FOTO : Rosadi Jamani (Ist)
Oleh : Rosadi Jamani, Ketua Satupena Kalbar
SEBENARnya saya malas memuji negara lain. Lebih baik memuji negeri sendiri. Kali ini ego itu saya lepaskan.
Mau memuji negeri Bollywood, bukan filmnya, bukan lezat nasi briyaninya, bukan keindahan Tajmahalnya.
Negeri beribukota New Delhi ini pada 23 Agustus kemarin sukses mendarat di bulan.
Ya, di bulan yang biasa muncul di langit. Bukan datang bulan ya. Lewat roket Chandrayaan 3, India sukses mendarat di kutub selatan bulan.
Berarti sudah empat negara mendarat di bulan yakni Amerika Serikat, Rusia era Uni Soviet, China, dan India. Rusia setelah runtuhnya Uni Soviet mau mencoba lagi, namun gagal.
Hebat ya India, negeri kekuasaan Narendra Modi. Negeri mayoritas Hindu ini sudah mensejajarkan diri dengan maju lainnya.
India yang baru saja mengalahkan China dalam populasi penduduk, negara miskin SDA, tapi kaya SDM.
Jangan hanya lihat video street foodnya India yang jorok itu, lihat juga kecerdasan orang India itu mirip orang Israel juga.
Hampir semua perusahaan multinasional dunia, ada orang Indianya. Contoh ni, perusahaan teknologi di Silicon Valley, ramai-ramai menunjuk CEO asal India.
Beberapa di antaranya adalah Microsoft (Satya Nadella), IBM (Arvind Krishna), Alphabet – Induk Google (Sundar Pichai), Adobe (Shantanu Narayen), hingga yang terbaru adalah Twitter (Parag Agrawal) sebelum dibeli Elon Musk.
Gila, perusahaan raksasa paling berpengaruh di dunia dikendalikan orang keturunan India. Itu perusahaan dunia, belum lagi yang mengisi jabatan penting di sejumlah negara. Hebat memang SDM India.
Mereka sudah bisa mendarat di bulan, buat pesawat tempur, kapal induk, satelit, dsb. Untuk kereta api, Indonesia masih sedikit unggul.
Lalu kapan Indonesia bisa mengibarkan bendera merah putih di bulan? Saya juga bertanya demikian.
Ada yang jawab, tak mungkin kita bisa ke bulan, wong di sini masih sibuk bertengkar bid’ah, halal haram, kafir, syirik, dsb.
Di sini malah banyak merindukan kembali ke zaman dulu. Sabar wak, jangan emosi macam itu. Memang ada orang kita seperti itu, ada bahkan banyak. Namun, tetap ada orang kita yang cerdas juga ingin ke bulan.
Untuk bisa ke bulan, jalan satu-satunya dengan roket pendorong. Tak bisalah gunakan layangan wak. Zaman Soekarno sudah memulai ingin ke bulan.
Ia mendorong putra terbaik bangsa membuat roket. Minta teknologinya ke Uni Soviet waktu itu. Pada tahun 1966, Indonesia sukses membuat roket dan meluncurkannya ke angkasa.
Waktu itu Indonesia negara Asia nomor dua setelah Jepang. India belum apa-apanya waktu itu.
Ntah bagaimana proyek mandek. Sampailah Soekarno tiada, proyek itupun tak berkembang. Era Soeharto lebih banyak fokus membuat pesawat komersial. Sedikit terlupakan dengan roket.
Berdirilah Lapan dan mencoba melakukan uji coba peluncuran roket. Namun, jaraknya masih pendek. Pihak ITS Surabaya, Universitas Ahmad Dahlan, ITB Bandung juga melakukan riset pembuatan roket. Banyak uji coba dilakulan, namun baru sebatas ukuran kecil.
Kemudian, Lapan dilebur dalam Badan Riset dan Inonasi Nasional (BRIN). Badan inilah yang sedang berjuang membuat roket bekerja sama dengan sejumlah pihak terkait roket. Presiden Jokowi sudah meneken PP Nomor : 7 tahun 2022 tentang Penguasaan Teknologi Keantariksaan.
Didalamnya pemerintah mendorong pembuatan roket, satelit, aeronautika, dan penjalaran teknologi. Artinya, kita juga bernafsu ke angkasa.
BRIN telah melakukan ujicoba roket di Garut belum lama ini. Berhasil. Cuma, jaraknya baru 533 kilometer. Masih terhitung pendek. Sementara jarak bumi ke bulan 384.400 km.
Suatu saat roket yang diuji coba bisa mencapai jarak itu. Perlu diingat juga, banyak negara tak mau transfer teknologi soal roket ini. Mau tak mau ilmuwan kita berjuang dengan cara dan jalannya sendiri.
BRIN juga sedang menetapkan lokasi Bandar Peluncuran Roket. Ada dua pulau yang diincar yakni Morotai dan Biak.
Kalau pun nanti Indonesia bisa luncurkan roket ke angkasa, ada serangkaian izin internasional yang harus dipenuhi. Pastinya tak boleh buat misil balistik.
Kecuali macam Korut, tak peduli aturan internasional. Aturan internasional berat untuk dipenuhi sehingga memerlukan waktu lama bisa ke angkasa.
Makanya, jalan satu-satunya saat kita ingin mengorbitkan Satelit Satria kemarin menggunakan roket Spacex miliknya Elon Musk.
Indonesia sudah bisa bikin satelit, tapi belum bisa mengangkutnya ke angkasa. Karena, teknologi roket kita belum mampu. Suatu saat, Indonesia bisa. Bisa juga ke bulan. Yakin…! Ntah zaman siapa ya?
#camanewak