Radar KalbarRadar Kalbar
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Lainnya
    • Hukum
    • Olah Raga
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Figur
    • Tekno
    • Entertainment
Radar KalbarRadar Kalbar
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
Pencarian
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Hukum
  • Olah Raga
  • Gaya Hidup
  • Bisnis
  • Figur
  • Tekno
  • Entertainment
Radar Kalbar > Indeks > Opini > Ketika Bonus Abang Ojol Lebih Miris dari Kotak Amal di Pinggir Jalan
Opini

Ketika Bonus Abang Ojol Lebih Miris dari Kotak Amal di Pinggir Jalan

Last updated: 26/03/2025 21:00
26/03/2025
Opini
Share

Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]

SAYA cukup lama gunakan jasa abang ojol. Kalau ke kota lain, selama ada ojol, tenang mau jalan-jalan. Kadang di luar negeri juga demikian. Selama ada ojol, tak perlu mikirkan sesat.

Namun, tahukah kalian, di saat semua menerima THR, abang ojol gimana? Yok, kita bahas sambil menunggu beduk magrib.

Malam itu, di sudut warung kopi pinggir jalan. Geri Irawan menatap layar ponselnya dengan mata berkaca-kaca. Tangannya gemetar. Ada notifikasi bonus hari raya masuk. Bonus Rp 450 ribu muncul. Ia menghela napas panjang. Ia mencoba mencerna kenyataan.

Setelah ribuan kilometer ditempuh, hujan dan terik tak lagi ia pedulikan, setelah rem blong di turunan tajam hampir merenggut nyawanya, akhirnya… ada pengakuan. Pengakuan kecil bahwa ia, seorang pengemudi ojol, ternyata masih dihitung sebagai bagian dari sistem.

“Baru kali ini driver ojol dianggap ada,” gumamnya, suara lirih yang tenggelam dalam hiruk-pikuk kendaraan yang melintas. Tak ada tepuk tangan meriah, tak ada konfeti, hanya sejumput rasa syukur yang terasa getir di ujung lidahnya.

Menteri Ketenagakerjaan telah mengeluarkan Surat Edaran. Lalu, mengimbau aplikator untuk memberikan bonus hari raya kepada para pengemudi ojol dan kurir. Seharusnya, ini menjadi berkah, angin segar bagi mereka yang menggantungkan hidup pada keajaiban notifikasi orderan. Tapi kenyataan selalu punya selera humor yang gelap.

Di sudut lain kota. Seorang pengemudi yang setahun penuh mencurahkan keringat dan air mata hanya mendapatkan bonus Rp 50 ribu. Lima puluh ribu rupiah. Angka yang bahkan tak cukup untuk membeli dua porsi pecel lele di pinggir jalan.

Jumlah yang lebih kecil dari uang receh yang sering terselip di sela sofa mewah para petinggi aplikator. Jumlah yang lebih hina dari uang kembalian di minimarket yang sering kita biarkan dalam kotak amal.

Geri masih mencoba mencari logika dalam ketidakadilan ini. Temannya, yang berpenghasilan lebih tinggi, justru mendapat bonus lebih kecil. Ia menatap ke langit malam yang penuh bintang, seolah mencari jawaban dari keanehan dunia. Apakah keadilan memang hanya konsep abstrak yang tidak pernah menyentuh mereka yang bekerja di jalanan?

Ketua Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI), Lily Pujiati mengungkapkan, ada pengemudi meraup Rp 93 juta dalam setahun. Tapi, hanya diberi bonus Rp50 ribu. Ada ojol penghasilan tahunan Rp102 juta, mendapat bonus Rp 100 ribu. Hanya seperseribu dari keringat yang mereka peras siang dan malam.

Presiden Prabowo Subianto telah meminta aplikator untuk memberikan bonus Rp 1 juta kepada pengemudi. Tapi nyatanya, realitas berbicara lain. Hanya mereka yang “terpilih” yang mendapatkan bonus layak. Selebihnya? Hanya statistik, hanya angka-angka dalam server perusahaan, hanya entitas tanpa wajah yang bisa diutak-atik sesuka hati.

Garda Indonesia mengecam pemberian bonus ini sebagai praktik perbudakan modern yang terbungkus dalam algoritma. “Bayangkan, lima tahun bekerja, menempuh ribuan kilometer, membelah kota dengan harapan, hanya untuk menerima bonus Rp 50 ribu. Ini bukan hanya penghinaan, ini adalah lelucon yang terlalu kejam untuk ditertawakan,” kata Ketua Umum Garda Indonesia, Igun Wicaksono.

Para pengemudi ojol menanti dengan harap-harap cemas, seperti petani menunggu hujan di musim kemarau. Mereka bertanya-tanya, apakah mereka benar-benar manusia yang pantas dihargai, atau hanya roda kecil dalam mesin raksasa yang hanya digerakkan saat dibutuhkan? Apakah suatu hari ada keadilan yang berpihak kepada mereka, ataukah bonus hari raya hanyalah mitos, sama seperti keadilan sosial yang sering dikutip dalam pidato-pidato pejabat?

Di ujung malam, Geri menghidupkan motornya. Angin dingin menusuk tulang, namun ia tetap melaju, menyusuri jalan yang tak pernah menepati janji. Di saku jaketnya, bonus Rp 450 ribu terasa ringan, seakan-akan bisa hilang terbawa angin kapan saja. Tapi ia tahu, di dunia yang tak adil ini, ia tak punya pilihan selain terus melaju.

#camanewak

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
TAGGED:Ojol
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link

Terpopuler Bulan Ini

Selebgram Oca Fahira Meninggal Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Sungai Pinyuh

30/09/2025
Setahun Menghilang, Seorang Pria di Tayan, Ditemukan Tinggal Tengkorak
24/09/2025
Sore Mencekam di Sungai Pinyuh, Si Jago Merah Lahap Empat Rumah Warga di Jalan Karya Usaha
24/09/2025
Laskar Cinta Jokowi Minta Menkeu Purbaya Dipecat
16/10/2025
Pengedar Sabu di Balai Karangan Diciduk, 10 Paket Siap Edar Disita
12/10/2025

Berita Menarik Lainnya

Bulutangkis Kita Tersenyum Lagi Lewat Jonatan Christie

9 jam lalu

Drama Antagonis Dalam Kabinet Ekonomi Indonesia

18/10/2025

Utang dan Kecepatan Cahaya Bernama Whoosh

18/10/2025

Memahami Cara Kerja Inteligen Indonesia

19/10/2025

PT. DIMAS GENTA MEDIA
Kompleks Keraton Surya Negara, Jalan Pangeran Mas, No :1, Kel Ilir Kota, Sanggau, Kalbar

0812-5012-1216

Terkait

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi

Regional

  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang