Drama Kolosal Pelantikan 961 Kepala Daerah


Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]

HARI ini bukan hari biasa. Ini hari spektakuler. Sebuah peristiwa akbar yang layak dikenang dalam sejarah perpolitikan negeri.

Pelantikan massal 961 kepala daerah! Ya, ente tidak salah baca. 961! Seandainya ini adalah konser musik, mungkin sudah pecah rekor MURI.

Sambil seruput kopi tanpa gula di sebuah warung kecil di Jalan Apel Pontianak, yok kita kupas pelantikan kepala daerah. Termasuk gubernur saya, Gubernur Kalbar juga akan diambik sumpah jabatannya.

Sejak pagi buta, mereka sudah bersiap. Mandi lebih bersih dari biasanya, setelan necis, sepatu mengkilap. Monas jadi panggung gladi, Istana jadi arena puncak, dan Magelang jadi babak lanjutan. Dari sini, perjalanan menuju kekuasaan dimulai.

Pukul 09.00 WIB, mereka berkumpul di Monas. Wajah-wajah penuh harap, bercampur tegang. Siapa yang bisa menyalahkan mereka? Hari ini adalah puncak dari perjalanan panjang, dari kampanye ke kursi empuk, dari janji ke realitas, dari mengejar suara ke menghadapi suara rakyat yang sebenarnya.

Pukul 09.30 WIB, barisan mulai dibentuk. Drum Band Gita Praja IPDN memimpin kirab menuju Istana. Sebuah pawai kemenangan? Atau iring-iringan pengingat bahwa di depan sudah menanti laporan keuangan daerah yang defisit?

Masuk ke Istana, mereka menerima Jajaran Kehormatan dari Yonwalprotneg Paspampres. Simbol kehormatan. Simbol tanggung jawab. Simbol bahwa setelah ini, tidak ada lagi janji-janji manis, hanya laporan pertanggungjawaban yang pahit.

Pukul 10.00 WIB, Presiden Prabowo Subianto tiba. Suasana berubah. Ini bukan sekadar acara seremonial. Ini adalah momen sakral, momen di mana para pemimpin baru bersumpah di hadapan Tuhan dan rakyat.

Usai mengikuti serangkaian acara di istana negara, para pemenang Pilkada itu siap-siap diterbangkan ke Magelang. Untuk apa? “Dipelonco.” Bukan pelonco macam mahasiswa baru dulu. Bahasa halusnya, retreat.

Pelantikan belum cukup. Besok, 21 Februari 2025, mereka akan dikirim ke Magelang untuk “retreat”. Jangan bayangkan retreat ini seperti wisata spiritual atau healing di kaki gunung. Ini adalah kelas kilat tentang bagaimana cara jadi kepala daerah yang tidak bangkrut.

Wamendagri Bima Arya sudah mewanti-wanti. Di retreat ini mereka akan dibekali materi tentang efisiensi anggaran, tugas pokok dan fungsi (tupoksi), serta misi Asta Cita. Karena menjadi kepala daerah bukan hanya tentang seremoni pelantikan, tapi juga tentang bagaimana membayar gaji pegawai tanpa harus pinjam dana talangan.

Mensesneg Prasetyo Hadi menegaskan bahwa retreat ini penting agar visi-misi daerah tidak lari dari pemerintah pusat. Simpelnya, “Jangan coba-coba bikin kebijakan aneh-aneh. Ingat, kalian kepanjangan tangan pusat.”

Setelah Ini Apa?

Setelah retreat, para kepala daerah akan kembali ke wilayah masing-masing. Dulu mereka datang ke rakyat dengan janji-janji. Kini rakyat yang akan datang ke mereka dengan tuntutan-tuntutan.

Jalanan yang dijanjikan akan mulus? Masih berlubang.
Bantuan sosial yang katanya segera cair? Masih dalam rapat koordinasi.
Investasi yang akan masuk? Masih dalam tahap wacana.

Tapi mereka tak perlu khawatir. Jabatan ini berlangsung lima tahun (kecuali ada sesuatu di tengah jalan). Selama itu, mereka akan terus belajar bahwa menjadi kepala daerah bukan hanya soal memenangi pilkada, tapi soal bertahan di medan pertempuran realitas.

Selamat kepada para kepala daerah yang baru dilantik. Selamat menikmati jabatan. Yang lebih penting, selamat menghadapi rakyat yang semakin cerdas dan tak lagi mudah dibohongi.

#CamaNewak


Like it? Share with your friends!