Oleh : Rosadi Jamani [Ketua Satupena Kalimantan Barat]
MALAM INI, Vietnam akan menjamu Timnas Indonesia. Kata “menjamu” terdengar terlalu ramah. Padahal niat mereka jelas, membalas dendam tiga kekalahan memalukan.
Tapi tenang, kita, bangsa yang filosofis, sudah siap. Siap apa? Siap kalah, tentunya.
Pendukung Timnas kita sekarang bijaksana. Setelah dua laga terakhir melawan Myanmar dan Laos yang, entah kenapa, seperti melihat ulangan film lama, banyak yang sudah pasrah.
Narasi berubah. Dari “Ayo Garuda, kita bisa!” menjadi “Yang penting pulang selamat.” Ini bukan pesimisme, ini kebijaksanaan.
Ungkapan itu muncul mungkin teringat kisah Evan Dimas dulu. Harus lama istirahat setelah di-kungfu pemain Vietnam.
Zaman itu, Nguyen terkenal bar-bar. Pecinta Timnas berharap, tak ada lagi pemain di-EvanDimnas-kan Vietnam. “Yang penting pulang dengan selamat sudah cukup.” Kalau menang, bersiaplah Nguyen dirujak.
Melihat permainan Timnas kita belakangan ini, ada yang bilang mereka seperti “balik ke setelan pabrik.” Setelan yang, sayangnya, sudah lama kedaluwarsa.
Tapi jangan salah paham. Ini bukan salah mereka sepenuhnya. PSSI bahkan tak repot-repot pasang target. Coach Shin Tae-yong (STY) pun angkat tangan. Piala ini, katanya, cuma ajang latihan.
Ya, harapan itu dikecilkan. Bukan karena kita tidak cinta Timnas, tapi karena realita memang tak bisa dipukul rata dengan slogan semangat.
Di sisi lain, Vietnam sedang bahagia. Melihat Timnas Indonesia kali ini, mereka lega. Garuda tak lagi punya rasa Belanda. Itu sindiran mereka dulu.
Timnas saat diperkuat Jay Idzes cs pernah menghancurkan Nguyen 0-3 di kandang sendiri. Ah, kenangan itu! Tapi jangan harap ada sihir yang sama.
Kini mereka melihat kita dengan pandangan penuh simpati, seperti melihat anak kecil mencoba bermain bola di tengah lapangan yang becek.
Vietnam malam ini bukan hanya tim sepak bola. Mereka adalah sekumpulan seniman dendam. Tiga kekalahan sebelumnya membekas seperti luka yang tak bisa ditutup plester.
Malam ini, mereka siap menciptakan maha karya balas dendam. Apa yang lebih menyenangkan dari memamerkan kemenangan di hadapan mantan rival yang kini kehilangan taringnya?
Bagi kita, mungkin ini saatnya belajar menerima. Kekalahan bukan akhir dunia, kawan. Kita bangsa besar, ahli mengubah luka menjadi lelucon.
Saat Garuda muda nanti malam takluk, kita akan menemukan cara untuk menjadikannya bahan meme nasional. Dari sana, kita akan tertawa bersama.
Karena, seperti kata pepatah bijak yang baru saja saya karang, “Sepak bola itu bukan tentang menang atau kalah, tapi tentang bagaimana kita tetap bisa bercanda sambil ngopi setelahnya.”
#camanewak