Radar KalbarRadar Kalbar
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Lainnya
    • Hukum
    • Olah Raga
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Figur
    • Tekno
    • Entertainment
Radar KalbarRadar Kalbar
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
Pencarian
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Hukum
  • Olah Raga
  • Gaya Hidup
  • Bisnis
  • Figur
  • Tekno
  • Entertainment
Radar Kalbar > Indeks > Opini > Beda Korup dan Korupsi
Opini

Beda Korup dan Korupsi

Last updated: 04/01/2025 21:10
04/01/2025
Opini
Share

Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]

MEMANG lagi ramai soal korup, terkorup, dan korupsi. Biang keroknya, OCCRP. Sambil menikmati kopi tanpa gula di meja dapur, yok kita bahas apa sih bedanya korup dan korupsi. Mirip, tapi beda.

Oke, mari kita bahas perbedaannya dengan gaya santai tapi tetap informatif, biar ente bisa nyengir sambil tetap paham.

Korup. Ini kata sifat. Kalau diibaratkan manusia, dia kayak “jiwa gelap” seseorang. Bahasa gaulnya, “udah busuk dari dalam”. Misalnya, kalau ada orang yang selalu mikir gimana caranya nyerempet aturan buat kepentingan pribadi, walaupun belum ketahuan atau belum ngelakuin apa-apa, kita bisa bilang dia punya jiwa yang korup.

Contoh simpel. Bayangin seorang teman bilang, “Eh, kalau kita bohongin guru biar nggak ada ujian gimana?” Nah, itu mindset-nya udah korup. Belum tentu dia beneran ngelakuin, tapi pikirannya udah mengarah ke situ.

Lalu, korupsi. Nah, kalau korupsi itu tindakan konkret. Ibaratnya, kalau korup itu niat, korupsi itu eksekusi. Dia udah masuk ke ranah hukum karena ada bukti nyata. Contohnya, ketika seseorang ngambil uang rakyat buat beli tas branded atau villa di Bali, itu korupsi. Ada barang bukti, ada saksi, dan (seharusnya) ada jeratan hukum.

Jadi apa bedanya, wak? Korup = potensi atau sifat. Masih di level “eh, orang ini busuk deh kayaknya.” Sementara korupsi = aksi nyata. Udah pasti, ada pelaku, korban, dan uang yang entah kemana.

Nah, sekarang masuk ke polemik Jokowi dinobatkan sebagai nominasi presiden terkorup oleh OCCRP. Kalau kita tarik ke pembahasan tadi, ini lebih mirip ke level “persepsi korupsi” alias kesan publik bahwa ada sesuatu yang busuk, tapi belum tentu ada tindakan nyata.

Organisasi kayak OCCRP ini kayak tukang survei opini. Mereka nggak masuk ruang sidang buat ngulik bukti transfer uang haram, tapi lebih nanya ke masyarakat, “Eh, menurut kamu, presiden ini jujur nggak sih?” Kalau mayoritas jawab, “Kayaknya enggak deh,” ya udah, muncul persepsi korupsi.

Ini mirip kayak survei kepuasan presiden. Misalnya ada yang bilang, “Saya puas banget,” atau, “Saya kecewa berat,” itu kan pendapat subjektif. Belum tentu presiden bener-bener jago kerja atau malah payah, tapi cuma soal apa yang dirasakan masyarakat saat itu.

Di era Jokowi, indeks persepsi korupsi Indonesia memang melorot. Tapi jangan buru-buru nuduh, “Wah, Jokowi pasti korupsi!” Belum tentu, karena sekali lagi, itu persepsi, bukan bukti.

Namun, persepsi ini bisa jadi sinyal buruk. Artinya, masyarakat mulai kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. Kalau pemerintah nggak segera clear the air (menjelaskan atau memperbaiki), persepsi ini bisa makin liar dan dianggap fakta. Sama kayak gosip di warkop, “Eh, si A kayaknya pelit deh.” “Pejabat itu suke nak merampot,” kete budak Pontianak. Kalau nggak dibantah, lama-lama semua orang percaya.

Korup itu sifat, korupsi itu aksi. Kalau Jokowi dibilang korup oleh OCCRP, itu lebih ke persepsi masyarakat bahwa ada yang nggak beres di lingkaran kekuasaan beliau. Tapi, kalau nggak ada bukti kuat soal korupsi, ya tuduhan itu nggak bisa naik pangkat ke level hukum.

Biar fair, marilah kita semua bedakan antara “ada yang busuk” dan “udah ketahuan busuk”. Karena beda tipis, tapi efeknya luar biasa besar. Sambil ngopi, mari kita renungkan, “Busuk tempe aja bisa dimaafkan, kenapa manusia nggak bisa lebih jujur?”

Gimana? Cukup bikin senyum simpul nggak?

#camanewak

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
TAGGED:korupKorupsi
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link

Terpopuler Bulan Ini

Terpilih Dalam Musdesus, Ronald Yohanes Sinlae Resmi Nakhodai Koperasi Desa Merah Putih Cempedak Tayan Hilir

31/05/2025
Kamiriluddin Desak PT KAL dan Pemerintah Bersikap, Ratusan Pekerja di Kayong Utara Dibayangi Ketidakpastian
21/05/2025
Koq Bisa..! Solar Subsidi Ngalir ke Penambang Emas Ilegal, Begini Penjelasan Dinas Perdagangan Sekadau
20/05/2025
Menanti Terang di Ujung Kampung, 60 KK di Lingkungan RT : 02 Mayak Engkare Cempedak Tayan Hilir Masih Hidup dalam Gelap
29/05/2025
Rampas Kunci Motor Warga, Pria di Sekadau Ditangkap dalam Operasi Pekat II Kapuas 2025
17/05/2025

Berita Menarik Lainnya

Duel Penuh Dendam, Timnas vs China di Malam Takbiran

05/06/2025

Nura Husna Sahila, Hafizah 30 Juz, Usia 18 Bisa Pergi Haji

29/05/2025

1.233 ASN Absensi Gunakan GPS Palsu. Parah ni, Wak!

29/05/2025

Mengenal Haji Isam, Pembeli 2000 Ekskavator dan Pesawat Seharga 1,2 Triliun

27/05/2025

PT. DIMAS GENTA MEDIA
Kompleks Keraton Surya Negara, Jalan Pangeran Mas, No :1, Kel Ilir Kota, Sanggau, Kalbar

0812-5012-1216

Terkait

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi

Regional

  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang