FOTO : rangkaian mande’ bedela keraja’ dan perang ketupa Keraton Paku Negara Tayan (Ist)
Sery Tayan – redaksi
TAYAN HILIR – radarkalbar.com
WARGA Kecamatan Tayan Hilir dan sekitarnya, Kabupaten Sanggau, Kalbar antusias mengikuti dan menyaksikan ritual Mande’ Bedel Keraja’ digelar Keraton Pakunegara, pada Sabtu (12/8/2023).
Bagian dari rangkaian ritual Mande’ Bedel Keraja’ ini, diteruskan dengan lemparan atau “perang” ketupat, antara warga yang berada pada bantaran sungai Kapuas, dengan para tetamu undangan yang berada pada kapal pembawa benda pusaka Bedel Keraja’ tersebut.
Hadir saat itu, Ketua Umum Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) Brigjen Pol AA Mapparessa, Ketua Majelis Keraton Kalimantan Barat (MKKB), Pangeran Ratu Surya Negara Drs H Gusti Arman M Si, Wakil Bupati Sanggau, Drs Yohanes Ontot M Si, Kapolres Sanggau AKBP Suparno Agus Candra Kusumah, Kepala Kesbangpol Provinsi Kalbar, Manto, Raja Keraton, Sultan Pontianak ke – IX Paduka Yang Mulia, Sultan Syarif Machmud Melvin Alkadrie, Raja Keraton Ismayana Landak Pangeran Ratu Gusti Fiqri Azizurrahmansyah, GM PT Antam UBPB Kalbar, Muhammad Azril, para raja se Nusantara serta perwakilan Brunai Darussalam.
Ketua panitia pelaksana Mande’ Bedel Keraja’, Sunarto berterima kasih untuk seluruh kehadiran masyarakat dan para tamu undangan yang sudah hadir dan terus jaga keamanan bersama.
“Kita berterima kasih atas dukungan semua pihak, khususnya warga Desa Pedalaman, Kecamatan Tayan Hilir dan umumnya Kabupaten Sanggau hingga Kalbar. Sehingga rangkaian ritual berjalan aman dan lancar,”ucap pria yang juga Kepala Desa Pedalaman ini.
Wakil Bupati Sanggau Yohanes Ontot saat membuka seremoni festival Keraton Tayan ini mengatakan setiap event ini berlangsung sebagai wadah menjalin silaturahmi masyarakat secara umum dan khususnya etnis Melayu, sebagai wujud keberagaman dalam memajukan budaya nasional.
“Kegiatan kebudayaan merupakan urusan wajib yang dilaksanakan sesuai Undang – undang Nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan yang merupakan urusan wajib dalam penguatan pendidikan karakter,” ungkap Ontot.
“Semoga menjadi harapan kita bersama kedepan generasi muda agar berkwalitas, kreatif berbudaya dan bermartabat dengan nilai lokal dan bangga dengan identitas dirinya sebagai bangsa yang berbudaya,” sambungnya.
Tabuhan bedug beberapa kali menandai pembukaan festival keraton Tayan ini, oleh Wakil Bupati Sanggau Yohanes Ontot.
Saat sesi pembukaan seremoni, para tetamu mendapatkan suguhan beberapa tarian persembahan dan silat palang pintu.
Tentunya guna sebagai penghormatan dalam penyambutan tetamu yang menghadiri kegiatan tersebut.
“Kedepannya akan kita tata lebih baik lagi untuk festival budaya keraton Paku Negara Tayan. Dan ritual adat Mande Bedel Keraja’ serta tradisi Perang Ketupat ini agar lebih meriah,” paparnya.
Kegiatan ini, lanjut Ontot, akan memberikan dampak positif khususnya dalam pengembangan wisata dan juga ekonomi masyarakat.
“Kalau kita kemas dengan baik tentu ini bisa menjadi daya tarik wisata, ekonomi masyarakat juga terbantu karena UMKM bisa memanfaatkan kegiatan ini untuk meningkatkan perekonomian mereka,”cetusnya.
Dan yang terpenting, pesan Ontot, festival dan ritual ini harus terus tetap lestari sebagai sebagai upaya melestarikan warisan leluhur.
“Kita sebagai penerus dari para leluhur kita untuk dapat mempertahankan, memelihara, mengembangkan adat istiadat, budaya adat dan hukum adat. Kita berharap kepada masyarakat adat Melayu yang berada di sekitar Keraton Paku Negara Tayan ini supaya kedepan adat istiadat dan budaya adat ini dapat dipertahankan secara baik,” pungkasnya.
Sementara, Kepala Kesbangpol Kalbar, Manto membacakan sambutan tertulis Gubernur Kalbar mendukung kegiatan tersebut.
Dan kedepan untuk terus dikembangkan. Sehingga tidak punah karena zaman.
Sementara, Ketua Umum Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) Brigjen Pol AA Mapparessa mengapresiasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Kedepan momen ini, terus mendapatkan peningkatan.
“Saya tadi sempat ikut perang ketupat. Ini momen sangat bagus untuk ajang pelestarian budaya, agar tak punah karena zaman,” ucapnya.
Ketua MKKB, Pangeran Ratu Surya Negara, Drs H Gusti Arman M Si meminta masyarakat melayu bersatu dalam segenap aspek kehidupan.
“Modalnya bersatu. Kalau kita bersatu. Maka semuanya akan mudah kita laksanakan,” ucapnya.
Curhat Kondisi Keraton
Raja Tayan Panembahan Paku Negara, Gusti Yusri SH dalam sambutan singkatnya selain mengucapkan terima kasih atas kedatangan semua pihak, baik dari lingkungan Kalbar, maupun Raja se Nusantar hingga perwakilan Bruna dan Malaysia.
Namun, pria yang juga Ketua PWI Kalbar ini sempat mengungkapkan curahan hatinya (curhat) mengenai kondisi bangunan keraton yang sudah mengalami kerusakan cukup serius, karena termakan usia.
” Atasnama Raja Tayan, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menghadiri dan mendukung hingga beralan dengan lancarnya acara ini,” ungkapnya.
“Saat ini, kondisi fisik bangunan keraton pun sudah mengalami kerusakan serius. Karena termakan usia, harapannya ada perhatian pemerintah,” sambungnya.
Sejarah Mande’ Bedel
Sebagaimana terkisahkan ritual Mande’ Bedel Keraja’ dan perang ketupat ini merupakan sebuah ritual adat yang sudah berlangsung lama.
Dan atau sejak Kerajaan Tayan berdiri pada zaman raja pertama bernama Gusti Lekar yang beristrikan Encik Periuk.
Ihwal nama bedel merupakan laras senjata kerajaan. Dan jika dimandikan, saat kekeringan melanda negeri atau kena serang wabah penyakit, serta bala bencana.
Yang biasanya ada isyarat mimpi yang dialamatkan kepada raja atau pemimpin sesepuh negeri.
Kemudian air dari mandian bedil kerajaan itu, digunakan untuk menyembuhkan penyakit manakala ada wabah, atau digunakan untuk memupuk tanaman padi yang juga sebagai air tolak bala,
Sementara itu, perang ketupat, yakni rangkaian dari mandi bedil kerajaan. Dinamakan perang ketupat, yakni sebagai bentuk simbolik tolak bala yang kemungkinan melanda negeri (Keraton Tayan).
Caranya dengan saling melemparkan ketupat tolak bala, antara warga pada pinggir sungai dengan warga yang menggunakan motor air, yang diselenggarakan di muara Sungai Tayan hingga menuju Istana Keraton Pakunegara Tayan pada Desa Pedalaman yang berjarak sekitar satu kilometer.
Ketupat yang digunakan untuk perang tersebut, yakni hasil penyerahan dari masyarakat di sekitar Keraton Paku Negara secara sukarela. Ketupat tolak bala tersebut bentuknya berbeda dengan ketupat pada umumnya.
Ketupat yang diserahkan itu dari hasil panen dan hanya 21 buah setiap kepala keluarga yang menyerahkannya.
Kesempatan itu, perang ketupat tersebut melibatkan seluruh unsur masyarakat, tanpa membedakan suku, agama, dan menjadi tradisi bersama, termasuk tamu yang akan hadir dalam festival ini.