Radar KalbarRadar Kalbar
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Lainnya
    • Hukum
    • Olah Raga
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Figur
    • Tekno
    • Entertainment
Radar KalbarRadar Kalbar
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
Pencarian
  • Home
  • Indeks
  • Kalbar
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ragam
  • Hukum
  • Olah Raga
  • Gaya Hidup
  • Bisnis
  • Figur
  • Tekno
  • Entertainment
Radar Kalbar > Indeks > Opini > Sketsa Serba-Serbi Sholat Subuh (bagian 18)
Opini

Sketsa Serba-Serbi Sholat Subuh (bagian 18)

Last updated: 09/04/2023 11:55
09/04/2023
Opini
Share

Jujurnya Kejujuran

Oleh : Wina Armada Sukardi

SHOLAt subuh di mesjid mengajarkan kepada kita: kejujuran pada diri sendiri. Kejujuran yang tanpa pretensi. Kejujuran tanpa pengawasan manusia. Kejujuran yang merefleksikan kebenaran.

Betapa tidak. Subuh hari masih dingin. Masih ngantuk pula. Kita harus mengambil wudu atawa air sembayang. Meski memakai air panas, rasa males pun masih belum hilang. Apalagi kalau memakai air biasa yang terasa dingin.

Setelah kita ambil air wudu, lantaran hari masih subuh, kini sering lantas mau buang air kecil lagi, terutama di bulan puasa. Maklumlah baru selesai sahur. Berarti harus mengambil lagi air wudu lagi.
Selesai? Belum! Saat kita sudah selesai wudu, dan mau memakai baju, eh, terkadang tak dapat ditahan, kita buang angin, alias, maaf, kentut.

Konsukuensinya, kita harus mengulang kembali mengambil wudu. Terkadang, setelah membuang angin pertama, di bulan puasa, kita sering kembali kentut.
Wah, repot juga ya? Kita wajib mengulang berwudu.

Disinilah dibutuhkan kejujuran sejati. Kita batal wudu, tidak ada yang tahu. Kalau kita langsung sholat, tidak ada yang complain. Tidak ada yang protes. Tidak ada yang marah.

Juga tak ada sanksi dari sesama manusia. Jika kita tetap berangkat sholat subuh di mesjid, sesama jemaah tetap memperlakukan kita seperti biasa. Tak ada yang mencela atau mengucilkan kita, karena memang tak ada yang faham.
Kendati begitu, toh, kita tetap mengulang kembali seluruh prosesi mengambil air wudu.

Kenapa? Ini lantaran kita merasa harus jujur. Jujur terhadap diri sendiri. Jujur terhadap kebenaran fakta. Jujur sebagai sebuah pola pikir dan pola sikap yang berasal dari budi luhur diri sendiri , bukan jujur agar dianggap baik oleh sesama manusia.

Sebuah kejujuran yang hanya merefleksikan kebenaran. Kejujuran yang sejati. Sebuah kejujuran yang justeru menghormati Allah. Jika kita jujur kepada diri sendiri, berarti kita bakalan jujur pula kepada Allah. Itulah jujurnya kejujuran.

Dari sihilah kita faham, sholat subuh di mesjid memiliki banyak dimensi. Sholat subuh selain merupakan perwujudan ketaatan kita kepada Allah, juga mengajarkan dan membentuk berbagai dimensi : disiplin waktu dan membangun kejujuran pribadi. Kejujuran sebagai sebuah nilai mulia. Kejujuran yang lahir dari sanubari dan bukan kejujuran yang merupakan tuntutan dari masyarakat.

Kejujuran yang paling tinggi.
Sepanjang kita masih mampu, tak peduli berapa kali kita batal wudu jelang sholat subuh di mesjid, sebanyak itu pula kita perlu mengulanginya kembali sampai wudu sempurna. Kejujuran yang membimbing dan menuntun kita.

Konsepsi inilah yang kemudian melahirkan inspirasi kepada hamba ini untuk menuliis sebuah puisi sebagai berikut:

*KEBENARAN TANPA SAKSI*

Ini kali keempat mengulang wudu
dalam waktu rentang sekejap
di sebuah dingin yang sama.

Membersihkan telapak dan jari-jari tangan
dilanjutkan dengan berkumur
selesai sempurna yang pertama
tiba-tiba buang air kecil
lalu wudu diulang dari awal.

Rampung yang kedua
langsung disambut buang angin yang ketiga.

Jika yang keempat
masih batal lagi
haruskah jujur, senantiasa mengulang dari awal.

Bukakah hanya diri sendiri yang faham
Bukankah tidak ada orang lain yang mengetahui
Bukankah Tuhan juga Maha Pemurah, Pengasih dan Penyayang?

Ada kebenaran yang tidak perlu saksi
terletak di nurani.

Meski tak ada mata memandang
meski tidak ada cemooh dari manusia manapun
Kebenaran sejati
hadir dalam hati
yang bersih.

Wudu sampai kapanpun
tetap barus senpurna
Kendati cuma diri pribadi yang tahu keasahanya.

Kebenaran kesempurnaan wudu tak butuh pengakuan
juga tak perlu bukti dukungan
atau saksi penjelas.

Kebenaran kesempurnaan wudu
Pertanggungjawaban nurani
dari seorang hamba
kepada Allah.

Jakarta, 9 Juni 2020, (_Dikutip dari buku kumpulan puisi Religi “Mata Burung Gagak Gitaris Rock,” karya Wina Armada Sukardi_)

T a b i k.***

Bersambung……

WINA ARMADA SUKARDI, wartawan dan advokat senior serta Dewan Pakar, Pengurus Pusat Muhammadiyah.

(Tulisan ini merupakan repotase/opini pribadi).

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
TAGGED:sholat subuh
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link

Terpopuler Bulan Ini

BREAKING NEWS : Mobil Pengangkut Uang Seruduk Kerumunan di Pasar Sungai Bakau Kecil, Sejumlah Warga Menderita Luka

16/07/2025
Media FC Perkasa di Liga Mini Soccer U-35 AMC Sungai Pinyuh, Dua Mantan Sochenk FC Jadi Penentu Kemenangan
30/06/2025
Proyek Jalan Nasional Rp 146,9 Miliar di Mempawah Jadi Sorotan, Ketua Kadin : Mestinya Dikerjakan Secara Profesional
09/07/2025
Tersengat Listrik, Dua Pekerja PLN Mempawah Dilarikan ke Rumah Sakit, Abai Gunakan APD atau Kurang Pengawasan?
17/07/2025
Prestasi Atlet Mempawah Tak Seiring Dukungan, Berjuang Tanpa Dana, Berlaga Tanpa Apresiasi
05/07/2025

Berita Menarik Lainnya

Nasib Jembatan Kapuas Tayan, Kemegahan yang Kini Terabaikan, Malam Tanpa Cahaya di Atas “Triliunan Rupiah”

25/07/2025

Lagi, Anak Kandung Buang Ibu ke Panti Jompo

23/07/2025

Mengenang Empat Puluh Hari Kepergianmu

18/07/2025

Dahlan Iskan dan Saham Rp 89 Miliar

16/07/2025

PT. DIMAS GENTA MEDIA
Kompleks Keraton Surya Negara, Jalan Pangeran Mas, No :1, Kel Ilir Kota, Sanggau, Kalbar

0812-5012-1216

Terkait

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi

Regional

  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang
  • Kapuas Hulu
  • Kayong Utara
  • Ketapang
  • Kubu Raya
  • Landak
  • Melawi
  • Mempawah
  • Pontianak
  • Sambas
  • Sanggau
  • Sekadau
  • Singkawang
  • Sintang