Sampaikan Kuliah Umum Didepan Mahasiswa STAIMA, Jarot Ingatkan Soal Tantangan Indonesia Emas 2045


POTO : Bupati Sintang, dr H Jarot Winarno M Med PH menerima cinderamata dari Ketua STAIMA Sintang Ustadz Muhammad Faisal, M. M Pd (ist).


radarkalbar.com, SINTANG – Bupati Sintang, dr H Jarot Winarno M Med PH mengungkapkan tugas semua elemen saat ini sebenarnya adalah menyelamatkan skenario Indonesia emas 2045, tepat satu abad Indonesia merdeka.

Hal itu diungkap orang nomor satu di Bumi Senentang ini, saat
menjadi narasumber atau pembicara pada kuliah umum mahasiswa STAIMA Sintang, di Pendopo Bupati Sintang, Minggu (4/4/20221).

Saat itu, Bupati Sintang mengusung tema tema “Peluang dan Tantangan Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam Dalam Pembangunan Sumber Daya Manusia.

Selain Bupati, turut juga menjadi nara sumber atau pembicara pada kuliah umum ini yakni Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sintang Lindra Azmar, dan Kepala Kantor Kementerian Agama Sintang H. Anuar Akhmad.

Kuliah Umum ini juga dihadiri langsung Ketua STAIMA Sintang Ustadz Muhammad Faisal, M. MPd dan civitas akademika serta mahasiswa dan mahasiswi STAIMA Sintang.

Dalam pemaparannya Bupati Sintang menyampaikan kondisi dunia saat ini mengalami perubahan yang cukup pesat. Sehingga itu lah menjadi tantangan bersama. Tak terkecuali Indonesia, dimana pada 2045 mendatang tepat satu abad merdeka, Indonesia akan di prediksi menjadi 5 besar negara terbesar di dunia, sehingga di canangkan Indonesia Emas 2045.

“Tugas kita sebenarnya adalah menyelamatkan skenario Indonesia emas 2045, tepat satu abad indonesia merdeka,”kata Jarot.

Menurut Jarot, saat ini Indonesia sudah masuk pada upper middle income, yakni negara-negara berpenghasilan menengah, namun Indonesia masuk dalam kelompok yang sedikit lagi masuk ke negara dengan penghasilan per kapita yang tinggi.

“Tentu banyak tantangan, pertama kita harus mampu mengelola bonus demografi. Dimana usia produktif lebih banyak dari usia non produktif. Tapi akan menjadi bukan bonus, tapi jadi liability atau beban negara kalau usia produktif usia 15 keatas itu malah banyak yang nganggur, jadi pengangguran muda, sehingga jadi beban negara bukan bonus, susah kita nyapai indonesia emas 2045,” paparnya.

Dijelaskan, ada namanya upper midle income trap atau jebakan dimana negara yang penghasilan menengah tadi tinggi tapi tidak bisa masuk dalam negara yang berpenghasilan tinggi, kalaulah pertumbuhan ekonomi tetap di bawah 5 persen, minimal 6 persen keatas atau lebih lagi  sehingga barulah Indonesia bisa menjadi 5 besar negara terbesar di dunia.

“Nah, selain tantangan-tantangan tersebut, di sebutkan Jarot saat ini juga ada dua tantangan yang merubah segala gaya kehidupan yakni distruksi teknologi dengan adanya revolusi industri 4.0 dan distruksi pandemi corona. Sehingga di perlukan terobosan dan innovasi dalam melakukan perubahan di bidang kehidupan,” cetusnya.

Sebab itulah kata Jarot generasi sekarang tinggal memilih mau menolak dan mengingkari adanya perubahan karena takut apabila perubahan itu mendatangkan hal yang buruk, yang mencoba beradaptasi jika melihat perubahan ternyata mendatangkan sesuatu yang baik, mampu mencium adanya perubahan dengan cepat dan yang segera bergegas mengambil tindakan.

“Kalian mahasiswa-mahasiswa staima sintang ini tinggal memilih tipe-tipe yang mana tadi yang saya sebutkan diatas itu. Kalau anda tidak mengikuti dan antisipasi perubahan dipastikan selesai atau selamat jalan, sehingga jadi liability atau beban negara bukan jadi bonus demografi. Jadi kalian saya anjurkan cepat antisipasi bahwa hidup berubah,” pintanya.

Jarot pun menyarakan dalam menghadap perubahan – perubahan saat ini, di perlukan penguatan soft skill pada diri masing-masing. Karena modal sukses di lapangan pekerjaan itu di sumbangkan dari kompetensi akademik (teknis, hard skill) hanya 20 persen, sementara kompetensi non akademik (soft skill) menentukan hingga 80 persen.

“Apa itu soft skill?, kemampuan mengolah diri (motivasi), kemampuan sosial (komunikasi), kemampuan organisasi dan leadership (jejaring) dan kemampuan mobilisasi (negoisasi / lobby),” timpalnya.

Kemudian lanjut Jarot, adanya distruksi teknologi revolusi industri 4.0, persentase resiko perkerjaan di gantikan oleh robot nantinya cukup tinggi di sejumlah bidang kehidupan. Untuk itulah Jarot mengingatkan lagi mahasiswa STAIMA Sintang harus mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan yang sudah di jelaskan diatas.

“Tinggal anda memilih mau jadi pengusaha atau entreprenuer, investor, owner, manager, self employed dan employee,” pungkasnya.

















Pewarta/sumber : Rilis Prokopim Pemkab Sintang.
Editor                    : Sery Tayan.


Like it? Share with your friends!