Setelah Sekian Lama


Oleh : Rosadi Jamani [Dosen UNU Kalbar]

AKHIRNYA MPR RI mengeluarkan “jurus pamungkas” untuk mengembalikan nama baik Gus Dur. Kalau kita ibaratkan ini adalah film India, ini adalah momen ketika para anggota MPR tiba-tiba menjadi pahlawan yang menyelamatkan reputasi Gus Dur dari “zona abu-abu” sejarah.

Mereka langsung teriak, “Kami akan mencabut Tap MPR Nomor II/MPR/2001!” Seakan-akan mereka baru saja berhasil mengalahkan Pak Ladusing dan menyelamatkan Gus Dur dari penghapusan sejarah.

Sebenarnya, langkah ini agak telat sih. Ibarat nasi sudah jadi bubur. Sekarang bubur itu dikasih ayam, telur, dan kecap biar lebih enak disantap.

Sudah hampir dua dekade berlalu. Baru sekarang MPR sadar, “tindakan pemecatan” Gus Dur itu perlu dikoreksi. Tapi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, kan? Ya, setelah sekian lama.

Usulan dari Mbak Eem Marhamah Zulfa ini mirip kayak momen “turning point” dalam sinetron. Di mana sang protagonis akhirnya membongkar rahasia besar dan semua orang terharu. Bedanya, ini bukan sinetron, tapi realita politik Indonesia.

Langkah Fraksi PKB ini jelas sebuah langkah yang menunjukkan komitmen, meski agak telat, untuk meluruskan sejarah. Dengan penuh gaya, Mbak Eem seolah mengatakan, “Hei, ayo kita hentikan kebiasaan menyimpan kenangan pahit dan beri Gus Dur penghargaan yang seharusnya!”

Bamsoet, dengan tampang serius ala pemimpin sidang, langsung bilang, “Ya, kami setuju!” Seperti aktor utama yang akhirnya mengeluarkan kata kunci untuk menyelesaikan konflik. Momen ini sangat dramatis, wak! Coba bayangkan musik latarnya, pasti epik!

Yang menarik, kita semua tahu Gus Dur selama ini bukan hanya sekadar Presiden, tapi simbol pluralisme, keberanian, dan pembela hak asasi manusia. Pencabutan TAP ini seperti momen di mana kita bilang, “Maaf Gus, mungkin dulu kita terlalu terburu-buru mengeluarkan Anda.”

Meski MPR baru menyadari langkah ini di pengujung masa jabatan mereka, kita patut berterima kasih. Sejarah akhirnya mengakui bahwa Gus Dur memang layak mendapatkan tempat lebih baik. Lagi pula, kalau Gus Dur masih ada, dia mungkin akan menanggapinya dengan tawa kecil sambil bilang, “Baru sadar ya?” Gitu kok repot.

Sekarang tinggal pertanyaannya, apakah MPR kita sedang ada di momen “clear conscience” menjelang akhir masa jabatan, atau ini adalah momen refleksi atas sejarah yang panjang? Yang jelas, dengan pencabutan Tap ini, Gus Dur bisa tertawa lebar di sana, sambil nonton tingkah polah para anak TK bermain. Mungkin dengan bercanda bilang, “Heh, ngono wae kok repot!”

Pembersihan nama Gus Dur ini, tentu tak lepas perjuangan kader PKB, partai yang didirikannya.

Pantun lok wak!

Jalan-jalan ke Senayan pagi hari,
Nama Gus Dur kini sudah cerah kembali.
MPR akhirnya sadari langkah berarti,
Kenangan Gus Dur kini abadi di hati.

Bunga mawar mekar di tepi jalan,
Tap MPR dicabut demi nama yang suci.
Meski terlambat, kini semua berkenan,
Gus Dur tertawa, kita pun ikut berseri.

#camanewak


Like it? Share with your friends!