Bulukumba, radar-kalbar.com – Tenaga Ahli Bidang Perencanaan Kemenko Bidang Kemaritiman Agus Purwoto mengatakan bangsa Indonesia pernah punya kapal pinisi yang didesain oleh orang Indonesia, khususnya di Bulukumba, Sulawesi Selatan dan digunakan untuk menjelajahi dunia, bukan dari produk-produk Eropa, bukan produk negara yang sudah maju.
“Kami menghimbau dengan titik kader pinisi yang hadir di Bulukumba ini akan membuka wawasan kita untuk mengembangkan dan turut bangga karena bangsa eropa ini dapat ke negara kita tidak hanya sekedar mengenal wilayah bagian lain di dunia ini, tetapi juga mereka tertarik pada teknologi, pada rempah, pada ikan, pada kultur dan budaya,” ujar Tenaga Ahli Agus saat membuka Seminar Acara _Spice Route Culture Indonesia 2019_ dengan Tema Pembangunan Potensi Maritim dan Mitigasi Bencana Sosialisasi _Fish On_ di Bulukumba, Sulawesi Selatan, Sabtu (14-09-2019).
Selain itu, Tenaga Ahli Agus juga mengatakan bahwa masyarakat harus bisa menjaga kebersihan, terutama sampah plastik dan sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga dapat dikelola menjadi pupuk dan pakan ikan.
“Kita berharap nantinya banyak yang bisa menjelaskan bisa hadir di sini bagaimana mengelola plastik bisa menjadi sejenis batu bata, tanpa harus teknologinya terlalu tinggi di sini sampai merupakan sampah bersih karena sampahnya sudah dicuci air laut,” jelas Tenaga Ahli Agus. Sampah plastik dapat dilelehkan dengan campuran plastik kemudian diolah menjadi sejenis batu bata tanpa menggunakan teknologi tinggi, tambahnya.
“Dan kami harap juga kesadaran kita untuk mengingatkan kesadaran saudara-saudara kita para nelayan untuk tidak lagi menggunakan bom, karena bom tidak hanya berbahaya bagi yang bersangkutan, tapi juga berbahaya untuk lingkungan sekitarnya yang mematikan pertumbuhan siklus ikan,” ujarnya.
Festival Pinisi yang diadakan di Bulukumba tidak hanya sebagai hura-hura saja, tapi juga sebagai salah satu sarana edukasi dengan menjelaskan mitigasi resiko bencana, menjelaskan pembinaan potensi maritim.
“Mari kita kurangi resiko itu semua, kalau kita melihat kekayaan yang tadi disampaikan oleh BNPB dan lain sebagainya, perlu diketahui bahwa ada 6 selat di dunia dan 4 selat ada di Indonesia. Betapa kaya kita untuk hal ini,” terang Tenaga Ahli Agus.
Selain itu, Tenaga ahli Agus juga kembali membicarakan dampak yang terjadi dengan pengkonsumsian makanan yang tercemar oleh sampah _microplastic_ yaitu terganggunya pertumbuhan anak yang menyebabkannya menjadi kerdil. Oleh karena itu, diharapkan masyarakat dapat lebih serius dalam mengolah sampah dengan _mangrove_ atau gultom.
Dalam hal ini, Kemenko Bidang Kemaritiman juga meminta maaf belum bisa menghadirkan Fish On yang merupakan aplikasi yang dapat digunakan oleh nelayan.
Acara ini merupakan salah satu dari agenda Festival Pinisi yang diadakan pada tanggal 13-15 September 2019. Dihadiri oleh sejumlah Masyarakat Nelayan, Anggota Pramuka, Peserta Festival Pinisi, _Offroader_ se-Sulawesi dan anggota ORARI. Kegiatan ini diakhiri dengan acara bersih-bersih pantai di pesisir pantai Tanjung Bira, Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Sumber : Biro Perencanaan dan Informasi
Kemenko Bidang Kemaritiman