FOTO : Petugas polisi saat mengamankan pelaku SU [ist]
redaksi – radarkalbar.com
KETAPANG – Seorang bapak sambung (bapak tiri, red) berinisial SU (36) tega melakukan kekerasan seksual terhadap seorang remaja putri terjadi di wilayah Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang.
Kasus ini, terungkap setelah korban berinisial Z (17) menceritakan ulah bejad bapak tirinya itu, kepada salah seorang temannya.
Kapolres Ketapang AKBP Setiadi, melalui Kapolsek Matan Hilir Utara (MHU) Ipda Meinardus, dalam keterengan tertulisnya kepada awak media menuturkan, dari keterangan abang kandung korban berinisial S. Keseharian korban tinggal serumah dengan pelaku SU dengan pelaku, isteri pelaku atau ibu kandung korban dan seorang adik korban.
Selama ini, korban sudah tidak bersekolah lagi sehingga setiap hari selalu berada di rumah bersama pelaku yang bekerja sebagai ahli pengobatan atau dukun.
“Dalam keterangannya, korban Z mengaku sudah 3 kali dicabuli dan disetubuhi ayah tirinya tersebut. Perbuatan asusila itu terjadi secara bertahap sejak Oktober 2024 dan terjadi di area ruang tamu dan di dalam kamar,” ujar Ipda Meinardus, Selasa (12/11/2024).
Menurut Meinardus, pelaku melancarkan aksinya saat kondisi rumah sepi. Saat isteri pelaku dan adik korban ke luar rumah. Saat melakukan ulahnnya, tersangka SU mengancaman akan membunuh korban. Akibat dari perbuatan pelaku, korban merasakan sakit di sekitar alat vital dan mengalami depresi.
“ Korban diancama. Dan akhirnya menceritakan kepada temannya, dan melaporkan kepada abang kandung korban berinisial S. Kemudian, selanjutnya melaporkan ke Polsek Matan Hilir Utara,” terangnya.
Atas dasar laporan tersebut, pelaku SU dan sejumlah barang bukti berupa pakaian korban, diamankan ke Polres Ketapang.
“Kami sangat prihatin atas kejadian ini dan berkomitmen untuk menangani kasus ini secara cepat dan profesional. Korban juga kita berikan pendampingan psikologi trauma healing dari unit PPA Polres Ketapang yang bekerja sama dengan KPPAD Kabupaten Ketapang,” ungkapnya.
Meinardus menegaskan atas perbuatannya, pelaku kini terancam dengan Pasal 81 dan Pasal 82 ayat (1) ayat (2) dan atau UU RI Nomor 17 tahun 2016 tentang perlindungan anak junto Pasal 76D dan 76E UU RI Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak dengan ancaman pidana penjara paling lama 15 tahun. [red/r**]