Kenapa Elpiji 3 Kg Menjadi Barang Langka di Sekadau?


Sekadau (radar-kalbar.com)-Kasus sering terjadi kelangkaan gas elpiji 3 kilogram (Kg) selalu menjadi keluhan ibu-ibu rumah tangga.

Pasalnya, elpiji yang katanya diperuntukan bagi rakyat miskin ini selalu susah di cari, kalaupun ada dijual harganyapun bisa mencapai 38 ribu per buah.

“Kalau kehabisan gas 3 kg di dirumah nyarinya susah, padahal di setiap hari Rabu gas tersebut datang di pangkalan Gonis Tekam,namum hari itu datang, hari itu juga habis, kalau sudah sampai di tingkat pengecer harganya sudah naik dua kali lipat,”kata Yati salah seorang ibu rumah di Gonis Tekam kepada awak media Rabu (14/8/2019).

Untuk ia meminta, agar pemerintah bersama pertamina hendaknya segera melakukan evaluasi terhadap pangkalan yang nakal, ketika masyarakat mau beli susah harus bawa KTP segala macam. Padahal sesuai nawacita pemerintah gas jenis ini memang khusus diperuntukan bagi
masyarakat rumah tangga miskin.

Bahkan lanjut dia, gas elpiji 3 kg menjadi bisnis yang mengiurkan bagi para spekulan. Bahkan dari pantauan sehari-hari yang paling banyak mengunakan gas jenis ini adalah rumah makan dan restoran,sehinga semua gas elpiji didrop ke segala rumah makan. Sehinga sambung dia lagi, barang ini menjadi langka. Sebab, rumah makan dan restoranlah yang paling banyak mengunakan gas jenis ini.

“Kalau dirumah makan setiap hari rata-rata mengunakan lima atau bahkan lebih dalam sehari. Tingal dihitung saja berapa rumah makan yang ada di Sekadau. Makanya gas elpiji 3 kg selalu langka dan susah dicari sebab, ada pihak yang memanfaatkan situasi seperti ini. Karena rumah makan sekali beli bisa belasan biji tabung gas,” ulasnya.

Pertanyaan, siapa yang harus mengawasi, seperti apa tindakanya jika terjadi pelanggaran. Sebab, kalau memang gas jenis ini benar- benar diperuntukan bagi masyarakat miskin sesuai peruntukanya,mustahil barang ini bisa menjadi rebutan di pangkalan setiap kali barang datang.

Artinya, ada bisnis empuk dengan keuntungan yang mengiurkan hanya dalam hitungan jam. Misalnya, harga HET Rp.16,500 di jual ke pemilik rumah makan dengan harga Rp.25 perbiji.
Praktik ini memang harus di brantas,karna dinilai sangat merugikan masyarakat.

“Sebagai ibu rumah tangga, saya merasa risih apabila di rumah kehabisan gas, soalnya nyarinya susah benar,kalaupun ada harga sudah sangat tinggi,” keluhnya.

 

 

Pewarta : Sutarjo

Editor     : Antonius


Like it? Share with your friends!