Radar KalbarRadar Kalbar
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Lainnya
    • Hukum
    • Olah Raga
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Figur
    • Tekno
    • Entertainment
Radar KalbarRadar Kalbar
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
Pencarian
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Hukum
  • Olah Raga
  • Gaya Hidup
  • Bisnis
  • Figur
  • Tekno
  • Entertainment
Radar Kalbar > Indeks > Opini > Wartawan Bodrex, Pendekar LSM, dan Pejabat yang Tak Bisa Tidur
Opini

Wartawan Bodrex, Pendekar LSM, dan Pejabat yang Tak Bisa Tidur

Last updated: 16/02/2025 07:42
15/02/2025
Opini
Share

Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]

ADA kawan wartawan share soal adanya wartawan merangkap LSM. Kebetulan saya eks wartawan, sedikit banyak paham dunia ini. Sambil menikmati kopi di teras rumah, yok kita bahas dunia jurnalistik ini.

Di sebuah negeri yang konon katanya demokratis, ada tiga tokoh utama yang selalu muncul dalam kisah-kisah peradaban modern. Tak lain adalah wartawan, aktivis LSM, dan pejabat daerah.

Pejabat adalah sosok yang mendadak religius ketika audit datang, wartawan adalah pengembara kebenaran (atau setidaknya mengaku begitu), dan aktivis LSM? Mereka adalah kaum pengawas, para penjaga moral yang sering kali lebih tahu isi anggaran dari bendahara negara sendiri.

Lalu muncullah istilah “wartawan Bodrex”, sebuah frasa yang mengguncang jagat pers. Menteri Desa, Yandri Susanto, yang dengan santainya mengucapkan kata itu, tiba-tiba jadi bulan-bulanan. Wartawan se-Indonesia pun menghunus pena mereka, siap menuliskan narasi balasan yang lebih tajam dari pedang samurai.

Sang Menteri akhirnya meminta maaf, tapi luka di hati pewarta tetap menganga. Bagaimana bisa mereka disamakan dengan obat warung? Apa karena cepat bekerja? Apa karena bisa mengatasi sakit kepala pejabat dalam sekejap?

Namun, di balik drama ini, ada kenyataan yang lebih menggetarkan. Di banyak pelosok negeri, muncul makhluk-makhluk dengan keahlian ganda, wartawan yang juga aktivis LSM. Mereka bukan sekadar manusia biasa. Mereka memiliki kemampuan berubah bentuk.

Hari ini mereka datang dengan kartu pers, membawa recorder dan kamera. Esoknya mereka muncul lagi, kali ini dengan bendera LSM, membawa surat laporan dan ancaman pelaporan ke kejaksaan, kepolisian, bahkan ke KPK.

Pejabat yang melihat pun berbisik dalam hati, “Ini lawan atau kawan?”

Fenomena ini semakin liar. Di Papua, di Kalimantan, di Sumatera, bahkan sampai ke desa-desa terpencil, pejabat sering kali didatangi sosok misterius yang mengaku wartawan. Mereka bertanya dengan nada serius, mencatat sesuatu, lalu menghilang.

Beberapa hari kemudian, mereka datang lagi, tapi kali ini sebagai aktivis LSM, bicara soal transparansi anggaran, keadilan sosial, dan entah apa lagi. Dana BOS, PIP, BUMDes, plang proyek, banyak lagi objek sasarannya.

Pejabat yang tak siap akan langsung berkeringat dingin.

Para wartawan sejati pun merasa profesi mereka dinodai. “Kami ini pencari kebenaran, bukan negosiator anggaran!” teriak seorang jurnalis senior sambil menghempaskan kopinya yang sudah dingin.

Tapi apa daya, dalam rimba pers yang semakin liar, sulit membedakan siapa yang tulus menulis berita dan siapa yang sekadar menjadikan pena sebagai alat tawar-menawar.

Dewan Pers sudah mengeluarkan peraturan. Wartawan tidak boleh merangkap sebagai aktivis LSM. Tapi, aturan di atas kertas sering kali kalah oleh realitas di lapangan. Kehidupan terlalu kejam untuk sekadar mengandalkan idealisme.

Di satu sisi, ada LSM yang benar-benar berjuang untuk keadilan. Di sisi lain, ada yang menjadikan nama “advokasi” sebagai kedok. Pejabat yang jujur (kalau ada) pun kebingungan. Pejabat yang curang? Mereka sudah hafal aturan main.

Lalu, apa solusinya? Tidak ada.

Ini adalah pertempuran yang tak akan berakhir. Wartawan akan terus mencari berita. LSM akan terus mengawasi.

Pejabat akan terus mencari cara untuk bertahan hidup. Dalam dunia yang semakin abu-abu, hanya satu hal yang pasti, tidak ada yang benar-benar netral.

Di tengah kekacauan ini, satu pertanyaan besar masih menggantung di udara, siapa sebenarnya yang paling butuh Bodrex? Wartawan, pejabat, atau kita semua?

#camanewak

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
TAGGED:Ketua Satupena Kalimantan BaratLSMPejabatRosadi JamaniWartawan
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link

Terpopuler Bulan Ini

Selebgram Oca Fahira Meninggal Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Sungai Pinyuh

30/09/2025
Setahun Menghilang, Seorang Pria di Tayan, Ditemukan Tinggal Tengkorak
24/09/2025
Sore Mencekam di Sungai Pinyuh, Si Jago Merah Lahap Empat Rumah Warga di Jalan Karya Usaha
24/09/2025
Laskar Cinta Jokowi Minta Menkeu Purbaya Dipecat
16/10/2025
Pengedar Sabu di Balai Karangan Diciduk, 10 Paket Siap Edar Disita
12/10/2025

Berita Menarik Lainnya

Bulutangkis Kita Tersenyum Lagi Lewat Jonatan Christie

2 jam lalu

Drama Antagonis Dalam Kabinet Ekonomi Indonesia

18/10/2025

Utang dan Kecepatan Cahaya Bernama Whoosh

18/10/2025

Memahami Cara Kerja Inteligen Indonesia

19/10/2025

PT. DIMAS GENTA MEDIA
Kompleks Keraton Surya Negara, Jalan Pangeran Mas, No :1, Kel Ilir Kota, Sanggau, Kalbar

0812-5012-1216

Terkait

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi

Regional

  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang