Radar KalbarRadar Kalbar
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Lainnya
    • Hukum
    • Olah Raga
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Figur
    • Tekno
    • Entertainment
Radar KalbarRadar Kalbar
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
Pencarian
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Hukum
  • Olah Raga
  • Gaya Hidup
  • Bisnis
  • Figur
  • Tekno
  • Entertainment
Radar Kalbar > Indeks > Opini > Pandangan Quraish Shihab Soal Hijab
Opini

Pandangan Quraish Shihab Soal Hijab

Last updated: 24/05/2025 08:57
23/05/2025
Opini
Share

FOTO : Prof. Dr.Muhammad Quraish Shihab [ ist ]

PERISTIWA meninggalnya suami Najwa Shihab cukup menyita perhatian publik. Ada ribuan komentar masuk ke akun saya.

Ramai mengucapkan belasungkawa. Nah, yang cukup mengeryitkan jidat, ramai bicara hijab atau jilbabnya Mbak Nana. Siapkan kopinya wak, agar otak tetap encer dan waras.

Najwa Shihab, jurnalis cerdas yang lebih sering mewawancarai pejabat tinggi. Penampilannya tidak memakai hijab. Ia sering dihakimi negatif karena tak memakai penutup rambut itu.

Bukan hanya dia, ayahnya pun ikut terseret. Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, ulama tafsir top-tier yang bahkan kamus besar pun segan menyanggahnya.

Netizen pun mulai bersabda, “Bagaimana mungkin anak ulama besar tidak berhijab?” Lalu keluarlah tafsir-tafsir dadakan ala Ustaz TikTok, yang sayangnya lebih sering tafsir perasaan ketimbang Alquran.

Padahal, kalau mereka mau mengutip lebih dalam dari sekadar caption Instagram, mereka akan tahu, Quraish Shihab tidak pernah mengatakan hijab itu tidak penting. Beliau hanya menempatkannya pada ruang kontekstual yang lebih luas dari kepala sempit mereka.

Dalam Tafsir Al-Misbah, karya megastruktur teologis yang tebalnya bisa dipakai untuk melatih otot lengan, Quraish Shihab menjelaskan bahwa Surah Al-Ahzab ayat 59 dan Surah An-Nur ayat 31 memang berbicara soal aurat dan pakaian.

Tapi konteksnya bukanlah ruang tamu rumah Anda, melainkan realitas sosial zaman Nabi. Perintah berjilbab saat itu bertujuan membedakan perempuan merdeka dari budak, dalam masyarakat yang masih penuh stigma dan pelecehan. Maka, memakai hijab adalah bentuk perlindungan dan kehormatan, bukan hanya sebatas tampilan luar, tapi simbol moralitas batin.

Namun karena pendekatannya yang kontekstual dan rasional, dua hal yang tampaknya lebih menakutkan dari genderuwo bagi sebagian umat, Quraish Shihab tak luput dari kritik.

Beberapa ulama dan akademisi menyindir bahwa beliau terlalu “hermeneutik,” terlalu “sejarah,” bahkan terlalu “liberal” seperti kopi kekinian. Ada pula yang menuduh beliau condong ke Syiah, karena… yah, mungkin karena beliau terlalu damai untuk ukuran perdebatan Tiktok.

Tapi Grand Syekh Al-Azhar, Ahmad Al-Thayyib, pernah dengan tegas membela Quraish Shihab, mengatakan bahwa ia mengenal sosoknya jauh lebih baik ketimbang para pengkritiknya yang lebih sering buka akun gosip dari membuka lembar tafsir.

Quraish Shihab bukan tipe ulama yang mendikte. Bahkan, kepada istri dan anak-anaknya, termasuk Najwa, beliau tidak pernah memaksa untuk berjilbab. “Kesadaran spiritual tidak bisa dipaksa,” katanya. “Ia harus lahir dari pemahaman, bukan tekanan.” Itu mungkin adalah kalimat paling Islami yang tidak pernah dijadikan quotes di dinding rumah makan padang.

Najwa, dengan segala kontroversinya, tidak sedang menantang Tuhan. Ia sedang menjadi manusia, dan manusia itu proses, bukan produk jadi dari pabrik kesalehan. Apakah ia tidak berhijab karena abai? Tidak tahu.

Tapi apakah itu membuatnya kurang berhak atas kasih sayang Ilahi? Itu hanya bisa dijawab oleh Tuhan yang Maha Menilai, bukan netizen yang maha cepat mengetik “naudzubillah.”

Sebelum nuan mengangkat jari untuk mengetikkan celaan, ingatlah, jari ikam akan dimintai pertanggungjawaban, sama seperti jilbab ukhti. Mungkin, hanya mungkin, Quraish Shihab yang maneh tuduh liberal itu, sebenarnya sedang lebih Islami dari kita semua.

Hijab bukanlah piala keimanan, dan yang tidak memakai hijab bukan otomatis kandidat neraka. Quraish Shihab menunjukkan kepada kita bahwa dalam Islam, perjalanan spiritual tidak pernah bisa diseragamkan seperti seragam SMA. Kita berproses, kita belajar, kita memahami, bukan menghukum.

Maka, jika nuan melihat seseorang tidak berhijab, jangan langsung bilang, “Dia pasti kurang iman.” Tapi coba ucapkan, “Semoga Allah melimpahkan taufik dan hidayah untuk kita semua” sembari becermin, karena mungkin yang paling butuh hidayah adalah komentarmu sendiri.

Hijab adalah simbol, hijab adalah pilihan sadar, hijab adalah proses jiwa. Tapi jika hijab berubah menjadi standar keimanan tunggal dan alat mengukur surga-neraka, maka kita sedang mengubah agama menjadi kontes Miss Muslimah dengan juri netizen anonim.

Pada akhirnya, seperti kata Quraish Shihab, “Yang penting bukan sekadar apa yang dikenakan, tapi mengapa dan untuk apa.”

#camanewak

Oleh : Rosadi Jamani
[ Ketua Satupena Kalbar ]

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
TAGGED:JilbabQuraish Shihab
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link

Terpopuler Bulan Ini

Koq Bisa..! Solar Subsidi Ngalir ke Penambang Emas Ilegal, Begini Penjelasan Dinas Perdagangan Sekadau

19/05/2025
Kamiriluddin Desak PT KAL dan Pemerintah Bersikap, Ratusan Pekerja di Kayong Utara Dibayangi Ketidakpastian
21/05/2025
Menanti Terang di Ujung Kampung, 60 KK di Lingkungan RT : 02 Mayak Engkare Cempedak Tayan Hilir Masih Hidup dalam Gelap
29/05/2025
Rampas Kunci Motor Warga, Pria di Sekadau Ditangkap dalam Operasi Pekat II Kapuas 2025
17/05/2025
Antara Ternak Mulyono dan Anak Abah
03/05/2025

Berita Menarik Lainnya

Nura Husna Sahila, Hafizah 30 Juz, Usia 18 Bisa Pergi Haji

29/05/2025

1.233 ASN Absensi Gunakan GPS Palsu. Parah ni, Wak!

29/05/2025

Mengenal Haji Isam, Pembeli 2000 Ekskavator dan Pesawat Seharga 1,2 Triliun

27/05/2025

BPJS : Bola Pingpong Jalur Siksaan

22/05/2025

PT. DIMAS GENTA MEDIA
Kompleks Keraton Surya Negara, Jalan Pangeran Mas, No :1, Kel Ilir Kota, Sanggau, Kalbar

0812-5012-1216

Terkait

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi

Regional

  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang