa dalam berargumentasi dalam pelaksanaan proses belajar secara daring.
Aprilia Kristesa SMA Panca Setia Sintang bertanya soal tips menumbuhkan motivasi diri agar semangat dalam belajar dan tidak merasa minder.
Delon dari SMK Imanuel II menanyakan upaya untuk memaksimal belajar mengajar online dalam kurun waktu lama.
Gracia Laura Apriani SMA Santo Paoulus Pontianak menanyakan pola pembelajaran tatap muka seandainya dilakukan di masa pandemi.
Wawan Mahendra SMAN3 Ketapang dan Riska SMAN 1 Belitang Sekadau soal vaksinasi.
Semua pertanyaan dijawab Gubernur Kalbar, termasuk pertanyaan dari Vivian Yohana Sandra SMAN 1 Samalantan mempertanyakan keprihatinan rekan-rekan siswa yang tidak memiliki sinyal di pedalaman sehingga tidak bisa mengakses internet.
“Kalbar memiliki banyak area blank spot. Persoalan ini sudah kita ajukan untuk 225 titik untuk perkuatan jaringan. Pada 2023 seluruh wilayah kalbar sudah bisa terhubung dan internetnya sudah kuat. Untuk wilayah yang tidak ada jaringan internet, kedepan perlu membuat modul dan mengefektifkan serta memperkaya buku-buku di perpusatakaan,” pungkasnya.
Editor : redaksi radarkalbar.com