Radar KalbarRadar Kalbar
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Lainnya
    • Hukum
    • Olah Raga
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Figur
    • Tekno
    • Entertainment
Radar KalbarRadar Kalbar
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
Pencarian
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Hukum
  • Olah Raga
  • Gaya Hidup
  • Bisnis
  • Figur
  • Tekno
  • Entertainment
Radar Kalbar > Indeks > Opini > Revolusi Rakyat Pati Dimulai, Usung Keranda Penipu
Opini

Revolusi Rakyat Pati Dimulai, Usung Keranda Penipu

Last updated: 17/08/2025 10:16
14/08/2025
Opini
Share

FOTO : Ilustrasi unjuk rasa warga di Kota Pati, Jawab Tengah [ dok penulis ]

Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]

RABU, 13 Agustus 2025, langit di atas Pati seakan lebih berat dari biasanya. Bukan karena mendung, tapi karena jutaan amarah yang menguap dari ribuan dada rakyatnya.

Alun-alun yang biasanya menjadi tempat anak muda nongkrong sambil makan tahu bakso, kini berubah jadi samudra manusia. Mereka datang bukan untuk berpesta, tetapi untuk menuntut satu hal, Bupati Sudewo turun dari tahtanya.

Tuntutan itu tidak lahir dari iseng-iseng berhadiah, tapi dari luka yang terlalu dalam, dimulai dari kebijakan menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) hingga 250 persen, angka yang membuat rakyat nyaris lupa cara bernapas. Katanya sudah dibatalkan, tapi rakyat tahu, luka yang sudah ditorehkan tidak bisa dihapus begitu saja seperti status WhatsApp.

Di tengah lautan manusia itu, keranda bertuliskan “Keranda Penipu” diusung bak pusaka. Simbol itu bukan sekadar properti teater jalanan, melainkan pernyataan perang, kebijakan yang mematikan rakyat harus dikubur bersama arogansi penguasanya.

Air, sayur, botol, apa pun yang ada di tangan, melayang ke arah Kantor Bupati, seolah seluruh pasar tradisional ikut berpartisipasi dalam lomba lempar target. Brimob dengan senjata lengkap sudah siaga, bahkan gas air mata sempat dilepas, tapi warga Pati bukan tipe yang bubar hanya karena perih di mata.

Mereka sudah terbiasa perih, jauh sebelum gas itu datang, perih melihat tanah mereka dipajaki berlipat-lipat, perih mendengar kabar ratusan pegawai RSUD dipecat tanpa pesangon, perih melihat guru honorer kehilangan pekerjaan karena regrouping sekolah, dan perih dipaksa menerima sistem lima hari sekolah yang lebih banyak memeras tenaga daripada memberi solusi.

Bupati Sudewo? Dia tokoh utamanya yang entah di mana rimbanya. Sejak pagi, kabar beredar kalau beliau tak terlihat di Pendopo Kabupaten. Bukan di alun-alun, bukan di depan massa, bahkan di Instagram pribadinya @sudewoofficial pun tidak ada tanda-tanda aktivitas selain banjir komentar pedas.

“Pengecut,” tulis satu warganet. “Pak, ini demo, bukan petak umpet,” tulis yang lain. Ada yang berspekulasi beliau sedang di luar kota, ada yang bilang sedang ngumpet di ruang rahasia kantor. Kalau benar, mungkin sedang membuka buku panduan “Seribu Satu Cara Menghindari Tatapan Rakyat”.

Namun sebelum drama hari ini, ada babak prolog yang lebih ironis. Beberapa hari lalu, tepatnya 7 Agustus, Pati merayakan Hari Jadinya yang ke-702 dengan kirab boyongan.

Di tengah gejolak rakyat yang sedang menggalang logistik untuk demo besar, Bupati Sudewo dan istrinya, Atik Kusdarwati, tampil bak raja dan ratu dari negeri dongeng. Naik kereta kencana, busana hitam-emas berkilau, melintasi jalan yang sama di mana posko-posko donasi berdiri.

Warga yang sudah mendidih menyambut mereka dengan sorakan “Huuu!” dan “Muleh! Muleh!” (Pulang! Pulang!). Tapi alih-alih mengangguk atau sekadar melambaikan tangan dengan sopan, Atik justru membentuk jari membentuk hati, pose “saranghaeyo” ala bintang K-drama, seolah sedang menyapa fans di konser, bukan rakyat yang sedang marah.

Gestur itu langsung jadi buah bibir. Warganet menyebutnya “pose cinta di tengah penderitaan rakyat”. Ada yang menyamakannya dengan orang yang tersenyum manis sambil memotong listrik tetangganya.

Ironinya begitu tebal, sampai-sampai meme-meme baru lahir di media sosial, membandingkan kereta kencana mereka dengan kapal Titanic yang masih sempat menggelar pesta musik sebelum tenggelam.

Hari ini, amarah rakyat mencapai titik didih. Diperkirakan lebih dari 100 ribu orang hadir, dua kali lipat dari tantangan 50 ribu yang pernah dilontarkan Sudewo.

Tantangan itu kini jadi boomerang, dan rakyat Pati menjawabnya dengan tumpah ruah ke jalan. Mereka bukan hanya membawa suara, tapi juga harga diri. Ini bukan sekadar protes soal PBB atau soal pegawai RSUD.

Ini tentang martabat. Tentang pesan sederhana bahwa bupati bukanlah raja, melainkan pegawai kontrak lima tahun yang harus siap dipecat kalau mengkhianati majikannya, rakyat.

Mungkin Sudewo berharap waktu akan meredakan amarah. Tapi sejarah selalu mencatat, rakyat yang lapar dan marah adalah badai yang tak bisa diajak kompromi.

Dari balik keranda penipu, dari lemparan sayur dan botol, dari gas air mata yang tak memecah barisan, Pati hari ini menulis babnya sendiri dalam buku perlawanan.

Pesan yang tertulis di sana jelas, “Kami mungkin sabar, tapi kami bukan patung. Jangan coba-coba mempermainkan kami.”

#camanewak

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
TAGGED:Bupati PatiJawa TengahKabupaten PatiSudewo
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link

Terpopuler Bulan Ini

Tuntutan Memuncak…! Dipanggil Mangkir, PT KAL Dinilai Abaikan Hak Karyawan dan Wibawa Pemerintah

23/07/2025
Lagi, Mutu Proyek Jalan Nasional Mempawah–Sei Pinyuh Disorot, Warga Keluhkan Risiko Kecelakaan
25/07/2025
Pemkab Mempawah Diingatkan Lebih Peduli pada Atlet Berprestasi
23/07/2025
Selamat dari Tabrakan, Truk CPO Justru Masuk Parit, Kerugian Capai Puluhan Juta
07/08/2025
BREAKING NEWS : Jalan Tambangan Amblas, Satu Rumah Terjun ke Sungai Mempawah
26/07/2025

Berita Menarik Lainnya

Mengenal Jusuf Hamka yang Berani Gugat Hary Tanoe 119 Triliun

17/08/2025

Prabowo Tabuh Genderang Perang Melawan Tambang Ilegal

17/08/2025

Menunggu Gaji Layak atau Membiarkan Generasi Bangsa Primitif

16/08/2025

Disporapar Kalbar Terancam Melanggar UU : Media Website Terlantar Tak Bisa Diakses

10/08/2025

PT. DIMAS GENTA MEDIA
Kompleks Keraton Surya Negara, Jalan Pangeran Mas, No :1, Kel Ilir Kota, Sanggau, Kalbar

0812-5012-1216

Terkait

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi

Regional

  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang