Oleh : Ketua Satupena Kalimantan Barat, Dr. Rosadi Jamani
BELUM move on atas kekalahan Timnas 0-4 dari Australia. Wajar kalah, karena kualitas tak bisa dibohongi.
Namun, ada kawan ngirim foto berupa salam empat jari. “Sebenarnya Australia ngasih kode tu, Bang. Salam empat jari,” pesan kawan itu.
Jadi penasaran kenapa ramai orang membicarakan salam 4 jari. Bukankah hanya ada salam 01,02, dan 03.
Sementara 04 tidak ada kok. Lalu, kenapa justru salam 4 jari yang ramai. Apakah ada capres baru? Ngopi dulu wak agar asyik membacanya.
Ternyata, salam 4 jari simbol bergabungnya pendukung 01 dan 03 plus para pecinta demokrasi. Kemudian, makna tersiratnya, jangan pilih 02. Lho kok begitu.
Ada akun X @gitaputrid, pemilik akun mengajak warganet melakukan aksi politik dengan simbol salam 4 jari. Apa makna simbol itu?
1. Simbol menghendaki koalisi paslon No. 1 + 3 melalui tangan kita sendiri (tangan rakyat, bukan elit).
2. Simbol membela sila ke-4 Pancasila. Yakni, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” yang berarti dari, oleh, dan untuk rakyat (demokrasi) melalui musyawarah-mufakat.
3. Isyarat internasional untuk tanda bahaya dan/atau meminta pertolongan.
4. Simbol asa kekuatan politik baru (ke-4) yang lebih progresif melawan oligarki dan poltik dinasti.
Naga-naganya sih propaganda. Ya, sebuah propaganda untuk melawan 02. Ajakan agar 01 dan 03 bersatu agar bisa menyingkirkan 02 dalam pertarungan merebut kekuasaan di negeri ini.
Itu yang saya tangkap dari simbol salam 4 jari. Kenapa harus bersatu, kan masing-masing punya peluang menang. Kan rakyat yang menentukan. Sepertinya ada nuansa takut kalah ni.
Kalau boleh diibaratkan 02 itu mirip Timnas Australia. Punya segalanya. Kualitas pemain di atas rata-rata. Ranking di FIFA berada di posisi 25. Sementa Timnas Indonesia berada di 146.
Sangat jomplang. Anak kecil pun memprediksi pasti menang Australia. Di lapangan, dibantai Australia 0-4. Semua sesuai prediksi.
Seperti apa kekuatan 02 sampai harus 01 & 03 bersatu? Ada anak presiden di situ. Presiden adalah kepala negara dan pemerintah. Kekuatannya sangat powerfull.
Tak mungkin pula presiden sebagai ayah membiarkan anaknya kalah. Dengan segala power yang ia miliki digunakan demi 02 menang.
Semua kepala daerah berstatus Pj sudah dikumpulkan. Belum lagi aparat keamanan dengan satu komando. Kepala desa sudah. Menteri sampai Dirut BUMN plus komisaris sudah.
Belum lagi para naga atau konglomerat, bos-bos tambang sudah di bawah kendali. Ngeri wak, sudah ngeper duluan melihat bersatunya elit dan oligarki.
Jelang pencoblosan, senjata-senjata pamungkas dikeluarkan. Salah satunya Bansos. Jutaan paket dihamburkan. Sampai di depan istana pun Bansos diobral ke siapa saja yang lewat dan mau. Tak perlu lagi data orang miskin.
Ambil saja kalau mau. Siapa yang tak suka Bansos dalam kondisi serba sulit. Dengan banyaknya senjata itu, wajar kalau 02 selalu yakin Menang Satu Putaran. Segala sisi unggul, apalagi survei tak pernah melorot selalu di atas.
Belum lagi senjata paling mematikan “Serangan Fajar” bersiap dikeluarkan di masa tenang nanti. Senjata ini membuat siapapun bisa bertekuk lutut dan memilih sesuai arahan. Siapa yang tak tergiur dikasih 250 ribu per orang. Apalagi dompet memang kosong.
Melawan 02 yang didukung penguasa seperti melawan raksasa. Tak ada hitungannya 01 dan 03 bisa menang. Apalagi kalau nafsu menang satu putaran, halu namanya. Maaf, bukan mengecilkan apalagi melemahkan.
Kecuali…kecuali 01+03 bersatu padu. Bersatu padu tak lagi memandang ideologi. Radikal, komunis, wahabi, liberal, teroris, buang semua itu dan satu untuk demokrasi.
Buang semua ego masa lalu yang berwarna-warni, jadilah satu warna saja. Hanya itu jalan bisa mengalahkan kubu 02.
Jangan pula lho bilang “najis” ya!
“Lho kan 01, mau ndak gabung 03?”
“Najis…!”
Jangan bilang begitu. Lho mau menang atau tidak sih. Buang semua dendam yang sudah berkarat itu. Bersatu padu cara paling jitu melawan raksasa 02.
Jangan pikirkan dulu bagi-bagi kekuasaan. Jangan mulai mikir mau jadi komisaris BUMN. Lambaikan 4 jari sekarang. Eh..ente yang baca, lambaikan 4 jari, hehehe.
Jelang pencoblosan 14 Februari, propaganda semakin gencar. Propaganda itu seperti menyerbu siang dan malam. Begitu buka HP, propaganda itu langsung menghunjam.
Di sini sangat diperlukan kejernihan dan kecerdasan berpikir, memilih dan memilah. Ingat, pemenang Pilpres sangat ditentukan oleh kaum undecided voters atau swing voters seperti kalian yang baca tulisan ini. Bola itu bulat kawan, siapa sangka Timnas bisa lolos ke putaran kedua.
#camanewak