Setan Pasti Kalah


FOTO : DR Rosadi Jamani (Ist)

Oleh : DR Rosadi Jamani (Ketua Satupena Kalimantan Barat)

SEPANJANG sejarah manusia
Kemungkaran tak pernah sirna
Kerana syetan tak ‘kan binasa
Sebelum kiamat dunia

Namun jangan pernah kau menyerah
Pada pengaruh si durjana
Karena dia musuh yang nyata
Yang berbisik di dalam dada
Apabila kau mau memeranginya
Syetan pasti kalah

Sepenggal bait lagu Rhoma Irama berjudul Syetan Pasti Kalah. Saya penggemar Bang Haji. Dari kecil suka mendengarkan lagu dangdutnya beliau. Termasuk lagu Syetan Pasti Kalah.

Saya tidak tahu asbabunnuzul atau latar belakang Bang Haji menciptakan lagu itu. Setan pasti kalah. “Gak bahaya tah?”

Lagu itu pasti tercipta berdasarkan apa yang dilihat dan dirasakan legenda hidup dangdut itu. Dalam bait lagu itu ada kata kemunkaran.

Bisa jadi suami Rica Rahim itu banyak melihat kemunkaran di sekelilingnya. Lalu, ada kata si durjana, sepertinya setan berwujud manusia.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, setan diartikan roh jahat yang selalu menggoda manusia supaya berlaku jahat. Ada juga mengartikan, setan itu makhluk yang suka menggoda manusia agar berbuat kemunkaran atau maksiat.

Setan selalu menggoda orang baik agar menjadi jahat. Tujuannya agar bisa menjadi temannya di neraka. Dalam Islam, setan terus menggoda manusia sampai kiamat tiba. Sepertinya begitu pemahaman umum tentang setan.

Sebenarnya saya ingin mengkaitkan lagu pimpinan Soneta itu dengan Pemilu dan Pilpres saat ini. Sebab, dalam dunia politik hanya ada menang dan kalah.

Siapa yang menang dan kalah, belum tahu wak. Kampanye baru berjalan dua hari.

Godaan dalam dunia politik sangat kuat. Siapa yang menggoda dan digoda. Yang menggoda tentu yang ingin suara. Yang digoda tentulah pemilik suara seperti saya dan ente wak.

Kampanye baru dua hari, rayuan dari caleg maupun timses capres masih landai. Belum keluar rayuan mautnya. Baru sebatas mengeluarkan flyer berupa kertas suara yang ada foto diri.

Tensi rayuan itu semakin tinggi setiap harinya. Mulai nanti ada yang ngajak ngopi dan makan. Mulai ada japri. Mulai ada silaturahmi main ke rumah.

Jelang pencoblosan makin maut rayuan. Mulai gunakan iklan blast. Tiba-tiba Hp ente menerima pesan dari caleg atau capres tanpa tahu siapa pengirimnya.

Medsos dipenuhi iklan caleg dan capres. Mulai ada tawaran berupa materi. Yang disasar Ketua RT, RW, Kades, Ketua Ormas, simpul-simpul massa. Rayuan maut terakhir, serangan fajar.

Akan ada timpa-menimpa atau timpal-menimpal. Ada ngasih Rp100 ribu, lalu ada yang nimpanya dengan Rp200 ribu. Bahkan, akan ada lebih tinggi dari itu.

Sebagai rayuan paling ampuh, mengkondisikan petugas KPPS saat penghitungan suara. Bila perlu sampai PPK dan KPU. Jangan heran banyak caleg teriak suaranya berbeda saat di KPPS dengan pengesahan di KPU.

Nah, semua itu banyak rayuan mautnya. Bila tak kuat iman atau pendirian, akan terbuai dan hanyut dalam rayuan caleg atau timses yang suka berbuat curang.

Rayuan maut tak bisa dihindarkan. Namanya mau suara, segala cara rayuan bisa dilakukan sepanjang tak ketahuan Bawaslu. Kecurangan itu seperti sudah lumrah, tapi tak bisa dibuktikan.

Yang namanya money politic pasti kencang di setiap Pemilu. Anehnya tak satupun bisa dibuktikan. Kalau ada terbukti curang, paling disuruh Pemilu ulang.

Sepakat ndak bila yang suka merayu pemilih dengan hal dilarang disebut setan politik? Yang suka ngumpani pemilih dengan lembaran merah itu disebut setan politik, setuju ndak? Yang suka nawarkan semen agar bisa dipilih, digelari setan politik, yes ndak? Setuju ya.

Sebab, mereka mirip setan yang merayu pemilih mengikuti kehendaknya secara curang.

Sekarang tergantung iman atau pendirian pemilih, apakah mempan dengan segala rayuan itu? Kalau orang biasa, tukang rayunya setan biasa juga.

Cukup ratusan ribu saja. Kalau simpul massa, pangkat setan lebih tinggi. Ini sih sudah jutaan. Jangan heran nanti muncul lagi ungkapan “Uang jin dimakan setan.” Maksudnya, akan banyak uang beredar jelang pencoblosan.

Para setan politik bergerilya melepaskan rayuan mautnya. Siapa yang tergoda, yang tak kuat nuraninya, tak kuat pendiriannya. Ia pun akan menjadi hamba setan politik.

Apakah setan akan kalah seperti lagu Bang Haji? Kalau yang dirayu dengan aneka materi atau money politic bergeming, setan kalah. Yang dirayu nyatakan no money politic, setan kalah. Yang dirayu geleng-geleng kepala, setan kalah.

Sebaliknya, yang dirayu malah mengincar lembaran Soekarno Hatta, setan menang. Yang dirayu sangat menantikan serangan fajar, setan senang. Yang dirayu suka butakan caleg, setan tertawa.

Bila pemilih sangat mudah termakan rayuan maut caleg dan timses, Pemilu dan Pilpres tak lebih dari permainan setan.

Setan menang. Sebaliknya, bila semua pemilih menolak apapun bentuk materi pengincar kursi dewan dan presiden, Pesta Demokrasi menjadi berkualitas, jujur dan adil. Setan pasti kalah.

#camanewak


Like it? Share with your friends!