Oleh : Ketua Satupena Kalimantan Barat, Dr. Rosadi Jamani
SERANGAN tiada henti. Pertahanan lawan digempur habis-habisan. Segala jurus dikerahkan.
Permainan sepenuhnya dikuasai sampai 68 persen. Siapa sangka, hasil akhirnya kalah. Kalah 0-2.
Serunya lagi, hanya debutan. Tak ada yang mengunggulkan. “Ah tak mungkin menang.” Siapa sangka, satu per satu raksasa dihabisi.
Itulah Timnas Yordania yang baru saja membantai raksasa Asia, Korsel 0-2 di semifinal Piala Asia.
Yordania bukanlah tim kuat dari Timur Tengah. Raksasa Timur Tengah dan sering langganan Piala Dunia biasanya Iran, Arab Saudi, dan Irak. Wajar apabila diremehkan.
Lolos ke 16 besar saja harus lewat peringkat tiga terbaik. Mirip Timnas kita juga. Sayangnya Timnas kalah oleh Australia. Sementara Yordan justru melenggang jauh sampai ke titik final usai membantai Korsel sepasang gol.
Gol kemenangan Jordania dilesakkan oleh Yazan Al Naimat dan Mousa Al-Tamari. Dengan dua gol ini, Korsel yang diunggulkan, tamat. Angkat koper menyusul duo raksasa, Jepang dan Australia.
Yordan menciptakan sejarah besar, pertama kali tampil di final dan bersiap menghadapi pemenang antara tuan rumah Qatar vs Iran.
Belajar dari negara beribukota Amman ini, jangan ngeper sebelum tanding. Di atas kertas boleh tidak dijagokan. Di lapangan, apa saja bisa terjadi. Tarung sebenarnya itu di lapangan, bukan di atas kertas, bukan berdasarkan statistik.
Korsel langganan Piala Dunia berat untuk dilawan. Australia saja yang pemainnya bule semua dihabisi 2-1. Di medan tempur semua akan terjawab, dan tidak ada tahu hasil akhirnya.
Negara dengan semboyan “Allah, Al-Waṭan, Al-Malik” ini dikenal juga Kerajaan Hasyimiyah. Negara Islam yang berbatasan dengan Israel ini terkenal memiliki petarung hebat. Sebut saja Sultan Salahudin al Ayyubi, pemimpin ksatria terkenal dengan strategi perangnya.
Beliau tercatat pernah membebaskan Palestina dari cengkraman asing. Jiwa petarung tak kenal takut ini diperlihatkan pemain Yordan. Luar biasa bisa menghancurkan benteng pertahanan Korsel sampai bobol 0-2.
Jangan takut berjuang walaupun musuh itu memiliki segalanya. Jangan _begegar dolok_ , kata Melayu Pontianak sebelum bertarung di medan perang. Banyak tercatat, tim yang dianggap lemah bisa menghancurkan dominasi tim kuat.
Dalam pertarungan di Pemilu juga begitu, terus berjuang sekuat tenaga. Penentu semua adalah rakyat. Bila rakyat sudah cinta dan full berikan dukungan, kekuatan apapun tak ada bisa mengalahkannya.
Kekuatan uang, oligarki, bos tambang, konglomerat tak ada arti bila rakyat bergerak dan melawan pelanggaran etika.
Ups…kok latah ya.
#camanewak