Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]
WAJAR bila Dagestan Rusia dijuluki Negeri Patarung. Setiap petarungnya, juara dunia dan tak terkalahkan. Khabib Nurmagomedov memang pensiun, tapi juniornya sudah antre di belakang.
Islam Makhachev, junior Khabib baru saja memenangkan duel melawan petarung dari Brazil. Hanya satu ronde sudah angkat tangan.
Yok kita bahas pertarungan Islam, khalifah octagon. Tentu sambil ngopi, wak.
Los Angeles bersinar malam itu. Tapi di atas langit Intuit Dome, bayangan pegunungan Dagestan seperti menyelimuti arena. Udara dingin, tegang. Semua mata tertuju pada satu nama, Islam Makhachev. Bukan sekadar petarung.
Dia adalah warisan. Manifestasi nyata dari negeri yang katanya melahirkan lebih banyak juara dari bayi biasa.
Lawan kali ini, Renato Moicano. Pria Brasil dengan senyum optimis dan reputasi besar. Tapi optimisme, sayangnya, tidak bisa menyelamatkan leher.
Babak pertama dimulai, dan Moicano langsung terlihat seperti turis yang tersesat. Makhachev, dengan kecepatan dan ketenangan khas Dagestan, mendorongnya ke lantai seperti singa melumpuhkan rusa.
Empat menit. Empat menit saja. Lebih singkat dari waktu yang ente butuhkan untuk bikin mi instan. Semuanya selesai. D’Arce choke. Sebuah teknik yang terdengar seperti nama perhiasan mahal, tapi efeknya jauh lebih brutal.
Moicano mencoba bertahan, tentu saja. Tapi mencoba kabur dari cekikan Makhachev itu seperti mencoba menyusul kereta cepat dengan sepeda ontel. Tidak mungkin.
Moicano mengetuk. Tap! Tap! Tap! Dengan itu, cerita selesai. Makhachev berdiri, wajahnya seperti tidak terpengaruh. Bagi dia, ini hanya hari biasa di kantor. Tapi bagi dunia, ini adalah pengingat bahwa Dagestan bukan sekadar tempat di peta. Itu adalah negeri legenda, tempat bayi lahir dengan kemampuan takedown bawaan.
Malam itu, Makhachev mencatatkan kemenangan ke-27 dalam kariernya. Empat kali berturut-turut mempertahankan sabuk juara. Empat kali membuktikan bahwa grappling Dagestan adalah salah satu misteri terbesar peradaban modern.
Dagestan, Negeri Petarung. Sebuah tanah di mana oksigen bercampur dengan DNA juara. Pegunungan yang tidak hanya melatih fisik, tapi juga mental. Makhachev adalah simbol dari semua itu. Renato Moicano? Dia hanya nama lain di daftar panjang korban.
Dagestan sendiri, mayoritas Islam di negeri Beruang Merah. Setiap anak lelaki diajarkan cara bertarung sejak dini. Tak hanya bertarung tapi, diajarkan nilai-nilai Islam Dagestan. Jangan heran bila ada petarung dari Dagestan, simbol-simbol Islam ikut menyertai. Saya tahu ini dari canel Joe Hattab yang secara khusus meng-explore kehidupan petarung Dagestan.
Kembali ke MMA, ketika malam selesai, dan sorak-sorai mereda, satu hal menjadi jelas. Islam Makhachev tidak sekadar petarung. Dia adalah epik yang hidup. Sebuah puisi tentang kekuatan, teknik, dan ketenangan. Bagi mereka yang berani menantang Dagestan di octagon, satu pesan selalu sama, selamat datang di neraka grappling.
#camanewak