FOTO : rangkaian kegiatan PMK mahasiswa FEB Untan di Sungai Ambangah, Kubu Raya pada Sabtu 2 Agustus 2025 [ istimewa]
redaksi – RADARKALBAR.COM
KUBU RAYA – Geliat kemajuan desa tak hanya datang dari kebijakan pemerintah atau intervensi lembaga besar.
Di Desa Sungai Ambangah, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, transformasi digital salahsatunya justru digerakkan oleh semangat mahasiswa.
Melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura (FEB Untan) berhasil menghadirkan terobosan yang menyatukan edukasi, teknologi, dan pemberdayaan ekonomi lokal.
Mengusung tema “Ambangah Go Online : Digitalisasi Pasar Terapung dan Tambak Ikan sebagai Model Desa Ekowisata Berbasis UMKM dan Teknologi”.
Rangkaian kegiatan ini berlangsung pada Sabtu, (2/8/2025) di Café Terapung Dusun Kumpai, jantung aktivitas masyarakat perikanan dan UMKM setempat.
Berbeda dari kegiatan akademik biasa, PKM kali ini benar-benar terasa “membumi”. Mahasiswa bukan sekadar hadir sebagai peserta pelengkap, melainkan tampil sebagai motor utama perubahan.
Tentunya, di bawah bimbingan dosen-dosen berpengalaman seperti Efa Irdhayanti, SE, MM selaku Ketua tim PKM, serta Fitriana SE MM dan Ahmadi SE MSc sebagai narasumber.
Lantas, para mahasiswa dari Program Studi Manajemen FEB Untan menjadi fasilitator pelatihan, pendamping lapangan, sekaligus jembatan komunikasi antara teori kampus dan praktik masyarakat.
“Kami ingin membuktikan mahasiswa tidak hanya bisa berdebat di ruang kuliah, tapi juga bisa membawa solusi ke tengah masyarakat,” ujar salah satu dosen pendamping, Anggraini Syahputri SST MM, yang mendukung keterlibatan aktif mahasiswa dalam program ini.
Mahasiswa memberikan pelatihan intensif mengenai digital marketing, manajemen konten, branding produk lokal, hingga penggunaan media sosial untuk menjangkau pasar lebih luas.
Salah satu mahasiswa, Wahyu (21), bahkan menginisiasi praktik langsung membuat akun bisnis digital bagi pelaku UMKM yang sebelumnya belum pernah menggunakan teknologi tersebut.
“Awalnya kami kira sulit, tapi ternyata bisa. Saya sudah punya akun Instagram dan mulai belajar memotret produk saya dengan baik,” ungkap Ibu Sumarni, pelaku usaha kerupuk ikan di Dusun Kumpai.
Dukungan masyarakat terhadap kegiatan ini sangat terasa. Sejak pagi, puluhan warga dari berbagai latar belakang, mulai dari ketua RT, RW, tokoh adat, pemilik tambak, hingga para pelaku UMKM, berkumpul di café terapung yang menjadi lokasi kegiatan.
Mereka menyambut kehadiran mahasiswa dengan terbuka, mengikuti pelatihan dengan serius, dan tak sungkan bertanya saat sesi berlangsung.
Sementara, Sekretaris Desa Sungai Ambangah, Ramadhani AMd, dalam sambutannya menyampaikan rasa bangga atas kehadiran mahasiswa dan dosen FEB Untan yang memilih desanya sebagai lokasi pengabdian.
“Kami berterima kasih dan sangat mendukung program ini. Potensi Desa Sungai Ambangah sangat besar, tetapi tanpa dukungan pengetahuan dan teknologi, semuanya bisa stagnan. Kehadiran adik-adik mahasiswa ini membuka wawasan baru bagi kami,” ungkapnya.
Sambutan hangat ini juga terlihat saat Efa Irdhayanti menyerahkan cenderamata sebagai simbol kemitraan berkelanjutan.
Bukan sekadar kegiatan sesaat, PKM ini diproyeksikan menjadi bagian dari program jangka panjang FEB Untan untuk membina desa-desa berbasis ekonomi lokal dan digitalisasi.
Selama rangkaian pelatihan ini tidak berlangsung kaku. Di sela sesi materi, panitia menyelipkan kuis interaktif dengan hadiah paket sembako.
Game sederhana tapi edukatif ini berhasil memecah ketegangan dan membuat warga semakin semangat mengikuti seluruh rangkaian acara.
Suasana akrab tercipta di antara mahasiswa dan warga, memperlihatkan bahwa kolaborasi bisa dibangun tanpa sekat hierarki.
Materi pelatihan yang disampaikan Fitriana dan Ahmadi juga dikemas ringan dan aplikatif. Fitriana menjelaskan pentingnya strategi branding dan keberadaan digital dalam pemasaran, sedangkan Ahmadi membimbing peserta langsung membuat konten foto produk yang menarik dengan hanya bermodalkan ponsel.
“Jangan anggap remeh potensi tambak kita. Dengan kemasan cerita yang kuat, visual yang menarik, dan jangkauan media sosial, hasil tambak di sini bisa dikenal sampai luar Kalbar,” ujar Ahmadi, menyemangati peserta yang mulai tertarik belajar pemasaran digital.
Salah satu gagasan penting dari kegiatan ini adalah menjadikan Sungai Ambangah sebagai model desa ekowisata digital berbasis UMKM.
Desa ini dinilai memiliki potensi besar dari segi keunikan budaya, kearifan lokal, dan sumber daya alam mulai dari tambak ikan, pemandangan sungai yang memesona, hingga pasar terapung yang belum banyak diketahui publik.
Sejatinya, melalui konsep “Ambangah Go Online”, mahasiswa dan dosen FEB Untan ingin mendorong warga untuk tak hanya menjual produk, tetapi juga menjual pengalaman desa, wisata edukasi tambak, wisata kuliner olahan ikan, dan perjalanan menyusuri sungai yang semuanya bisa dikemas menarik dalam platform digital.
“Kalau dikelola dengan baik, ini bisa jadi hidden gem wisata Kalimantan Barat. Tapi butuh sinergi terus-menerus antara warga, pemerintah desa, dan mitra kampus,” tegas Efa.
Program ini menjadi bukti nyata bagaimana dunia akademik berperan aktif dalam pembangunan masyarakat.
FEB Untan tidak hanya mengirim mahasiswa untuk belajar dari desa, tetapi juga menjadikan desa sebagai mitra tumbuh bersama.
Dan mahasiswa dilatih untuk menyatu dengan warga, tidak hanya berbicara, tetapi juga mendengarkan, beradaptasi, dan memberi solusi nyata.
“Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti di sini. Kami ingin kembali lagi, membantu desa ini lebih berkembang,” ungkap salah satu mahasiswa dengan penuh semangat.
Harapannya, dengan semangat kolaborasi dan dukungan penuh dari masyarakat, kegiatan PKM ini menjadi titik awal perjalanan digitalisasi Desa Sungai Ambangah.
Kemudian, lebih dari sekedar kegiatan kampus, ini adalah kisah nyata bagaimana ide, kepedulian, dan kerja sama bisa menyalakan harapan dari pinggiran membangun dari desa untuk Indonesia. [ red ]
Editor : Andika
Publisher : admin radarkalbar.com