Oleh : Rosadi Jamani [Dosen UNU Kalimantan Barat]
Wak…! Ini serius. Jangan ketawa! Ini soal nyawa yang bikin miris bercampur emosi.
Di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, sedang dilanda duka mendalam. Bayi lima bulan meninggal dunia dalam perjalanan dari Kendawangan menuju rumah sakit Agoes Djam, Ketapang.
Video kematian bayi itu telah menyebar luas di media sosial, mengguncang hati siapa saja yang menontonnya.
Di dalam video itu, ada narasi yang mengisahkan bahwa bayi tersebut meninggal karena terlambat sampai di rumah sakit akibat kondisi jalan yang rusak parah.
Menyaksikan kondisi jalan yang berlubang, berdebu, hati ini teriris. Bagaimana bisa, di tengah era kemajuan ini, infrastruktur dasar seperti jalan masih terabaikan? Jalan itu menjadi saksi bisu hilangnya nyawa seorang bayi yang tak berdosa, karena akses yang seharusnya menyelamatkan, justru menjadi penghalang.
Seorang kawan asal Ketapang minta saya mengulas atau membahas soal bayi itu. Padahal, tak pernah ada permintaan demikian. Tandanya ia merasakan keprihatinan mendalam.
Dalam pesan via Wa, ia mengingatkan betapa kondisi jalan ini seharusnya sudah lama diperbaiki. “Menunggu tulisan Bangros, jika dulu melahirkan di jalan, sekarang meninggal di jalan. Ini akibat Gubernurnya tak pernah turun ke lapangan, padahal ada perusahaan besar seperti WHW, dan berita di media tiap tahunnya muncul kalau WHW adalah penyumbang CSR terbaik di Kalbar,” tulisnya dengan nada yang sarat kekecewaan.
Kalimat itu menghentak kesadaran saya dan siapa saja yang masih punya nurani. Bagaimana mungkin, di wilayah yang memiliki perusahaan besar dengan kontribusi CSR yang konon katanya terbaik, kondisi infrastruktur masih terpuruk?
Apakah kontribusi itu hanya sekedar angka di atas kertas, sementara realitas di lapangan menyedihkan?
Kesedihan yang Bercampur Amarah
Rasa sedih bercampur amarah. Sedih karena melihat bagaimana nyawa yang begitu berharga terenggut begitu saja. Amarah karena ketidakadilan yang terus berulang.
Infrastruktur buruk bukan hanya masalah kenyamanan, tapi soal nyawa. Nyawa bayi yang seharusnya bisa diselamatkan jika saja jalan menuju rumah sakit tidak seperti arena balapan off-road.
Gubernur, pemimpin daerah, yang seharusnya turun tangan, mengamati, dan mengambil tindakan nyata, terlihat begitu jauh dari realitas warga.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan besar seharusnya menjadi bagian dari solusi, tampak hanya berkilah dengan CSR tanpa bukti nyata di lapangan.
Harapan di Tengah Ketidakadilan
Di tengah rasa kehilangan yang begitu mendalam, harapan masih ada. Harapan bahwa suara-suara kita akan didengar. Harapan bahwa tangisan bayi yang telah meninggalkan kita tidak akan sia-sia. Bahwa ada perubahan nyata yang bisa terjadi.
Sudah saatnya para pemimpin, perusahaan, dan kita semua sebagai masyarakat, berhenti saling menyalahkan dan mulai bertindak.
Jalan yang rusak bisa diperbaiki, nyawa yang hilang tidak bisa dikembalikan. Jangan sampai ada lagi yang harus merasakan kehilangan seperti ini. Kita harus bergerak bersama, demi masa depan yang lebih baik.
#camanewak