Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]
SUDAH dua hari menulis soal STY out. Berusaha move on. Biarlah PSSI menghadapi gempuran fans Timnas.
Saya mau bicara lain. Sambil menikmati kopi tanpa gula di Warkop Qahwah Pontianak, yok kita bahas BRICS.
Akhirnya, hari itu tiba. Setelah sekian lama menjadi pengamat yang sabar, Indonesia, sang Garuda dari Timur, resmi duduk di meja para penguasa Global South.
Bukan meja biasa, ini meja BRICS, tempat raksasa dunia berkembang berkumpul untuk menyusun strategi menaklukkan tatanan global yang, katanya, “tidak adil”. Dramatis? Pasti. Tapi begitulah dunia ini, selalu membutuhkan cerita besar.
Brasil, sang ketua bergilir BRICS 2025, berdiri di podium dengan gagah, mungkin dengan soundtrack orkestra di latar belakang. “Kami dengan bangga mengumumkan, Indonesia kini resmi menjadi anggota penuh BRICS!
” Semua negara anggota mengangguk, tersenyum, mungkin dengan sedikit tepuk tangan atau sekadar emoji acungan jempol di grup WhatsApp mereka.
China, sebagai negara yang selalu punya gaya bicara seperti sedang menulis pidato Oscar, langsung memuji. “Kami yakin Indonesia akan memberikan kontribusi besar bagi BRICS dan Global South.
” Kalimat ini begitu manis, seperti puisi cinta yang ditulis tanpa tekanan apa pun. Indonesia tersipu, mungkin. Atau, setidaknya, itulah yang ingin kita bayangkan.
Namun, mari kita lupakan semua basa-basi diplomatik itu sejenak. Apa sebenarnya arti keanggotaan ini? Apakah ini momen pembuktian bahwa Indonesia bukan lagi sekadar “pemain cadangan” di panggung global? Atau ini hanyalah tambahan koleksi lencana di mantel politik luar negeri kita?
Yang jelas, Indonesia kini berada di klub yang anggotanya adalah Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Lima negara yang, kalau diumpamakan, seperti superhero dengan kekuatan besar. Lalu, datanglah Indonesia, si rekrutan baru.
Kita mungkin belum memiliki kekuatan layaknya Hulk ekonomi seperti China atau otot gas alam seperti Rusia, tapi kita punya… semangat! Dan batik! Jangan remehkan batik.
Keanggotaan ini digadang-gadang sebagai langkah strategis, amanat konstitusi, bla bla bla. Semua hal serius itu memang penting, tapi mari kita fokus pada imajinasi yang lebih epik : bayangkan Garuda besar terbang tinggi di atas meja bundar BRICS, sayapnya menjangkau seluruh dunia, menyuarakan pesan perdamaian, kerja sama, dan, tentu saja, ketahanan pangan. Luar biasa, bukan?
Brasil dan Rusia disebut-sebut sebagai pahlawan di balik layar. Brasil sebagai MC acara ini, dan Rusia sebagai ketua sebelumnya yang, konon, membantu melicinkan jalan Indonesia menuju keanggotaan.
Terima kasih banyak, saudara-saudara. Kami berjanji untuk tidak hanya datang ke pesta, tapi juga membawa makanan ringan dan cerita lucu untuk semua.
Sekarang, pertanyaannya adalah, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah ini hanya simbol? Atau apakah ini akan benar-benar mengubah posisi Indonesia dalam geopolitik global? Hanya waktu yang bisa menjawab.
Tapi, satu hal yang pasti, Indonesia kini bukan lagi sekadar “penonton”. Kita telah masuk ke dalam panggung utama, meski lampu sorotnya mungkin masih setengah redup.
Untuk saat ini, mari kita nikmati momen ini. Indonesia, sang Garuda, telah resmi menjadi bagian dari BRICS. Dunia mungkin tidak akan berubah dalam semalam, tapi, kita sekarang ada di meja besar.
Untuk itu, mari kita angkat kopi, teh, atau apa pun minuman favorit ente, dan bersulang untuk masa depan. Karena dunia, siap atau tidak, Garuda telah mendarat.
#camanewak