Radar KalbarRadar Kalbar
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Lainnya
    • Hukum
    • Olah Raga
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Figur
    • Tekno
    • Entertainment
Radar KalbarRadar Kalbar
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
Pencarian
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Hukum
  • Olah Raga
  • Gaya Hidup
  • Bisnis
  • Figur
  • Tekno
  • Entertainment
Radar Kalbar > Indeks > Opini > Belajar Bertetangga dari India vs Pakistan
Opini

Belajar Bertetangga dari India vs Pakistan

Last updated: 03/05/2025 23:39
03/05/2025
Opini
Share

BAGI saya, tetangga itu orang terbaik. Jangan diajak ribut. Dalam bernegara juga begitu semestinya.

Alhamdulillah, negara kita bertetangga baik dengan Malaysia. Beda dengan India dan Pakistan, macam Tom and Jerry. “Malar nak bekincah,” kata budak Pontianak.

Yok kita bahas sambil ngopi, konflik yang bisa berujung perang nuklir ini.

Tanggal 22 April 2025, saat sebagian warga di sini sibuk bicara Lisa Mariana, ijazah Jokowi itu asli atau dari Indoprint, 103 jenderal vs 1 Gibran, korupsi receh, India dan Pakistan diam-diam hampir mengubah Kashmir jadi zona latihan perang dunia ketiga.

Sebuah serangan teroris mengguncang Pahalgam, wilayah cantik yang mestinya jadi tempat honeymoon, bukan Hunger Games. Dua puluh enam wisatawan tewas. India langsung menuduh Pakistan, kayak tetangga yang baru kehilangan sendal lalu langsung menuding rumah sebelah.

Pakistan, tentu saja, menyangkal. Mereka bilang, “Kami pun sedih, kami pun korban, kami juga pengin damai, kami bahkan belum selesai nonton drama Korea semalam.” Tapi India, yang sudah terlalu sering mendengar kalimat semacam itu, langsung mencabut Perjanjian Air Indus, perjanjian yang sudah seperti kontrak tidak tertulis antara dua tetangga tentang siapa yang boleh pakai keran air lebih dulu.

Ini bukan main-main. Ini setara dengan mencabut stop kontak kulkas tetangga yang isinya cuma air dan harapan.

Lalu, karena dunia ini belum cukup gila, masing-masing negara mulai menggerakkan pasukan. Garis Kontrol, alias Line of Control, yang dulunya cuma garis tipis di peta, kini jadi runway buat peluru dan mortir.

Menteri Pertahanan Pakistan, sambil menahan emosi dan mungkin juga maag, mengumumkan bahwa perang total bisa meletus kapan saja. India pun balas ancaman dengan gaya khas Bollywood: penuh semangat, penuh dendam, dan penuh latar musik megah di belakangnya.

Tapi tunggu dulu. Ini bukan kisah cinta-benci yang baru muncul kemarin. Konflik India-Pakistan ini sudah dimulai sejak tahun 1947, ketika Inggris memutuskan untuk pulang dan meninggalkan dua negara yang belum siap pisah ranjang. Hasilnya? Migrasi massal, pertumpahan darah, dan rebutan warisan berupa Kashmir.

Lebih dari 15 juta orang harus mengungsi, dan dua juta jiwa melayang. Semua gara-gara peta dibagi pakai penggaris tapi nggak pakai hati.

Kashmir sendiri kini seperti anak yatim piatu yang diperebutkan dua keluarga besar. India bilang, “Dia ikut aku!” Pakistan teriak, “Enggak, dia anak kandungku!” Sementara Kashmir, kalau bisa ngomong, mungkin cuma mau bilang, “Tolong, saya cuma mau hidup tenang dan panen apel.”

Dari perang pertama di tahun 1947 sampai konflik demi konflik setelahnya, hubungan kedua negara ini nggak pernah benar-benar sembuh. Setiap kali terlihat tenang, selalu ada sesuatu yang bikin mereka ribut lagi.

Kadang cuma saling tuduh di PBB, kadang sampai siap nuklir-nukliran. Persis kayak tetangga yang tiap minggu ribut soal pagar, tapi tetap nggak pernah beli cat baru bareng.

Di sinilah kita bisa ambil pelajaran. Bukan soal geopolitik, bukan soal sejarah, tapi soal hidup bertetangga. Kalau India dan Pakistan saja bisa bertengkar selama hampir 80 tahun dan belum selesai juga, kita sebagai warga biasa bisa mulai dengan satu hal kecil, jangan siram tanaman tetangga pakai air sabun.

Hidup ini terlalu singkat untuk perang dingin dan ribut tak berkesudahan. Daripada sibuk ngintip CCTV tetangga, mendingan kamu ngintip harga cabe di pasar. Dari pada mikirin siapa yang duluan nyolong jemuran, mendingan kamu jemur bareng sambil ngopi.

Karena kalau dua negara bersenjata nuklir bisa ribut soal air dan sejarah, kamu yang ribut soal suara ayam tetangga jam 4 pagi mungkin sebenarnya masih punya harapan jadi duta perdamaian.

#camanewak

Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalbar ]

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
TAGGED:Belajar bertetanggaPakistan
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link

Terpopuler Bulan Ini

Isak Tangis Iringi Eksekusi Lahan di Kecamatan Segedong, Warisan Digugat, Rumah Tergusur, Warga Teriakan Ketidakadilan

26/06/2025
BREAKING NEWS : Mobil Pengangkut Uang Seruduk Kerumunan di Pasar Sungai Bakau Kecil, Sejumlah Warga Menderita Luka
16 jam lalu
Media FC Perkasa di Liga Mini Soccer U-35 AMC Sungai Pinyuh, Dua Mantan Sochenk FC Jadi Penentu Kemenangan
30/06/2025
Proyek Jalan Nasional Rp 146,9 Miliar di Mempawah Jadi Sorotan, Ketua Kadin : Mestinya Dikerjakan Secara Profesional
09/07/2025
Prestasi Atlet Mempawah Tak Seiring Dukungan, Berjuang Tanpa Dana, Berlaga Tanpa Apresiasi
05/07/2025

Berita Menarik Lainnya

Dahlan Iskan dan Saham Rp 89 Miliar

16/07/2025

Brunei Dibantai 8-0, Raven Gacor Cetak Enam Gol

19 jam lalu

Selama NKRI Penduduknya Masih Mayoritas Islam, Maka Sektor Kehidupan Dipersulit, Hidup Serba Susah

15/07/2025

Terjun Lubuak Rantiang: Keindahan Alam, Misteri, dan Warisan Budaya yang Tersembunyi di Ranah Minang

14/07/2025

PT. DIMAS GENTA MEDIA
Kompleks Keraton Surya Negara, Jalan Pangeran Mas, No :1, Kel Ilir Kota, Sanggau, Kalbar

0812-5012-1216

Terkait

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi

Regional

  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang