Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]
BIASANYA, kalau Dewan sudah teriak-teriak di media, tanda ada aspirasinya belum diakomodir. Begitu juga sebaliknya.
Sepertinya ada yang teriak-teriak di Komisi V. Apa yang diteriakannya, yok kita kupas sambil seruput kopi di Kopikoe Sungai Pinyuh Mempawah.
Komisi V DPR RI. Tempat di mana angka-angka triliunan diobrolkan seperti kita ngobrolin harga tempe di pasar. Kali ini, mereka lagi ribut soal pemotongan anggaran Kementerian PU yang mencapai Rp 81,38 triliun.
Ya, triliun. Bukan cuma “beberapa ribu” atau “sedikit”. Tapi triliun. Jumlah yang buat kita biasa-biasa aja mungkin cuma bisa ngimpiin.
Awalnya, anggaran Kementerian PU itu Rp 110,95 triliun. Sekarang? Tinggal Rp 29,57 triliun. Bayangin, dari segede gajah, jadi segede kucing. Bahkan mungkin kucing kurus.
Adian Napitupulu, anggota Komisi V dari Fraksi PDIP, langsung angkat bicara. Dengan nada yang mungkin lebih dramatis dari kebakaran Kementerian ATR/BPN. Dia bilang, “Ini emang harus kita setujui ya? Karena emang enggak masuk di akal. Itu memang kecil sekali.”
Ya, Adian. Kita semua paham. Rp 29,57 triliun itu memang kecil. Kecil kayak harapan kita sama kinerja DPR.
Adian lanjut, “Jadi pimpinan, mau kita-kita putar yang enggak kita dapat dapilnya.” Nah, ini dia. Intinya, kalau anggaran dipotong, gimana mau “putar” duit buat dapil? Gimana mau bagi-bagi proyek? Gimana mau tepati janji-janji manis yang mungkin sudah diumbar ke sana-sini?
Adian pun dengan tegas bilang, “Kalau menurut saya, teman-teman di DPR harus rela enggak buat apa-apa untuk dapilnya. Jadi pembohong lah setahun, karena tidak mampu menepati janjinya.”
Wow. Jujur banget, ya. Tapi setidaknya dia ngaku. Jadi pembohong setahun. Karena enggak bisa tepati janji. Bravo, Pak Adian. Kejujuranmu sungguh mengharukan.
Lalu ada Lasarus, Ketua Komisi V. Dia juga ikutan nyeletuk, “Tapi bukan kewenangan saya, saya bukan presiden.”
Lasarus, politisi Kalbar ni, senggol dong. Kalimat dari Lasarus itu bikin kita semua mikir, “Lah, terus siapa yang punya kewenangan? Doraemon?”
Intinya apa? Anggaran dipotong. Janji-janji DPR menguap. Kita, rakyat biasa, cuma bisa nonton sambil nyantai gratis di tepi Sungai Kapuas. Karena di negeri ini, politik itu kayak sinetron. Ada konflik, ada drama, ada adegan sedih, tapi ujung-ujungnya kita cuma bisa geleng-geleng kepala.
Mungkin kita harus bersyukur. Karena setidaknya, di tengah semua kekacauan ini, kita masih punya bahan untuk ketawa. Atau mungkin, menangis. Terserah. Saya kok ternohran-nohran sih, ups
#camanewak