Umpamanya


FOTO : Rosadi Jamani (Ist)

Oleh : Ketua Satupena Kalbar, Rosadi Jamani

ADA suami isteri sedang duduk. Suaminya menirukan ceramahnya Zainuddin MZ. “Yang mau jadi presiden si amat si badu, bodo amat mah, ya bu.” Istrinya yang dengar, ngangguk-ngangguk.

“Yang penting pak keadaan aman, bisa kerja, makan cukup, anak bisa sekolah, rapi udah. Ada rezeki dikit, kawin lagi.”

Mendengar ini, istrinya yang duduk di samping, matanya melotot. Tangannya langsung pegang baju bagian depan suaminya. Marah dengar suami mau kawin lagi.

“Umpamanya…umpamayaaa…!” Bentak suami ke istri yang mau mencekik. Karena ada kata umpamanya, amarah istri mereda.

Itu hanya video parodi yang viral di Tiktok. Pas momennya Indonesia mau Pilpres. Siapa pun presidennya tidak masalah, asal semua aman, makan cukup, bisa kerja, anak bisa sekolah.

Cukup menggelitik, bila ada rezeki dikit, kawin lagi. Untung di ujungnya ada kata umpama. Seandainya tak ada kata umpamanya, bisa ribut rumah tangga.

Yang mau saya bahas kata umpamanya itu. Bukan bagian yang mau kawin lagi ya, hehehe.

Umpamanya mirip dengan seandainya, misalkan. Dalam KBBI, umpama itu diartikan yang menjadi contoh (persamaan, perbandingan) dengan yang lain-lain, sama halnya dengan, bagaikan, seakan-akan, yang diandaikan (bukan hal yang sebenarnya).

Bisa saya perjelas, menyamakan sesuatu yang belum terjadi. Tidak ada kepastian dalam kata umpamanya. Itu sebabnya si istri tak jadi marah, karena ada umpamanya.

Beberapa hari ini, sering mendengar kata umpamanya, seandainya, misalkan dari pengamat politik. Pengamat politik elit sampai di warung kopi.

“Umpamanya PKB, ketika Anies mau didaftarkan ke KPU, tiba-tiba menarik diri. Tersisa Nasdem dan PKS, bisa tak jadi Anies nyapres.

Ini umpamanya…!” kata kawan saat ngopi pagi tadi. Ia berlindung di balik kata umpamanya. Tak bisa disalahkan apalagi dimarahi. Karena hanya umpamanya.

Apalagi pengamat elit yang biasa wara-wiri di televisi, paling sering menggunakan kata umpamanya, seandainya, dan misalkan.

“Umpamanya, Ganjar berpasangan dengan KH Said Agil Sirajd, dijamin menang. Suara nahdliyin sebagian besar akan lari ke Ganjar karena faktor Kiyai Said.” Umpamanya, bisa iya, bisa juga tidak.

“Prabowo berpasangan dengan Yenny Wahid, kaum Gusdurian atau pengagum Gusdur bakal memilih Prabowo. Kaum nahdliyin yang mengidolakan Gusdur akan memilih pasangan ini. Itu hanya umpama…umpamanya!” kata pengamat.

Kata pengamat, “Umpama pemerintah ingin Pilpres satu putaran, pasti ada yang dikorbankan dari tiga capres yang ada itu. Paling berpeluang dikorbankan, pasangan Anies-Muhaimin.

Sebab, dari hasil survei, suara Anies lebih kecil dari Ganjar dan Prabowo. Umpamanya gitu.”

“Umpamanya juga justru Anies-Muhaimin yang menang, bisa habis Jokowi dan anteknya diseret ke meja hijau,” kata pendukung Anies.

Umpamanya, seluruh cawapres dari kalangan NU, seluruh nahdliyin tidur saja. Wong semua ada NU nya, ngapain diributkan. Orang NU tak perlu bertengkar lagi. Pendukung Cak Imin tak perlu sindir-sindiran dengan Gusdurian. NU struktural tak perlu baper bila ada NU kultural mendukung Anies.

“Tidur saja, sudah aman karena semua ada NU nya. Umpamanya…!” Semua bisa berumpama, karena memang tidak dilarang.

Semua menggunakan kata umpama untuk mengekspresikan sebuah prediksi, emosi, atau dukungan. Padahal, semua tak ada yang pasti. Tidak pasti saja sudah banyak terbawa emosi.

Tak jarang di WAG terjadi debat panas, hujat-menghujat. Apalagi di medsos sudah ada yang barbar. Caci-maki antar pendukung seperti nyanyian, penghias medsos.

Apa pesan moralnya? Kalau pengamat atau analis sudah mengatakan umpamanya, seandainya, misalkan, artinya belum terjadi. Hanya prediksi, bisa benar, bisa juga meleset.

Tak perlu disalahkan, tidak perlu juga diaminkan. Bila dikaitkan dengan copras-capres, sebelum didaftarkan ke KPU, tandanya belum pasti.

Apapun masih bisa terjadi, masih bisa dikotak-katik, masih bisa bongkar-pasang koalisi.

Cukup bayangkan, umpamanya saya bisa ngopi bersama dengan ente di Kereta Cepat Jakarta-Bandung, keren kali ya.

#camanewak


Like it? Share with your friends!