Radar KalbarRadar Kalbar
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Lainnya
    • Hukum
    • Olah Raga
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Figur
    • Tekno
    • Entertainment
Radar KalbarRadar Kalbar
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
Pencarian
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Hukum
  • Olah Raga
  • Gaya Hidup
  • Bisnis
  • Figur
  • Tekno
  • Entertainment
Radar Kalbar > Indeks > Opini > Banteng Tua dan Anak yang Ditanduk
Opini

Banteng Tua dan Anak yang Ditanduk

Last updated: 16/12/2024 18:13
16/12/2024
Opini
Share

Oleh : Rosadi Jamani [Ketua Satupena Kalimantan Barat]

DALAM panggung politik Indonesia, hari ini kita saksikan sebuah drama kolosal. Tidak ada layar terkembang, tidak ada gendang ditabuh, tetapi suara gemuruhnya lebih keras dari badai.

Jokowi, sang presiden dua periode, sang anak emas, dilempar ke luar kandang oleh induk banteng yang dulu membesarkannya.

Komarudin Watubun, berdiri di tengah panggung, dengan setelan hitam legam. Suaranya seperti dentuman genderang perang. Tegas, getir, penuh kepastian. Ia membawa perintah dari seorang ratu yang tak pernah salah.

Megawati Soekarnoputri, sang banteng tua, yang kini memilih menanduk anak sendiri demi menjaga keagungan kandangnya.

“Saudara Joko Widodo dipecat. Saudara Gibran Rakabuming juga. Saudara Bobby Nasution, tidak lupa,” katanya, seakan ketiga nama itu hanya serpihan debu yang bisa ditiup angin kapan saja. Komarudin, adakah hatimu juga gemetar saat membacakan keputusan ini?

Tapi politik, wak, adalah panggung tanpa belas kasih. Tidak ada air mata untuk mereka yang dulu berjasa. Tidak ada ruang untuk sentimentalitas. Dalam dunia ini, yang ada hanyalah kekuasaan, seperti api yang tak pernah kenyang membakar kayu.

Lihatlah, Jokowi, yang dulu dielu-elukan sebagai “putra terbaik partai,” kini menjadi musuh dalam selimut. Ini setidaknya menurut surat bernomor 1649.

Gibran, sang Wapres termuda, yang belum sempat menikmati dinginnya kursi kekuasaan, harus menerima bahwa darah ideologisnya dianggap kotor. Bobby? Ah, nasibnya bahkan seperti epilog cerita yang hampir terlupakan.

Sementara itu, di markas besar PDIP, merah dan hitam bercampur jadi satu. Olly Dondokambey, Said Abdullah, Bambang Pacul, semua berdiri dengan aura seperti algojo yang baru saja menyelesaikan tugas suci. Kemeja mereka merah, tapi bukan karena darah, setidaknya bukan darah fisik.

Netizen berbisik-bisik.
“Apakah ini pertanda zaman sedang berubah?”
“Apakah Megawati sedang mempersiapkan pewaris baru, seorang banteng muda yang belum sempat kita kenal?”
“Mungkin ini hanya babak awal dari perang besar.”

Konspirasi? Ia tumbuh subur di tanah bernama politik.

Jokowi? Mungkin ia tertawa kecil di balik layar. Ia tahu, dunia ini terlalu besar untuk dihancurkan oleh satu keputusan. Tetapi siapa yang tahu isi hatinya? Mungkin ia juga terluka, seperti anak yang ditolak ibunya sendiri.

Ini adalah kisah tentang banteng tua yang menanduk anak-anaknya. Sebuah drama yang akan dikenang, ditertawakan, dan dijadikan bahan obrolan dari tingkat elite sampai pengopi di warkop. Tetapi satu hal yang pasti, politik selalu punya jalan untuk menciptakan drama baru. Kita, para penonton setia, hanya bisa menunggu babak berikutnya dengan mata terbelalak dan hati penuh tanda tanya.

Tepuk tanganlah, wak! Drama ini baru saja dimulai.

#camanewak

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
TAGGED:Ketua Satupena Kalimantan Barat
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link

Terpopuler Bulan Ini

BREAKING NEWS : Mobil Pengangkut Uang Seruduk Kerumunan di Pasar Sungai Bakau Kecil, Sejumlah Warga Menderita Luka

16/07/2025
Proyek Jalan Nasional Rp 146,9 Miliar di Mempawah Jadi Sorotan, Ketua Kadin : Mestinya Dikerjakan Secara Profesional
09/07/2025
Tersengat Listrik, Dua Pekerja PLN Mempawah Dilarikan ke Rumah Sakit, Abai Gunakan APD atau Kurang Pengawasan?
17/07/2025
Prestasi Atlet Mempawah Tak Seiring Dukungan, Berjuang Tanpa Dana, Berlaga Tanpa Apresiasi
05/07/2025
Tuntutan Memuncak…! Dipanggil Mangkir, PT KAL Dinilai Abaikan Hak Karyawan dan Wibawa Pemerintah
24/07/2025

Berita Menarik Lainnya

Rindu Pasir di Ujung Pulau Tayan yang Tak Lagi Pulang

27/07/2025

Nasib Jembatan Kapuas Tayan, Kemegahan yang Kini Terabaikan, Malam Tanpa Cahaya di Atas “Triliunan Rupiah”

25/07/2025

Lagi, Anak Kandung Buang Ibu ke Panti Jompo

23/07/2025

Mengenang Empat Puluh Hari Kepergianmu

18/07/2025

PT. DIMAS GENTA MEDIA
Kompleks Keraton Surya Negara, Jalan Pangeran Mas, No :1, Kel Ilir Kota, Sanggau, Kalbar

0812-5012-1216

Terkait

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi

Regional

  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang