FOTO : Kapolda Kalbar, Irjen Pol Pipit Rismanato saat menjadi narasumber pada seminar nasional Perhapi Provinsi Kalbar (Amad)
PONTIANAK – radarkalbar.com
KAPOLDA Kalbar Irjen Pol Rismanto dengan lantang menyebutkan dalam aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang beroperasi di Bumi Khatulistiwa (julukan Kalbar, red) banyak yang diindikasikan terlibat.
Bahkan, pria dengan dua bintang dipundak ini tak mengecualikan toko-toko emas yang ada di Kalbar sebagai penampung.
Jikalau ada pembuktian terbalik, dari mana para penampung ini dapat emasnya, bukan hanya di wilayah Kalbar. Namun, juga dikirim dari Kalteng.
Hal itu diungkapkan Kapolda Kalbar Irjen Pol Pipit Risman saat menjadi narasumber pada seminar nasional Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) Provinsi Kalimantan, berlangsung di Gedung Convention Center Universitas Panca Bakti (UPB) Pontianak, Sabtu (9/4/2024).
Saat itu, Kapolda Kalbar menegaskan PETI tidak ada manfaatnya untuk Kalbar. Namun, yang terjadi adalah kerusakan lingkungan.
Disamping itu, Irjen Pol Pipit Rismanto berjanji akan memproses anggotanya. Jika ada yang terlibat dalam kegiatan PETI. Dan meminta para awak media untuk memberitakan, jika ada indikasi aparat-aparat yang terlibat dalam aktivitas PETI.
“Tolong diberitakan apabila ada aparat-aparat yang terlibat pada pertambangan ilegal. Dan penegakan hukum tetap kita lakukan secara tegas,” tegasnya.
Menurut Kapolda, dalam penertiban PETI ada berbagai tantangan, yang mana salah satunya faktor geografis sulit dijangkau.
Namun juga ada yang sengaja agar tidak terjangkau. Kemudian juga banyak masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungan.
“Ada faktor geographis. Namun, ada juga yang sengaja agar tak terjangkau. Nah, yang berikutnya ada pihak-pihak tertentu yang sengaja memprovokasi agar menentang penegakan hukum PETI. Dan ini berbahaya,” paparnya.
Kapolda mengatakan ada alternatif lain untuk penggunaan lahan tesebut. Dan bukan hanya untuk aktivitas PETI belaka. Sebab, aktivitas PETI sangat berbahaya karena mencemari aliran sungai – sungai.
“Kan, air sungai dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga. Begitu juga bagi ikan – ikan. Jadi tak salah jika stunting di Kalbar meningkat,” tuturnya.
“Karena mereka tidak menyadari hanya urusan perut. Padahal tidak untuk PETI, lahan-lahan tersebut bisa ditanami jagung, singkong yang lebih menguntungkan bukan hanya dengan alasan urusan perut dan emas saja,” tuturnya.
Untuk strategi dalam mengatasi PETI saat ini ujar Kapolda, dengan mengimbau masyarakat, karena aktivitas PETI yang dilakukan, tidak memberikan manfaat apapun, baik bagi masyarakat, negara, maupun lingkungan.
“Kerusakan lingkungan yang mereka ciptakan itu, pertanyaannya siapa yang akan memperbaki? apakah anak cucu mereka yang akan menikmati bekas galian yang rusak itu. Salah satu penyebab meningkatnya angka stunting adalah dampak dari pencemaran lingkungan dari bahan kimia merkuri yang digunakan oleh para PETI,” cetusnya.
Selanjutnya Kapolda, momen bagi masyarakat yang peduli lingkungan, untuk mendorong permasalahan tersebut menjadi sebuah peringatan kepada mereka yang melakukan aktivitas PETI.
Hadir saat itu, Dr. Ir. Sigit Sugiardi, M.P, Direktur Pasca Sarjana UPB Pontianak, Ir. Rizal Kasli, ST.,IPU.,Asean Eng, Ketua Umum PERHAPI, Irjen Pol Pipit Rismanto, S.Ik.,M.H Kapolda Kalimantan Barat, Ir. Adi Yani, M.H, Kadis LHK Provinsi Kalimantan Barat.
Kemudian, Viko Alhadi sebagai moderator seminar nasional PERHAPI, pengusaha dan Mahasiswa Fakultas Pertambangan UPB Pontianak dan Fakultas Pertambangan Untan. (SrY/Amd MK)