Kasihan Ukraina, Negara Hancur, Ditolak Jadi Anggota NATO


Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]

BAYANGKAN ente seorang pemain sepak bola tarkam, diiming-imingi main di Timnas U20. Ente sudah beli sepatu baru, latihan keras, dan pamer ke semua teman kalau ente bakal masuk tim.

Eh, tiba-tiba, setelah ente babak belur di lapangan, pelatih Syafii bilang, “Maaf ya, tadi cuma bercanda.” Kira-kira begitulah nasib Ukraina dengan NATO.

Dulu, Presiden Joe Biden dengan penuh semangat menyatakan bahwa Ukraina bisa bergabung dengan NATO. Ini seperti mengatakan kepada tetangga yang sering diganggu preman, “Jangan khawatir, kalau ada apa-apa, kami bakal jaga kamu!” Tapi apa yang terjadi? Premannya dalam hal ini Rusia, langsung naik pitam dan menyerbu rumah si tetangga.

Lalu datanglah Donald Trump dengan nada santai, bilang, “Gara-gara janji bodoh uju Biden itu, perang jadi pecah!” Seolah-olah Vladimir Putin sebelumnya adalah seorang yang damai, pencinta burung merpati, yang tiba-tiba berubah jadi gladiator hanya karena satu janji NATO.

Trump dengan bangga mengatakan bahwa kalau dia yang masih menjabat waktu itu, perang ini gak bakal terjadi. Kita semua tahu, Trump punya kemampuan luar biasa dalam menyelesaikan konflik, setidaknya konflik dengan media sosial sebelum akunnya diblokir.

Tapi tidak berhenti di situ. Menteri Pertahanannya, Pete Hegseth, mengeluarkan pernyataan yang lebih bikin dahi berkerut. Katanya, solusi terbaik untuk mengakhiri perang adalah dengan memasukkan Ukraina ke NATO.

Ini seperti berkata kepada seorang perampok, “Eh, dari pada kamu marah-marah terus, mending kamu langsung aja kita kasih izin buat kerja di bank.”

Sementara itu, Rusia tampaknya sedang menikmati drama ini seperti menonton sinetron favorit mereka. Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, mengumumkan, Rusia sedang membentuk tim negosiasi.

“Begitu presiden membuat keputusan yang relevan, kami akan memberitahu Anda,” katanya. Bahasa politik yang berarti, “Kita lihat dulu, kalau angin ke arah kami, baru kita putuskan.”

Trump juga mengatakan bahwa dia sudah menelepon Putin untuk membahas negosiasi damai. Bayangkan momen itu, dua pria dengan ego sebesar planet berbicara tentang perdamaian.

Mungkin dalam percakapan itu, Putin bilang, “Baiklah, aku tarik pasukanku, tapi tolong kembalikan akun media sosialku,” dan Trump menjawab, “Setuju, tapi izinkan aku buka hotel di Moskow.”

Sementara itu, Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umierov, tetap bersikukuh bahwa Ukraina tidak akan mengubah pendiriannya untuk masuk NATO. Ini seperti seseorang yang sudah ditolak berkali-kali oleh gebetan tapi tetap bilang, “Aku yakin, dia sebenarnya suka sama aku!”

Jangan lupakan bahwa dalam dunia politik internasional, tidak ada yang kebetulan. Mungkin ini semua hanyalah bagian dari grand strategy para elite global. Bisa jadi, di balik layar, ada pertemuan rahasia antara miliarder, alien, dan illuminati, yang sedang merancang babak selanjutnya dari serial geopolitik ini.

Apa episode berikutnya? Apakah Rusia akan benar-benar berunding? Apakah Ukraina akhirnya masuk NATO? Atau apakah Trump akan meluncurkan reality show baru berjudul “How I Saved The World”?

Yang jelas, kita siapkan kopi pancong dan pisang goreng dulu. Walau negeri ini dihantui drama efisiensi, Trump sangsat menghibur dan membuat kita seolah lupa Timnas U20 ikut Piala Asia.

#camanewak


Like it? Share with your friends!