Oleh : Wiwik Widhiarti [ Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan/Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Malang ]
PADA dasarnya Manusia memerlukan aktivitas fisik untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan, seperti melalui olahraga.
Terutama bagi Atlet Sepak Bola, dalam hal ini sangat memerlukan fisik yang optimal, tetapi tanpa mereka sadari akibat aktivitas berlebihan terutama pada bagian kaki, akan terjadi yang disebut “Fraktur Stress Metatarsal”.
Fraktur Stress Metatarsal ialah kondisi terjadinya retak atau patah pada salah satu dari lima tulang panjang yang terletak di punggung kaki. Cedera ini sering terjadi pada atlet akibat tekanan berulang (overuse).
Pada atlet sepak bola, tingginya intensitas aktivitas fisik, frekuensi latihan yang padat, dan eksponsur terhadap kontak fisik yang tinggi selama pertandingan, menjadi faktor utama penyebab meningkatnya risiko fraktur metatarsal .
Cedera ini sering terjadi ketika latihan dilakukan secara intens tanpa istirahat yang cukup, yang dapat mengganggu mekanisme penyembuhan alami tulang.
Fraktur metatarsal dapat berupa fraktur akut atau fraktur stres, dan lebih umum terjadi pada atlet karena mereka mengalami lebih banyak tekanan dibandingkan dengan individu yang melakukan aktivitas sehari-hari.
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya fraktur ini termasuk pemanasan yang tidak tepat, cara latihan yang salah, dan frekuensi latihan yang meningkat secara drastis. Selain itu, status gizi, asupan energi, dan kondisi lapangan juga dapat mempengaruhi risiko terjadinya cedera ini.
Faktor penyebab terjadinya fraktur stres metatarsal pada atlet ada dua, khususnya dalam olahraga sepak bola, yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal. Faktor Eksternal seperti, Jenis olahraga yang dilakukan (seperti sepak bola), penggunaan alat olahraga yang tidak sesuai, kondisi lapangan yang licin, tidak rata, atau becek.
Pemberian beban latihan yang salah, pemanasan yang tidak tepat, metode latihan yang keliru, latihan yang tidak teratur.
Kemudian Faktor Internal, seperti ketidakseimbangan panjang tungkai, kaki rata atau kaki jinjit yang memengaruhi pola lari, kelemahan otot, rendahnya kepadatan tulang, riwayat cedera sebelumnya, kondisi fisik yang buruk (overuse) juga merupakan faktor penyebab terjadinya fraktur stress metatarsal.
Latihan atau gerakan berulang dalam jangka waktu lama yang dapat menyebabkan mikrotrauma serta kondisi Gizi pembatasan kalori dan rendahnya asupan energi juga dapat berkontribusi terhadap risiko fraktur.
Alas Kaki yang Tidak Memadai saat mengenakan sepatu yang tidak sesuai atau tidak pas dapat meningkatkan risiko patah tulang metatarsal.
Kondisi Fisik seperti kepadatan tulang yang rendah, kelemahan otot, dan riwayat cedera sebelumnya dapat meningkatkan kerentanan terhadap patah tulang. Faktor-faktor ini secara kolektif berkontribusi terhadap kejadian patah tulang metatarsal di kalangan atlet sepak bola.
Gejala fraktur stres biasanya ditandai dengan nyeri hebat di area yang terkena tanpa adanya riwayat trauma sebelumnya, yang sering kali diabaikan atau keliru didiagnosis.
Gejala umum meliputi nyeri saat digerakkan, deformitas, dan pembengkakan di area cedera. Stres fraktur metatarsal paling sering terjadi pada metatarsal kelima, ditandai dengan nyeri dan pembengkakan, biasanya akibat inversi dan fleksi plantar kaki.
Stres fraktur bisa didiagnosis dengan mengenali gejalanya sejak awal. Gejala awal biasanya berupa nyeri ringan yang terlokalisasi, muncul saat aktivitas berat seperti olahraga, dan sering kali disertai nyeri otot lokal.
Seiring waktu, rasa sakit bisa meningkat, mengganggu aktivitas, dan bahkan menjadi tak tertahankan saat beraktivitas sehari-hari. Pada kasus parah, nyeri bisa muncul bahkan saat istirahat. Insiden cedera fraktur stres mencapai 21,1% pada populasi atlet, dengan angka letih tinggi pada atlet perempuan (9-13%) dibanding atlet laki-laki (6,5%).
Mayoritas fraktur metatarsal yang diderita akibat olahraga berasal dari sepak bola (73%), dengan metatarsal kelima menjadi yang paling sering patah.
Dalam angka presentase yang cukup tinggi dapat dilakukan upaya pencegahan bahwa fraktur stres metatarsal pada atlet, khususnya dalam olahraga sepak bola, dapat dicegah melalui perbaikan kesehatan tulang dan biomekanik.
Dengan demikian, direkomendasikan agar dilakukan studi prospektif terperinci untuk secara khusus mempelajari insiden, etiologi, dan morbiditas fraktur metatarsal padda populasi atletik.
Cedera ini disebabkan oleh kombinasi faktor eksternal, seperti jenis olahraga dan kondisi lapangan, serta faktor internal, termasuk ketidakseimbangan fisik dan kelemahan otot.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara pemanasan yang tepat, peningkatan intensitas latihan secara bertahap, dan penggunaan perlengkapan yang sesuai.
Jika cedera terjadi, penanganan yang meliputi istirahat, rehabilitasi, dan pengelolaan gejala juga sangat penting. Edukasi atlet mengenai kesehatan dan kebugaran juga berperan penting dalam mengurangi risiko cedera.
Meskipun fraktur ini bisa terjadi pada siapa saja, fraktur ini lebih mungkin terjadi pada populasi atlet karena yang mereka alami lebih banyak tekanan daripada orang yang melakukan aktivitas sehari-sehari.
Edukasi yang diberikan pada atlet akan sangat berdampak terhadap performa atlet dan dapat dipastikan kelangsungan partisipasi mereka dalam bidang olahraga.
Penanganan yang tepat diperlukan untuk mencegah komplikasi dan memastikan pemulihan yang baik, serta pemahaman tentang hubungan antara aktivitas fisik dan risiko fraktur metatarsal sangat penting untuk pencegahan cedera.
Tujuan pencegahan fraktur stres metatarsal adalah untuk mengurangi risiko terjadinya cedera, menjaga kesehatan dan kebugaran atlet, serta memastikan bahwa atlet dapat berlatih dan bertanding dengan aman.
Pencegahan ini juga bertujuan untuk menghindari komplikasi lebih lanjut yang dapat terjadi akibat cedera, serta memfasilitasi pemulihan yang tepat agar atlet dapat kembali beraktivitas secara normal setelah mengalami cedera.