FOTO : ilustrasi angin puting beliung [ ist ]
redaksi – radarkalbar.com
KUBU RAYA – Langit kelabu menggantung pekat di atas Desa Padang Tikar Satu, Kecamatan Batu Ampar, Jumat (18/4/2025) sore.
Hembusan angin yang semula biasa saja, tiba-tiba berubah menjadi kekuatan alam yang buas, angin puting beliung datang tanpa aba-aba, menggulung pepohonan dan menebar kepanikan di antara warga.
Salah satu rumah yang jadi sasaran amuk cuaca adalah milik Maimunah (52). Rumah sederhana yang selama ini menjadi tempat berteduh, kini berubah menjadi reruntuhan setelah sebatang pohon kelapa setinggi lebih dari sepuluh meter tumbang tepat di atas atapnya.
“Waktu itu anginnya besar sekali. Tiba-tiba ‘braaak!’ pohon roboh. Kami langsung lari bantu Bu Maimunah,” cerita Hasan, salah satu warga yang pertama kali mengevakuasi korban.
Maimunah yang saat kejadian berada di dalam rumah, tak sempat menyelamatkan diri. Atap rumah yang tertimpa pohon roboh menimpanya dan menyebabkan luka memar di bagian kepala.
Beruntung, respons cepat dari warga membuat nyawanya terselamatkan. Ia segera dilarikan ke Puskesmas untuk mendapatkan perawatan.
Kapolsek Batu Ampar, Ipda Rachmatul Isani Fachri, melalui Kasubsi Penmas Polres Kubu Raya, Aiptu Ade Surdiansyah membenarkan adanya kejadian bencana tersebut.
“Saat ini korban sedang menjalani perawatan dan kondisinya sudah mulai membaik,” kata Ade, Sabtu pagi (19/4/2025).
Tak hanya meninggalkan luka fisik, peristiwa ini juga menorehkan luka di sisi materiil. Sebagian besar atap rumah Maimunah rusak berat, dengan kerugian diperkirakan mencapai Rp 50 juta.
Musibah ini menjadi pengingat pahit bagi warga akan kekuatan alam yang tak bisa diprediksi, terutama di masa pancaroba yang dikenal rawan cuaca ekstrem.
“Warga kami imbau untuk lebih waspada, apalagi saat langit mulai gelap dan angin bertiup kencang,” tambah Ade.
Di balik musibah ini, terlihat pula secercah harapan tentang kepedulian, gotong royong, dan semangat bertahan. Karena di desa kecil bernama Padang Tikar ini, bahkan di tengah amukan angin, solidaritas tetap berhembus lebih kencang. [ red/r]
editor : Sery Tayan