Jakarta, radar–kalbar.com – Menjadi salah satu sektor prioritas dalam lima tahun ke depan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mengembangkan sektor budidaya perikanan.
Salah satunya, dengan meluncurkan komoditas ikan budidaya terbaru, king cobia (kobia). Peluncuran ini dilakukan langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo pada pembukaan Aquatica Asia dan Indoaqua 2019 di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (6/11).
Menteri Edhy menyampaikan apresiasinya kepada Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPPL) Lampung dan para _stakeholder_ terkait yang telah berhasil memproduksi ikan kobia secara massal. Keberhasilan ini menambah daftar varian komoditas budidaya yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
“Saya menyampaikan selamat dan sangat bangga atas keberhasilan teman-teman BBPPL Lampung dan _stakeholders_ yang terlibat dalam pengembangan komoditas king kobia. Saya pikir ini adalah salah satu tambahan baru pengembangan spesies ikan budidaya. Kami harapkan ke depan akan tumbuh spesies-spesies baru yang bisa kita kembangkan,” ucapnya.
Saat ini, king kobia merupakan komoditas ikan laut yang sedang naik daun dan terus disosialisasikan kepada para pembudidaya. Teknologi budidaya king kobia di BBPBL Lampung telah berkembang pesat dan sukses dalam melakukan pemeliharaan induk, pemijahan induk, pemeliharaan larva, produksi benih, serta kegiatan produksi ukuran konsumsi di Keramba Jaring Apung (KJA). BBPBL Lampung telah memulai kegiatan pemeliharaan larva kobia di _hatchery_ secara _indoor_ dari tahun 2009. Dengan berbagai tahapan teknologi yang telah dilakukan, dapat dijelaskan bahwa King kobia bukan merupakan ikan hasil rekayasa genetika.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Sobejkato mengatakan, king kobia (Rachycentron canadum) akan dikembangkan menjadi komoditas unggulan baru subsektor perikanan budidaya. Sebab, king kobia merupakan spesies ikan laut karnivora yang memiliki sejumlah keunggulan untuk dibudidayakan.
King kobia memiliki performa pertumbuhan yang cepat yakni 4-6 kg setahun. Selain itu, king kobia juga mudah untuk diadaptasikan, dipijah, dan dibesarkan dalam kondisi budidaya. Waktu pemeliharaannya pun relatif lebih singkat dibandingkan dengan ikan laut lainnya (berat ikan 3 kg dalam 9 bulan). Dari segi konsumsi, king kobia juga memiliki keunggulan karena mengandung EPA, DHA, dan asam lemak omega 3 lainnya. Kualitas dagingnya juga sempurna dengan tekstur dagingnya yang putih.
“Sedangkan dari segi pemasaran, king kobia memiliki pasar yang luas karena dapat dipasarkan sebagai ikan segar beku maupun fillet. Selain itu, king kobia juga banyak digunakan untuk sport fishing,” lengkapnya.
Pasar king kobia masih terbuka luas, baik pasar dalam negeri maupun pasar ekspor. Slamet mengatakan, preferensi konsumen terhadap kualitas daging kobia ini sangat baik. Selain itu, pasar ekspor ikan kobia cukup terbuka antara lain Hongkong, Taiwan, Jepang, Australia, dan Eropa.
“Sebagai negara yang telah berhasil kembangkan kobia, ini menjadi peluang tersendiri bagi Indonesia untuk mendominasi _supply share,_ dan tentunya akan menambah devisa ekspor,” kata Slamet.
Budidaya king kobia juga berdampak positif terhadap lingkungan. Kegiatan budidaya king kobia sangat penting untuk mengurangi ekploitasi king kobia di alam. King Kobia mempunyai _tropic level_ tinggi dengan jumlah yang terbatas di alam sehingga apabila dieksploitasi di alam akan mengancam kelestarian plasma nutfahnya. Secara langsung maupun tidak, hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat serta keseimbangan ekosistem di perairan.
Ke depannya, pengembangan budidaya king kobia akan dilakukan melalui budidaya ikan yang baik dan tersertifikasi yang menerapkan kaidah Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) dan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dengan standar Internasional yang sesuai dengan permintaan pasar perikanan global. Melalui sertifikasi tersebut, bukan hanya aspek mutu, _food safety,_ dan _social responsibility,_ namun juga menerapkan aspek aspek keberlanjutan.
Sumber : Aprilya Pregiwati
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama Luar Negeri