Oleh : Rosadi Jamani [Dosen UNU Kalimantan Barat]
MAHASISWA biasanya demo soal isu nasional. BBM naik, Omnibuslaw, Tapera, hutang negara. Kali ini beda. Hibah Masjid Mujahidin jadi sasaran demo. Ehem…!
Sambil makan bubur Sukabumi di Jalan Pancasila, saya nak bahas demo kaum intelektual ini.
Bayangkan, suatu hari yang cerah, sekelompok mahasiswa tiba-tiba muncul di depan Gedung Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat.
Mereka membawa spanduk yang bikin orang lalu lalang penasaran. Tulisannya, “Kejati Tutup Mata, Apakah Sudah Terima Cenderamata???” Wah, apa pula cerita mahasiswa ni…
Biasanya, yang teriak-teriak di depan kantor pemerintahan itu LSM atau Ormas. Tapi kali ini, mahasiswa!
Mereka sudah siap mengasah keterampilan detektif, mempertanyakan sejauh mana kasus dugaan korupsi dana hibah Masjid Mujahidin.
Tentunya, ini pertanda kalau Pilkada sudah semakin dekat. Siapa yang diserang? Ah, publik sudah pintar, pasti salah satu kandidat Gubernur Kalbar. Seru kan?
Dengan penuh semangat, mereka mencoba menerobos pagar, tapi sayangnya, pagar Kejati terlalu kuat. Jadi, mereka berhenti di situ saja, di Senin pagi yang cerah (15/7).
“Pak Kajati, mana Pak Kajati?!” teriak mereka. Eh, mereka diterima oleh Aspidsus Kejati Kalbar, Siju, SH MH, bersama Asintel Kejati Kalbar.
Siju yang kalem menyampaikan kalau kasus dana hibah Mujahidin masih terus diproses, saat ini masih tahap penyidikan dan pemanggilan saksi-saksi.
Santai aja, kata Siju, situasi jelang Pilkada harus tetap aman.
Tapi, para mahasiswa tidak puas dengan jawaban standar. Mereka ingin transparansi! Mereka berkomitmen akan melakukan demo lebih besar jika belum ada kejelasan.
Gawat, Kejati Kalbar bisa kebanjiran spanduk dan orasi kalau begini.
Usai menyampaikan orasinya yang penuh semangat dan ide-ide revolusioner, para mahasiswa dari BEM SI Kerakyatan dan Forum Koordinasi BEM se-Kalbar menyerahkan pernyataannya kepada Aspidsus Kejati Kalbar.
Siju menerima dengan senyum ramah. Siap-siap, Kejati! Para detektif muda ini tidak akan menyerah sampai misteri dana hibah Mujahidin terungkap!
Gimana wak? Clear-kan tuntutan mereka. Minta Kejati transparan. Jangan sampai jadi ATM. Nah, kalau ada soal ini, biasanya akan ada demo soal fee pembangunan real kereta api. Bila ini terjadi, tanda Pilgub Kalbar semakin dekat. Dekat dan panas.
Beberapa tulisan saya sebelumnya, isu korupsi sudah tak seksi lagi. Jangankan itu, isu amoral pun (video porno, istri simpanan) sudah tadak didulikan budak lagi.
Ayat suci Pilkada masih berlaku, “Buah sawit kayu ara. Ada duit ada suara.”
#camanewak