FOTO : Dr. Rosadi Jamani (Ist)
Oleh : Ketua Satupena Kalimantan Barat, Dr. Rosadi Jamani
SEBUAH pertanyaan sedikit nakal. Apa yang akan terjadi bila pasangan nomor satu, Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (Amin) memenangkan Pilpres 14 Februari 2024 depan?.
Mengapa saya ngajukan pertanyaan itu, karena di semua survei, tak ada satupun posisinya teratas. Selalu di bawah. Seolah-olah, O1 sudah pasti kalah. Pahadal, belum tahu juga hasilnya nanti.
Sebelum menjawab itu, saya mau mengungkap fakta soal Argentina. Pada Juli 2021, China secara sepihak memutuskan kontrak dengan Argentina senilai $23 miliar untuk proyek pengembangan infrastruktur.
Proyek ini mencakup pembangunan pelabuhan, pembangkit listrik tenaga nuklir, dan jaringan kereta api. Pemutusan kontrak ini terjadi setelah Alberto Fernández terpilih sebagai presiden Argentina.
Fernández dikenal sebagai presiden yang lebih independen dari China daripada pendahulunya, Mauricio Macri. Fernández juga telah mengkritik China atas pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang dan Hong Kong.
Meskipun China tidak secara resmi menyatakan alasan pemutusan kontrak, banyak yang percaya bahwa hal ini terkait dengan perubahan haluan politik Argentina.
China diketahui memiliki kecenderungan untuk memutus kontrak dengan negara-negara yang dianggap tidak bersahabat.
Sampai di sini pasti mulai paham ya. China putus kontrak dengan Negeri Tango karena presiden terpilih bukan kawannya. Bukan presiden yang bisa menjamin keberlangsungan investasi besar itu. Dari pada rugi, lebih baik putus kontrak. Selesai.
Lantas, apa hubungannya dengan negeri kita?
Nilai investasi China di Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022, nilai investasi China di Indonesia mencapai USD 8,22 miliar, atau sekitar Rp 129,3 triliun dengan kurs Rp 15.000/USD.
Nilai tersebut meningkat sebesar 64,6% dibandingkan tahun 2021 yang hanya sebesar USD 5,02 miliar. Pada tahun 2023, nilai investasi China di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat.
Hal ini seiring dengan komitmen investasi dari beberapa perusahaan China, seperti Xinyi International Investment Limited yang akan berinvestasi sebesar USD 11,5 miliar atau sekitar Rp 175 triliun di Indonesia.
Kemudian, China merupakan negara dengan nilai investasi terbesar lho. Pada tahun 2022, nilai investasi China di Indonesia mencapai USD 8,22 miliar, atau sekitar Rp 129,3 triliun. Nilai tersebut lebih tinggi dari negara-negara lain, seperti Singapura (USD 7,16 miliar), Jepang (USD 4,8 miliar), dan Amerika Serikat (USD 4,7 miliar).
Negeri Tirai Bambu cukup besar investasinya. Tentu ia tak mau investasi itu terganggu. Pemerintah berikutnya harus sejalan dan bisa mengamankan semua itu. Bila pemerintah akan datang tak sejalan lagi, bisa saja nasib negeri ini dibuat serupa dengan Argentina.
Semua kontrak diputus. Nah, apa jadinya Indonesia tanpa investasi China? Apakah kembali ke nol seperti di SPBU itu? Bagi pihak yang selama ini bermitra erat dengan China pasti merasakan pukulan berat. Kerugian besar seperti sudah di depan mata.
Kok jadi khawatir ya. Saya rasa wajar khawatir, karena Argentina sudah mengalaminya. Presiden terpilih tak sejalan China, kontrak bernilai sangat besar itu, harus diputus.
Tentunya ada pihak yang tahu akan hal itu tidak terjadi di negeri ini. Namun, ada juga tak peduli, dan tidak memikirkan itu dulu. Sing penting menang. Kalau banyak pengamat mengatakan, ada kekuatan negara luar bermain di Pilpres, pasti ada.
Negara China, Amerika, Eropa, dan lainnya banyak berkepentingan dengan Indonesia. Negeri nusantara yang kaya akan sumber daya alam. Hilirisasi program yang banyak menikmati China, sementara Eropa, Amerika, Jepang, dan Korsel tak suka program itu. Sampai harus diselesaikan lewat WTO.
Ini bukti banyaknya negara berkepentingan pada negeri kita. Pilpres dipastikan ada kekuatan negara luar itu ikut bermain.
Lalu, apa yang akan terjadi bila Amin menang? Akankah kasus Argentina akan membayangi negeri ini. Saya kok berat menjawabnya, efek lagi liburan kali ya.
#camanewak