Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]
SIAPA MENYANGKA, segelas es teh bisa mengaduk panggung politik negeri ini? Drama ini dimulai dengan sebuah video viral, bintang utamanya, Gus Miftah, sang Utusan Khusus Presiden, dan Son Haji, pedagang es teh yang mendadak jadi selebriti lokal.
Presiden Prabowo, sang pemimpin penuh karisma, dikabarkan mengangkat telepon merah. Bukan untuk membahas geopolitik, tapi untuk urusan teh dan hati.
“Gus Miftah, ini soal rakyat kecil,” ujar Prabowo melalui Sekretaris Kabinet. Seperti dalam kisah pewayangan, Gus Miftah menerima teguran itu seperti Arjuna yang sadar akan dharmanya.
Cerita ini menjadi epik ketika Gus Miftah diperintahkan untuk minta maaf langsung ke kediaman Son Haji.
Bayangkan,wak! Seorang pejabat tinggi datang ke Desa Banyusari, Magelang, membawa hati seluas samudra.
Son Haji, yang mungkin sebelumnya hanya pedagang biasa, kini menjadi simbol perlawanan kelas menengah bawah.
“Maafkan saya, Kang Son,” kata Gus Miftah, dengan nada seperti adegan sinetron terbaik.
Son Haji tersenyum, menerima permintaan maaf. Bahkan, sebagai tanda damai, ia mengundang Gus Miftah untuk menggelar pengajian.
Bayangkan! Dari es teh, menjadi ladang pahala.
Dalam pernyataan penuh keagungan, Hasan Nasbi, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, menegaskan bahwa Presiden bekerja keras.
“7 hari seminggu!” katanya, seakan ingin menunjukkan bahwa kalender di Istana punya satu hari ekstra dibanding rakyat biasa.
Namun, jangan lupa, rakyat kecil seperti Son Haji juga bekerja keras. Mungkin bukan tujuh hari, tapi dengan peluh yang tak kalah suci.
Teguran Presiden ini adalah pelajaran bagi semua pejabat: mulut lebih tajam dari pedang, dan rakyat kecil adalah fondasi sebuah bangsa.
Dalam video viral itu, Gus Miftah bercanda. Tapi, siapa sangka candaan bisa terasa seperti empedu? Gus Miftah pun meminta maaf, bukan sekali, tapi berkali-kali.
Apakah candaan ini akan menjadi sejarah hitam? Atau, justru jadi awal baru bagi hubungan pemerintah dan rakyat kecil?
Kisah ini menjadi pengingat bahwa dalam politik, bahkan es teh bisa jadi masalah serius. Di balik segelas es teh, ada peluh rakyat kecil. Di balik candaan, ada hati yang bisa terluka.
Son Haji kini jadi simbol kekuatan diam. Gus Miftah, pelajaran besar tentang kerendahan hati.
Dan Prabowo? Sang Presiden tetaplah wayang utama yang menggerakkan kisah ini.
Sebuah epos teh, hati, dan teguran langit.
#camanewak