Radar KalbarRadar Kalbar
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Lainnya
    • Hukum
    • Olah Raga
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Figur
    • Tekno
    • Entertainment
Radar KalbarRadar Kalbar
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
Pencarian
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Hukum
  • Olah Raga
  • Gaya Hidup
  • Bisnis
  • Figur
  • Tekno
  • Entertainment
Radar Kalbar > Indeks > Opini > Skandal Paman Nasional, Telepon 17 Menit
Opini

Skandal Paman Nasional, Telepon 17 Menit

Last updated: 21/06/2025 09:16
21/06/2025
Opini
Share

SKANDAL dalam negeri cukup banyak. Cuma, endingnya bisa ditebak, mirip kopi tanpa gula. Nah, sekali-kali kita bicara soal skandal dari negeri sebelah.

Tepatnya, Thailand, negerinya Jirayut. Skandal kali ini sangat panas. Bayangkan, wak! Saya yang lagi ngopi di warkop reot di Jalan Haruna, terasa panasnya.

Begini cerita dari negeri yang terkenal dengan Ladyboynya itu. Dunia internasional baru saja menyaksikan satu lagi mahakarya geopolitik dari kawasan Asia Tenggara. Kali ini bukan dari latihan militer atau ledakan senjata.

Tapi, dari rekaman telepon 17 menit. Ya, tujuh belas menit! Lebih pendek dari durasi sinetron azan magrib, tapi cukup untuk membuat koalisi pemerintahan Thailand ambruk, hubungan bilateral terguncang, dan satu generasi penonton drama Thailand di Kamboja menangis tanpa subtitle.

Adalah Perdana Menteri Thailand termuda, Paetongtarn Shinawatra, sosok perempuan ambisius berdarah politik yang baru 10 bulan duduk di kursi kekuasaan, kini dipaksa berhadapan dengan amarah rakyat, badai parlemen, dan tentu saja… Facebook. Penyebabnya? Percakapan super akrabnya dengan mantan diktator Kamboja, Hun Sen, bocor ke publik.

Disebar ke 80 pejabat katanya, tapi akhirnya diunggah sendiri oleh Sang Paman ke Facebook pribadi. Sungguh bentuk transparansi politik yang terlalu… transparan.

Dalam percakapan itu, Paetongtarn dengan manis menyapa, “Paman,” lalu meluncurkan serangkaian curhatan yang biasanya hanya disampaikan dalam grup keluarga. Ia membahas insiden perbatasan Mei lalu yang menewaskan seorang tentara Kamboja, menyindir militer Thailand sendiri, dan bahkan memberikan kode diskon diplomasi, “Kalau paman butuh apa-apa, bilang ya…”

Publik Thailand pun meledak. Bukan hanya karena isi percakapan, tapi karena betapa mesranya nada suara Paetongtarn terhadap seseorang yang pernah memerintah negara tetangga dengan tangan besi selama hampir 40 tahun.

Sementara militer Thailand, yang selama ini lebih sensitif dari sinyal Wi-Fi, tersinggung berat. Seorang komandan disebut-sebut sebagai “pihak seberang” yang “ingin terlihat hebat”. Ini bukan lagi diplomasi. Ini sudah masuk ranah stand-up comedy geopolitik.

Akibatnya? Partai Bumjaithai cabut dari koalisi. Thailand kini seperti rumah tangga tanpa kepala keluarga. Penuh gosip, ancaman cerai, dan pembagian harta tak jelas. Oposisi menggonggong lebih keras dari biasanya.

Para profesor politik menulis esai panjang tentang “kerusakan citra nasional akibat percakapan akrab”. Bahkan akademisi dari Universitas Chulalongkorn, Thitinan Pongsudhirak, menyebut, “Kepergiannya hanya soal waktu.” Sebuah kalimat yang biasanya kita dengar dari paranormal, kini jadi analisis ilmiah.

Kamboja tak kalah dramatis. Setelah insiden perbatasan di Segitiga Zamrud, wilayah penuh konflik antara Thailand, Kamboja, dan Laos, kedua negara malah saling ngambek. Thailand ancam putus listrik ke kota perbatasan, Kamboja balas dengan menghentikan impor sayur dan melarang drama TV Thailand. Dunia belum pernah melihat sayuran dan sinetron jadi alat tawar-menawar perbatasan, kecuali sekarang.

Sebagai bumbu pamungkas, Kamboja menyeret masalah ini ke Mahkamah Internasional. Tapi Thailand menolak, karena katanya, batas wilayah itu warisan peta kolonial. Mungkin mereka lebih percaya pada GPS atau Google Earth versi offline.

Apakah Paetongtarn akan jatuh? Bisa jadi. Tapi yang pasti, ini jadi pelajaran penting dalam diplomasi modern, jangan pernah curhat ke paman eks-diktator lewat telepon, apalagi yang punya Facebook.

Pada akhirnya, skandal ini bukan soal batas wilayah atau keamanan nasional. Ini soal ketidakmampuan elite politik memahami bahwa era modern tidak mengenal ruang pribadi. Semua bisa terekam. Semua bisa bocor. Bahkan ucapan “kalau paman butuh apa-apa…” bisa menjadi alasan pembubaran koalisi.

Apakah Paetongtarn akan lengser? Mungkin. Apakah ini akan memicu perang? Tidak. Tapi yang pasti, ini memperjelas satu hal, dalam politik ASEAN, paman bisa jadi lebih berbahaya dari musuh.

Selamat datang di Asia Tenggara, tempat di mana diplomasi terdengar seperti drama keluarga, dengan subtitel internasional dan komentar netizen 720p.

#camanewak
Oleh : Rosadi Jamani
[ Ketua Satupena Kalbar]

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
TAGGED:Paman NasionalSkandal
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link

Terpopuler Bulan Ini

Isak Tangis Iringi Eksekusi Lahan di Kecamatan Segedong, Warisan Digugat, Rumah Tergusur, Warga Teriakan Ketidakadilan

26/06/2025
BREAKING NEWS : Mobil Pengangkut Uang Seruduk Kerumunan di Pasar Sungai Bakau Kecil, Sejumlah Warga Menderita Luka
16 jam lalu
Media FC Perkasa di Liga Mini Soccer U-35 AMC Sungai Pinyuh, Dua Mantan Sochenk FC Jadi Penentu Kemenangan
30/06/2025
Proyek Jalan Nasional Rp 146,9 Miliar di Mempawah Jadi Sorotan, Ketua Kadin : Mestinya Dikerjakan Secara Profesional
09/07/2025
Prestasi Atlet Mempawah Tak Seiring Dukungan, Berjuang Tanpa Dana, Berlaga Tanpa Apresiasi
05/07/2025

Berita Menarik Lainnya

Dahlan Iskan dan Saham Rp 89 Miliar

16/07/2025

Brunei Dibantai 8-0, Raven Gacor Cetak Enam Gol

19 jam lalu

Selama NKRI Penduduknya Masih Mayoritas Islam, Maka Sektor Kehidupan Dipersulit, Hidup Serba Susah

15/07/2025

Terjun Lubuak Rantiang: Keindahan Alam, Misteri, dan Warisan Budaya yang Tersembunyi di Ranah Minang

14/07/2025

PT. DIMAS GENTA MEDIA
Kompleks Keraton Surya Negara, Jalan Pangeran Mas, No :1, Kel Ilir Kota, Sanggau, Kalbar

0812-5012-1216

Terkait

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi

Regional

  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang