Catatan Kaki Jodhi Yudono


Pak August, August Parengkuan (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 1 Agustus 1943; umur 76 tahun) mantan Pelaksana Harian dan Pemimpin Redaksi Kompas, Penasihat Ikatan Wartawan Online, dan pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Italia, berpulang hari ini. Kamis, (17/10/2019) Pukul 05.50 WIB.

Pak August, demikian beliau akrab disapa, seperti menggenapi deretan nama-nama wartawan senior negeri ini yang menghadap Ilahi pada tahun 2019 ini. Sebelumnya, adalah Rudy Badil, Arswendo Atmowiloto, P Swantoro, dan Aristides Katoppo.

Kepergian Pak August dan senior lainnya seperti isyarat, bahwa panggung media sedang berganti lakon dan cerita. Seperti yang selalu diucapkan Pak August saban kali bertemu kami kawan-kawan Pengurus Ikatan Wartawan Online (IWO) Pusat, bahwa kini zaman sudah berganti. Internet menjadi keniscayaan zaman. Siapa tidak terlibat di dalamnya, dia akan hilang dari peredaran.

Dan… Pak August ternyata memilih tak hilang dari peredaran. Beliau memilih berada di garis edar peradaban dengan sedia bergabung bersama kami di Ikatan Wartawan Online sebagai Dewan Penasihat dalam kepengurusan hasil Musyawarah Bersama IWO 8-9 September 2017 yang memilih saya sebagai Ketua Umum. Sementara di jajaran Dewan Penasihat ada August Parengkuan, Mohammad Sobary, Pepih Nugraha, Pak Chasmo, dan lain-lain.

Kesediaan Pak August bergabung di IWO adalah sebuah kesadaran sekaligus pembelaan. Kesadaran tentang zaman yang berubah, dan pembelaan terhadap warga “kelas 3” para wartawan media online yang sebelumnya dipandang sebelah mata oleh pihak-pihak tertentu yang lebih menghargai wartawan media cetak dan televisi.

Sejak itulah, Pak August menjadi penasihat sekaligus orang tua kami yang selalu hadir tiap kami membuat acara, termasuk pertemuan kami terakhir pada 11 Maret 2019 saat kami menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Kota Depok, Jawa Barat (11-12 Maret).

Saat tiba di tempat acara, Pak August nampak menurun kesehatannya, tapi beliau tetap bersemangat datang meskipun tersesat jalan beberapa kali saat mencari alamat tempat kami melaksanakan Rakernas.

Saat kami minta berpidato, kembali Pak August mengulang pernyataannya bahwa ini adalah zaman kita, zaman Internet. Selanjutnya, Pak August pun memuji sikap IWO yang mandiri, yang tidak bergantung pada siapa pun dalam berorganisasi.

Menurutnya, sikap ini amat lain dengan sikap-sikap yang diambil oleh kebanyakan organisasi profesi yang bersandar kepada orang-orang besar, kaya dan berkuasa.

Beberapa kali saya singgah di ruang kerjanya yang kala itu selantai dengan kantor saya (kompas.com). Sempat beliau menawari saya hendak mencarikan modal jika berkeinginan membuat media. Tapi perbincangan yang paling kerap adalah soal zaman yang berubah, zaman yang menutup cerita media cetak, dan mungkin sebentar lagi televisi, dan berganti zaman yang membuka sejuta kemungkinan bagi orang-orang kreatif.

Terimakasih banyak Pak, anda telah membela dan membesarkan IWO dengan cara bapak, cara menentang arus. Sebuah cara yang banyak dihindari oleh orang-orang mapan seperti bapak.

Ya, sebab sesungguhnya kita saling paham ya Pak. Di balik nama IWO adalah ribuan jurnalis muda yang ingin maju tapi perlu kita bantu dengan ilmu.

Dan Bapak telah memberikannya dengan tulus.

Selamat jalan Pak August, selamat jalan senior. Semoga Tuhan memberi tempat yang indah bagi bapak.

 

 

 

 

Penulis adalah Ketua Umum IWO


Like it? Share with your friends!