Oleh : Wina Armada Sukardi
DESAH suara oleh pengeras suara terlantang kemana-mana
Perintah lewat pengeras suara tersimak dengan takzim.
Pengeras suara memperjelas dan memecahkan masalah.
Mengapakah pengeras suara dalam nurani sendiri tak terdengar
padahal mengajarkan kearifan
Tidakah terdengar dari pengeras suara hati menyerukan keimanan dan ketaqwaan kepada Sang Pencipta
Bukankah pengeras suara jiwa berkali-kali mengajarkan kasih dan sejahtera buat sesama?
Pengeras suara berpadu dalam aliran darah
Juga terpantau dalam setiap tarikan nafas
Kenapa pula tidak terdengar?
Pengeras suara memanggil-manggil
masihkah dapat di beda-bedakan dari mana
Apakah itu kuasa jahat para pendukung kezoliman
ataukah himbauan perlindungan
Kiwari sulit membedakan kebenaran dan kebatilan
Kebusukan terbungkus kepura-puraan pewangi
Sementara kesucian terliput bayangan keburukan
Cuma kewaspadaan budi perkerti yang dapat menyelamatkan.
Dengarkanlah !
Bersiaplah!
Pengeras suara telah bertalu-talu memanggil kembali
masing-masing mengartikan sendiri maknanya.***
Grand Indonesia, Idhul Adha versi Muhamadiyah, Rabu, 28/4/2023.
=====
Puisi “Benda” sehari-hari karya Wina Armada Sukardi, tahun 2023:
30. Pengeras suara
29. Kebaya
28. Pacul
27. Peluru
26. Sampah
25 . Ondel-ondel
24. Kipas Angin
23. Stempel
22. Kuali
21. Perangko
20. Gergaji
19. Payung
18. Gincu
17. Kopiah
16. Roda
15. Kantong Plastik 2
14. Sepatu 1
13. Tirai
12. Pulpen
11. Sajadah 1
10. Palu
9. Sapu
8. Koper
7. Tempat Tidur
6. Lift
5. Kai Kafan
4. Meja Makan
3. Tangga
2. Kursi
1. Pintu