Kuping Trump dan Sejarah Presiden As yang Ditembak


Oleh : Rosadi Jamani [ Dosen UNU Kalimantan Barat]

SAYA ucapkan selamat dan sukses buat Spanyol juara Euro 2034 usai kalahkan Inggris 2-1. Tanduk Matador lebih kuat dari kunci Inggris.

Kali ini saya mau melanjutkan drama penembakan Donald Trump. Masih jadi perbincangan dunia. Oke, jadi kita bicara soal penembakan Trump yang lagi bikin dunia heboh.

Banyak analis politik yang bilang ini mungkin cuma bagian dari strategi kampanye. Ada juga teori konspirasi yang menyebut ini kerjaan kontra intelijen.

Mana yang bener? Siapa yang tahu? Tapi mari kita bahas dengan gaya yang sedikit nyeleneh, biar nggak bikin pusing.

Trump memang terkenal dengan gayanya yang dramatis dan kontroversial. Tapi kali ini, kalau benar ini bagian dari strategi kampanye, dia bener-bener naik level.

Serius, siapa sih yang mikir, “Hei, kayaknya seru kalau saya ditembak di tengah kerumunan pendukung, pasti naik deh elektabilitas saya!”

Bayangkan adegannya, Trump lagi pidato penuh semangat di depan pendukungnya yang fanatik. Tiba-tiba, *bam!* ada suara tembakan dan peluru melayang. Tapi jangan khawatir, peluru cuma kena kupingnya, nggak sampai bikin luka serius.

Nah, di sini kita bisa lihat kehebatan sang sniper, atau mungkin cuma kebetulan beruntung. Peluru itu bisa saja kena siapa aja di belakang Trump, tapi tidak, dia memutuskan buat berbelok sedikit dan cuman nyenggol kuping sang mantan presiden yang satu ini.

Sampai saat ini, kisah penembakan Trump mengalahkan mandi darah di Gaza. Setetes darah Trump lebih mengglobal ketimbang darah anak-anak Palestina yang bersimbah darah setiap hari. Baik saya lanjutkan dengan sejarah penembakan presiden Amerika.

Sebelum Trump, ada beberapa presiden atau calon presiden AS yang juga jadi korban penembakan. Mungkin kita bisa ambil pelajaran dari sejarah ini, atau minimal kita bisa ngehibur diri dengan betapa absurdnya kejadian-kejadian ini.

Pertama, Ronald Reagan (1981). Ditembak dan terluka parah saat keluar dari Hotel Hilton di Washington. Pelakunya, John Hinckley Jr., bebas tanpa syarat pada 2021. Mungkin dia pikir, “Hei, kayaknya seru juga nembak presiden buat bikin Jodie Foster terkesan.”

Kedua, Gerald Ford (1975). Tidak terluka dalam dua percobaan pembunuhan berbeda oleh perempuan pada September 1975 di California. Ford pasti mikir, “Serius nih, dua kali dalam sebulan? Apa saya kelihatan seperti target latihan nembak?”

Ketiga, George Wallace (1972). Ditembak empat kali saat kampanye dan akhirnya lumpuh seumur hidup. Kalau Wallace bisa ngomong sekarang, mungkin dia bakal bilang, “Empat kali? Ya ampun, apa saya punya target di punggung?”

Keempat, Robert F. Kennedy (1968). Tewas ditembak di Hotel Ambassador, Los Angeles. Kalau ini sih serius banget dampaknya buat pilpres 1968. Bayangkan kalau kita bisa ngobrol dengan Bobby di sana, “Serius, di hotel lagi? Paling nggak, kasih saya kesempatan buat makan malam dulu.”

Kelima, John F. Kennedy (1963). Tewas ditembak di Dallas oleh Lee Harvey Oswald. JFK mungkin nggak pernah nyangka bakal jadi simbol perubahan besar dalam politik AS. Tapi satu yang pasti, “Kenapa selalu di mobil terbuka? Next time, kasih saya tank!”

Keenam, Franklin D. Roosevelt (1933). Sebagai presiden terpilih, FDR selamat dari percobaan pembunuhan di Miami. FDR pasti bilang, “Apa pun yang terjadi, saya tetap mau jadi presiden yang hebat…dan mungkin, lain kali saya bawa pelindung lebih tebal.”

Jadi, penembakan terhadap presiden memang bukan hal baru di Amerika. Tapi, apakah ini benar-benar strategi kampanye Trump atau cuma kebetulan naas? Siapa yang tahu.

Tapi satu yang pasti, kita semua dapat cerita yang seru dan absurd untuk dikenang.

Semoga Trump baik-baik saja, dan kita bisa melanjutkan drama politik yang selalu bikin gempar ini.

#camanewak


Like it? Share with your friends!