FOTO : Ketua Flobamora Kabupaten Sekadau, Paulus M K Manehat (Ist)
SEKADAU – radarkalbar.com
KASUS penyekapan pekerja di PT Bintang Sawit Lestari (PT BSL) terletak di Desa Tapang Perodah, Kecamatan Sekadau Hulu, Kalbar terus memantik empati sejumlah kalangan di Bumi Lawang Kuari (julukan Sekadau).
Sebelumnya datang dari Paguyuban Jawa Kalimantan Barat (PJKB) Kabupaten Sekadau. Kali ini dari Flobamora Kabupaten Sekadau.
Diketahui sebelumnya, 5 pekerja merupakan pemanen harus mendapatkan perlakuan yang tak manusiawi, mereka sempat diborgol dan dianiaya.
Ketua Flobamora Kabupaten Sekadau, Paulus M K Manehat, mengungkapkan rasa prihatin, pasca terbongkarnya kasus penyekapan terhadap pekerja tersebut.
Terlebih lagi, sebagian besar pekerja tersebut merupakan warga NTT. Dan turut meminta bantuan untuk dievakuasi dari perusahaan tersebut.
Untuk itu, ia meminta Polres Sekadau untuk mengusut secara tuntas kasus tersebut.
“Terkait kasus ini kami berharap aparat kepolisian Polres Sekadau agar mengusut tuntas dalam hal ini tindakan perusahaan yang tidak manusiawi. Saya mendukung langkah polisi agar semua kejadian ini terang menderang, tidak boleh ditutup-tutupi. Proses sesegera mungkin,” cetus Paulus kepada sejumlah awak media, Kamis, (23/11/2023).
Terlebih lagi kata Paulus, sebagian dari warga NTT tersebut ada anak kecil, ibu hamil. Hal ini semakin membuat dirinya prihatin.
Bahkan, ia pun sempat mengunjungi keluarga seperantauannya tersebut ke Mapolres Sekadau.
“Meskipun kami bukan saudara kandung. Tapi kami saudara di perantauan. Kami sangat prihatin, sangat miris melihat mereka. Harapan kami dengan adanya peristiwa ini mereka (perusahaan) harus bertanggung jawab atas kejadian tersebut,”ungkapnya.
Ia berharap kejadian serupa tidak terulang kembali.
“Mudah-mudahan kejadian ini tidak terulang lagi. Kami mendukung penuh langkah kepolisian agar kasus ini diusut tuntas,”ujarnya.
Kendatipun kata Paulus, tidak ada warganya yang dianiaya oleh oknum karyawan perusahaan tersebut. Akan tetapi, warganya juga menjadi korban dari janji atau iming-iming dari perusahaan.
“Waktu di daerah asal diiming-imingi mendapatkan tenaga kerja. Setelah mereka sudah sampai di tempat kerja, apa yang mereka dengar saat itu tidak sesuai janji. Nah, ini yang menjadi tuntutan mereka,” beber Paulus.
Dirinya mengaku bersyukur dengan terbongkarnya kasus penyekapan ini, para warga tersebut dapat keluar dari PT BSL.
“Harapan saya ini tidak terulang lagi,”timpalnya.
Dia berharap kejadian ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat yang ingin mencari kerja, khususnya di wilayah NTT.
“Terus terang, saya berterima kasih kepada kepolisian yang telah menyiapkan tempat bagi warga NTT. Harapan saya nantinya jika mereka dapat pekerjaan baru, tidak seperti di PT BSL. Dan mereka diperlakukan layak sebagai pekerja,” pungkasnya. (SrY/sur)