Radar KalbarRadar Kalbar
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Lainnya
    • Hukum
    • Olah Raga
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Figur
    • Tekno
    • Entertainment
Radar KalbarRadar Kalbar
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
Pencarian
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Hukum
  • Olah Raga
  • Gaya Hidup
  • Bisnis
  • Figur
  • Tekno
  • Entertainment
Radar Kalbar > Indeks > Opini > Megawati, Jokowi dan Arogansi Politik, Representatif Aspirasi Indonesia
Opini

Megawati, Jokowi dan Arogansi Politik, Representatif Aspirasi Indonesia

Last updated: 26/05/2024 18:25
26/05/2024
Opini
Share

Oleh : Benz Jono Hartono [Praktisi Media Massa]

*Kata Pembuka*

Dalam dunia politik Indonesia, Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo (Jokowi) adalah dua tokoh yang memiliki pengaruh besar.

Megawati, sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan, dan Jokowi, sebagai Presiden Republik Indonesia, sering kali menjadi sorotan publik.

Namun, keberadaan mereka di puncak kekuasaan sering kali diwarnai dengan tuduhan arogansi politik.

Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana arogansi politik mungkin muncul dalam hubungan antara Megawati dan Jokowi serta dampaknya terhadap dinamika politik di Indonesia.

*Megawati Soekarnoputri: Warisan dan Kekuasaan*

Megawati Soekarnoputri, putri dari Presiden pertama Indonesia, Soekarno, memiliki warisan politik yang kuat.

Setelah melalui berbagai dinamika politik, Megawati berhasil membawa PDI Perjuangan menjadi salah satu partai terbesar di Indonesia.

Kepemimpinannya yang karismatik dan tegas membuatnya dihormati sekaligus ditakuti. Namun, kekuatan besar ini sering kali disertai dengan tuduhan bahwa Megawati menunjukkan sikap arogan dalam berpolitik.

Sikap arogansi ini tampak dalam cara Megawati mengendalikan partai dan pengaruhnya terhadap kebijakan pemerintah.

Ia dikenal tidak segan untuk memecat kader partai yang dianggap tidak loyal atau menentang kebijakannya. Kepemimpinannya yang sentralistik sering kali dianggap mengesampingkan prinsip-prinsip demokrasi internal partai, yang seharusnya menjadi dasar dari PDI Perjuangan.

*Jokowi : Dari Rakyat untuk Rakyat?*

Joko Widodo, yang lebih dikenal sebagai Jokowi, memulai karier politiknya sebagai Walikota Solo sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta dan akhirnya Presiden Indonesia.

Jokowi dikenal dengan gaya kepemimpinan yang sederhana dan merakyat. Ia berhasil menarik simpati rakyat dengan kebijakan-kebijakan populis dan pendekatannya yang langsung ke masyarakat.

Namun, seiring waktu, kepemimpinan Jokowi juga tidak luput dari tuduhan arogansi politik.

Salah satu contohnya adalah keputusan-keputusan kontroversial yang diambil tanpa konsultasi yang memadai dengan berbagai pihak, seperti pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja yang memicu protes massal.

Selain itu, penanganan kasus-kasus HAM dan lingkungan hidup sering kali menunjukkan sikap yang cenderung mengabaikan suara rakyat.

*Hubungan Megawati dan Jokowi: Antara Patronase dan Arogansi*
Hubungan antara Megawati dan Jokowi selalu menjadi perhatian publik.

Megawati dianggap sebagai mentor politik Jokowi, dan banyak pihak melihat bahwa keberhasilan Jokowi tidak lepas dari dukungan kuat Megawati dan PDI Perjuangan.

Namun, dukungan ini sering kali diartikan sebagai bentuk kontrol Megawati terhadap kebijakan pemerintahan Jokowi.

Arogansi politik bisa terlihat dari bagaimana Megawati dan elit partai lain sering kali menunjukkan sikap superior dalam pengambilan keputusan strategis.

Jokowi, meskipun memiliki basis dukungan rakyat yang kuat, sering kali harus tunduk pada keinginan Megawati dan partainya.

Situasi ini menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana independensi Jokowi sebagai presiden dan sejauh mana pengaruh Megawati dalam pemerintahan.

*Dampak Arogansi Politik terhadap Demokrasi*

Arogansi politik yang ditunjukkan oleh para pemimpin ini berdampak signifikan terhadap demokrasi di Indonesia.

Pertama, hal ini dapat mengurangi kepercayaan publik terhadap proses demokratis dan institusi politik. Ketika keputusan-keputusan penting diambil tanpa partisipasi yang luas atau transparansi, rakyat merasa diabaikan.

Kedua, arogansi politik bisa menyebabkan polarisasi di masyarakat. Pendukung dan penentang pemerintah semakin terpecah, yang dapat memperburuk stabilitas politik.

Dalam jangka panjang, hal ini berpotensi melemahkan fondasi demokrasi dan memperkuat otoritarianisme.

*Kata Akhir*

Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo adalah dua tokoh penting dalam politik Indonesia yang membawa pengaruh besar.

Namun, kepemimpinan mereka tidak terlepas dari tuduhan arogansi politik yang dapat mengancam prinsip-prinsip demokrasi.

Penting bagi kedua pemimpin ini dan para pemimpin politik lainnya untuk mengedepankan sikap inklusif dan menghargai partisipasi rakyat dalam setiap pengambilan keputusan.

Dengan demikian, demokrasi di Indonesia dapat terus berkembang dan menjadi lebih kuat.

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
TAGGED:Bens Jono HartonoPenggiat Media Massa
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link

Terpopuler Bulan Ini

Isak Tangis Iringi Eksekusi Lahan di Kecamatan Segedong, Warisan Digugat, Rumah Tergusur, Warga Teriakan Ketidakadilan

26/06/2025
Dari Desa ke Panggung Provinsi, Semangat Juang Siswa SDN 04 Tayan Hilir Tembus Kejuaraan Taekwondo Kalbar
17/06/2025
Media FC Perkasa di Liga Mini Soccer U-35 AMC Sungai Pinyuh, Dua Mantan Sochenk FC Jadi Penentu Kemenangan
30/06/2025
Lakukan Evaluasi Pembelajaran Agama Bagi Generasi, PC LDII Pontianak Utara Helat Munaqosah
24/06/2025
Prestasi Atlet Mempawah Tak Seiring Dukungan, Berjuang Tanpa Dana, Berlaga Tanpa Apresiasi
05/07/2025

Berita Menarik Lainnya

Benarkah Malaysia Mengklaim Tarian Rayyan di Ujung Perahu?

08/07/2025

Dahlan Iskan Kembali Jadi Tersangka

08/07/2025

Duel Seru, Ara vs Fahri, Siapa Juara Rumah Rakyat?

07/07/2025

Klarifikasi Sang Istri Menteri Nyatakan Tak Gunakan Uang Negara

07/07/2025

PT. DIMAS GENTA MEDIA
Kompleks Keraton Surya Negara, Jalan Pangeran Mas, No :1, Kel Ilir Kota, Sanggau, Kalbar

0812-5012-1216

Terkait

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi

Regional

  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang