Heri Sang Petarung

Oleh : Rosadi Jamani [Dosen UNU Kalimantan Barat] 

“Usah nak kenang ia dulu tukang bawa tas segala. Heri sekarang petarung sejati.” Itu kata netizen.

Meninggal zona nyaman, hanya seorang petarung yang bisa. Heri Saman, bisa masuk kategori ini.

Ia Ketua DPRD Landak. Hidupnya dikelilingi fasilitas negara. Petinggi partai politik. Dekat dengan Lasarus, Ketua PDIP Kalbar. Semua itu ia tinggalkan. Rela dipecat banteng, demi Landak agar jangan ada kotak kosong.

Heri juga tahu siapa lawannya, mantan penguasa yang kuku tajamnya sudah mencengkram bumi Landak.

Ketika mendengar Heri maju sebagai calon Bupati, publik mungkin bertanya-tanya, “Wah, apa yang membuatnya begitu nekat?”

Jawabannya jelas: drama politik yang lebih menegangkan dari sinetron prime time! Heri yang tadinya sudah nyaman sebagai Ketua DPRD, tiba-tiba menjadi pemain utama dalam panggung politik di negeri intan.

Dia seakan-akan melakukan salto politik, meninggalkan PDIP dan siap bertarung dengan tiket dari Gerindra, PSI, Gelora, Perindo dan Golkar. Bahkan, Panglima Jilah pun turun gunung.

Apa yang kita saksikan di sini adalah kisah klasik “musuh dalam selimut” atau mungkin lebih tepat “kader yang membelot”.

Heri seolah mencontohkan, dalam politik, kesetiaan itu relatif. Yang penting adalah tetap berada di atas panggung. Meninggalkan PDIP mungkin mirip seperti meninggalkan rumah setelah sekian lama tinggal di sana—pahit, tetapi kadang perlu.

Toh, Heri tetap mampu mendapatkan rumah baru dengan segala kenyamanannya di partai lain.

Keputusan Heri untuk maju ini juga seolah menampar anggapan bahwa pilkada Landak akan menjadi ajang tanding kotak kosong.

Bayangkan betapa garingnya jika Landak hanya punya satu calon tanpa lawan. Publik mungkin harus rela menonton acara pemilihan yang lebih membosankan dari menunggu hasil pertandingan catur tanpa timer.

Tapi, dengan masuknya Heri ke gelanggang, panggung pilkada jadi lebih berwarna, seru, dan pastinya lebih kompetitif.

Namun, aksi borong parpol ini tak semata soal kekuasaan, tetapi juga soal strategi bertahan hidup. Layaknya seekor kucing yang punya sembilan nyawa, Heri menolak tenggelam dalam arus politik yang stagnan.

Dia tahu bahwa jalan menuju kemenangan adalah dengan bermain di semua papan catur, menggandeng sebanyak mungkin “bidak” yang bisa dia kendalikan.

Kalau ada yang bertanya bagaimana Heri bisa berada di posisi ini, jawabannya sederhana: dia adalah bukti hidup bahwa dalam politik, yang penting bukan hanya seberapa kuat genggamanmu pada partai.

Tapi seberapa cepat kau bisa mengubah arah langkah ketika angin politik berhembus ke arah yang berbeda. Ini bukan soal menang kalah, tapi soal tegaknya demokrasi.

Heri berpasangan Vinsensius (HEVI), mantan Sekda Landak. Pasangan ini disingkat HEVI. Telah resmi mendaftar sebagai bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Landak di KPU Landak pada 28 Agustus 2024.

Usai daftar, Heri yang sudah memakai baju biru laut ala Prabowo Gemoy langsung menggoyang ribuan pendukungnya.

 

 

 

#camanewak