Radar KalbarRadar Kalbar
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Lainnya
    • Hukum
    • Olah Raga
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Figur
    • Tekno
    • Entertainment
Radar KalbarRadar Kalbar
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
Pencarian
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Hukum
  • Olah Raga
  • Gaya Hidup
  • Bisnis
  • Figur
  • Tekno
  • Entertainment
Radar Kalbar > Indeks > Opini > Republik Joget di Atas Perut Lapar
Opini

Republik Joget di Atas Perut Lapar

Last updated: 27/08/2025 21:05
27/08/2025
Opini
Share

FOTO : Ilustrasi AI hanya untuk memperindah saja [ ist ]

Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]

RISIKO jadi rakyat jelata. Diinjak-injak, dikatakan tolol, serakah, buas.

Duh, gedek bangat dah. Yang ngatakan begitu, orang yang dipilih rakyat jelata itu. Mari simak narasinya sambil seruput kopi tanpa gula, pahit pastinya, wak!

Indonesia kini sudah resmi berubah jadi panggung sirkus internasional. Tiketnya paling mahal di dunia karena dibayar dengan pajak rakyat.

Bayangkan, wak! Dari Sabang sampai Merauke, rakyatnya jungkir balik kerja cari makan. Sementara pejabatnya jungkir balik cari alasan.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dengan santainya berkata, rakyat sama buas dan serakahnya dengan pejabat.

Fantastis! Seorang ibu yang ngutang di warung demi beli minyak goreng kini sejajar dengan pejabat yang ngutang APBN demi beli jet pribadi. Sama-sama serakah, katanya, cuma beda ukuran perut.

Kalau rakyat makan mi instan tiga kali sehari disebut kerakusan, pejabat makan kaviar tiap minggu disebut diplomasi kuliner. Filosofi paling brilian abad ini, keadilan bukan lagi soal hak, tapi soal kapasitas kantong.

Tiba-tiba Ahmad Sahroni masuk panggung dengan jurus karate verbal. Siapa pun yang ingin bubarkan DPR adalah orang tolol sedunia. Kasihan adik-adik mahasiswa yang demo siang malam dikatakan tolol sedunia.

Sungguh memesona, rakyat yang membayar gaji DPR kini diberi bonus predikat akademik, Sarjana Tolol Cum Laude. Kalau begitu, mari sekalian bikin universitas baru, Universitas Ketololan Nusantara, rektornya anggota DPR, dosennya para buzzer, mahasiswanya seluruh rakyat jelata.

Ironinya terlalu sempurna, tanpa rakyat yang katanya tolol itu, kursi DPR hanyalah sofa kosong di gedung megah Senayan. Tapi toh, mereka bisa tertawa, karena kalau logika sudah mati, hinaan bisa dianggap argumentasi.

Belum cukup, muncullah Nafa Urbach. Dulu terkenal karena lagu patah hati, kini terkenal karena logika patah otak. Katanya DPR butuh tunjangan rumah lima puluh juta sebulan karena macet. Luar biasa!

Seandainya Aristoteles hidup lagi, ia akan menulis buku baru berjudul Etika Macet, siapa pun yang terjebak lalu lintas berhak atas apartemen mewah di SCBD.

Rakyat naik motor, kehujanan, tetap bayar pajak. DPR terjebak macet lima belas menit, langsung minta rumah seharga kosmopolitan. Setelah netizen ngamuk, Nafa janji kembalikan gaji sampai 2029. Ini ibarat maling mengembalikan receh setelah menggondol brankas, lalu minta disebut pahlawan.

Jangan lupa gladiator Jawa Tengah, Bupati Pati Sudewo. Dengan lantang menantang rakyatnya sendiri. “Siapa yang menolak pajak, lima ribu, lima puluh ribu orang pun saya hadapi!” Bayangkan, seorang pemimpin yang seharusnya melindungi rakyat malah siap perang dengan rakyat.

Sejenak kita merasa sedang menonton film 300, tapi versi lokalnya judulnya 250 Persen Pajak. Bedanya, kalau Leonidas teriak “This is Sparta!”, Sudewo teriak “This is Pati!” Lalu setelah rakyat ngamuk, buru-buru minta maaf, bilang cuma salah paham.

Sungguh drama epik, menantang rakyat dengan dada membusung, lalu mundur dengan ekor di antara kaki.

Klimaksnya, Sidang Tahunan MPR RI 2025. Para pejabat berjoget gembira, sementara rakyat di luar gedung berjoget juga, tapi karena kejang lapar dan pusing bayar BPJS.

Sadarestuwati goyang paling semangat, Eko Patrio dan Uya Kuya sibuk bikin konten biar makin viral, dan Pasha Ungu dipuji hanya karena tidak ikut joget.

Betapa indahnya negeri ini, ketika tidak berjoget dianggap perbuatan suci. Inilah definisi baru moralitas, pejabat yang menari di atas penderitaan dianggap wajar, pejabat yang diam dianggap malaikat.

Maka lengkaplah sudah negeri kita sebagai republik joget. Pejabatnya menuduh rakyat serakah, menghina rakyat tolol, minta tunjangan karena macet, menantang rakyat soal pajak, lalu berjoget riang di gedung parlemen.

Rakyat disuruh sabar, disuruh syukur, disuruh paham bahwa semua ini fitrah manusia. Kalau begitu, fitrah rakyat hanya satu, muak.

Muak sampai ubun-ubun, muak sampai ingin menyalakan lilin di depan gedung DPR sambil teriak, “Jogetlah terus wahai para wakilku, biar kami yang jadi musik latarnya.”

#camanewak

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
TAGGED:Dpr riGaji DPR
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link

Terpopuler Bulan Ini

“Riak” Dalam MI Ma’arif Labschool Sintang Berada di “Titik Didih” Akibat Kisruh Internal, Guru Ancam Mogok Ngajar

30/11/2025
Pertama Kali Terjadi, Kasus Pencurian Mobil Gemparkan Warga Pasir Wan Salim, Pemilik Lapor Polisi
30/11/2025
Hampir Seluruh Nahdliyin Sepakat Gus Yahya Diberhetikan sebagai Ketum PBNU
22/11/2025
PH Akan Launching Objek Wisata Suak Danau Bakong di Desa Pedalaman Tayan Hilir
15/12/2025
GNPK RI Kalbar Dukung LAKI Menyoal Terbitnya IMB PT BAI
10/12/2025

Berita Menarik Lainnya

Ternyata di Kemnaker Banyak Tikus Got Gorong-gorong yang Rakus Uang Haram

4 jam lalu

Giliran Muhammadiyah Desak Pemerintah Tetapkan Status Bencana Nasional

4 jam lalu

Sinergi Kopdes dan Dapur MBG: Membangun Kemandirian Ekonomi

16/12/2025

Prabowo Tetap Bersikukuh Tak Mau Status Bencana Nasional

16/12/2025

PT. DIMAS GENTA MEDIA
Kompleks Keraton Surya Negara, Jalan Pangeran Mas, No :1, Kel Ilir Kota, Sanggau, Kalbar

0812-5012-1216

Terkait

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi

Regional

  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang